Peran Kerapatan Adat Nagari Dalam Penyelesaian Sengketa TanahPusakodi

3. Peran Kerapatan Adat Nagari Dalam Penyelesaian Sengketa TanahPusakodi

Na gar S i itu uahGadangKabupaten Lima Pulu Kota. j h

Perda No. 13 Tahun 1983 Tentang Kerapatan Adat Nagari dalam Pasal 1 angka 13 menjelaskan bahwa Sengketa tanah ulayat adalah wewenang Lembaga Kerapatan Adat Nagari (KAN) yang merupakan lembaga kerapatan adat ninik mamak yang telah ada dan diwarisi secara turun temurun sepanjang adat dan berfungsi memelihara kelestarian adat serta menyelesaikan perselisihan sako dan pusako dalam nagari. Hal ini menjelaskan, bahwa KAN dipercaya untuk menyelesaikan urusan sako dan pusako yang terjadi dalam masyarakat.

Dalam Perda Propinsi Sumatera Barat No. 6 Tahun 2008 Tentang Tanah Ulayat dan Pemanfaatannya di pasal 12 juga menjelaskan bahwa sengketa tanah ulayat di nagari diselesaikan oleh KAN menurut ketentuan sepanjang adat yang berlaku, “bajanjang naiak, batanggo turun” dan di usahakan dengan jalan perdamaian melalui musyawarah dan mufakat dalam bentuk keputusan perdamaian. Dilihat dari isi Perda ini jelas bahwa KAN di beri kewenangan untuk menyelesaikan sengketa sako dan pusako yang ada di nagari. Keberadaan perda ini seharusnya bisa memperkuat peran KAN di nagari untuk bisa menyelesaikan sengketa sako dan pusako di Nagari, tapi sangat di sayangkan tidak semua

anggota KAN yang ada di nagari meng tahu banyak tentang perda ini. e i 108 Di Nagari Situjuah Gadang yang menyidangkan perkara‐perkara perdata adat

disebut dengan kadi (hakim adat). Dalam menyidangkan perkara seorang kadi (hakim adat) harus netral dan bebas dari tekanan pihak manapun dalam memutus suatu perkara. Kadi (hakim adat) di Nagari Situjuah Gadang memiliki persyaratan sebelum ditunjuk menjadi majelis hakim. Setiap anggota majelis hakim tidak boleh terkait dengan para pihak yang bisa mempengarui obyektifitas jalannya pemeriksaan dalam hal sebagai berikut: 109 disebut dengan kadi (hakim adat). Dalam menyidangkan perkara seorang kadi (hakim adat) harus netral dan bebas dari tekanan pihak manapun dalam memutus suatu perkara. Kadi (hakim adat) di Nagari Situjuah Gadang memiliki persyaratan sebelum ditunjuk menjadi majelis hakim. Setiap anggota majelis hakim tidak boleh terkait dengan para pihak yang bisa mempengarui obyektifitas jalannya pemeriksaan dalam hal sebagai berikut: 109

b. Kasiah jo banci (kasih dan benci), majelis hakim tidak boleh mempunyai hubungan emosional (baik perasaan kasihan atau dendam/benci) dengan pihak yang bersengketa.

c. Takuik jo malu (takut dan malu), majelis hakim tidak boleh dibebani rasa takut dan malu terhadap para pihak. Oleh karena itu, majelis hakim harus tidak mempunyai hubungan psikologi dengan para pihak.

d. Sayang jo ragu (sayang dan ragu), majelis hakim harus terlepas dari pengaruh hubungan kekeluargaan dengan para pihak sehingga perasaan sayangnya membuat dia menjadi ragu mengambil keputusan yang adil sesuai dengan alur dan patut.

KAN sebagai institusi di nagari diakui keberdaannya untuk menyelesaikan sengketa hak ulayat di nagari oleh pemerintah, dan ini terlihat dari surat Badan Pertanahan Nasional

(BPN), dengan menerbitkan Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nomor 5 tahun 1999 tentang Pedoman Penyelesaian Masalah Hak Ulayat Masyarakat Hukum Adat. Di pasal 2 disebutkan bahwa Pelaksanaan hak ulayat sepanjang pada kenyataan masih ada dilakukan o leh ma syarakat hukum adat yang bersangkutan menurut ketentuan hukum adat setempat.

Lebih lanjut dalam Peraturan Daerah Sumatera Barat Nomor 2 tahun 2007 tentang Pokok‐pokok Pemerintahan Nagari, Dalam ketentuan umum pasal 1 nya menjelaskan bahwa Kerapatan Adat Nagari yang selanjutnya disebut KAN adalah lembaga kerapatan dari Ninik Mamak yang telah ada dan diwarisi secara turun temurun sepanjang adat dan berfungsi memelihara kelestarian adat serta menyelesaikan perselisihan sako dan pusako. Untuk itu eksistensi KAN ini keberaannya diakui secara nyata di Sumatera Barat.

Dalam menerima perkara, KAN di Nagari Situjuah Gadang tidak serta merta menerima perkara tersebut, namun KAN meminta terlebih dahulu kepada pihak yang bersengketa untuk menyelesaikannya ditingkat bawah dulu, mulai dari tingkat keluarga, kaum dan pesukuan. Namun apabila para pihak, yang bersengketa kurang puas barulah naik ketingkat yang lebih tinggi yaitu KAN untuk membantu menyelesaikan sengketa tersebut. Di Nagari Situjuah Gadang, sengketa mengenai sako dan pusako secara keseluruhan bisa diselesaikan ditingkat kaum.

Pada tingkat Kerapatan Adat Nagari (KAN) Nagari Situjuah Gadang didapatkan data mengenaijenis dan jumlah sengketa yang masuk dan terlaksana dari tahun 2008‐2002.