Kasus Dayak Limbai Ketemenggungan Pelaik Keruap Vs Perusahaan Tambang

2. Kasus Dayak Limbai Ketemenggungan Pelaik Keruap Vs Perusahaan Tambang

Batu Bara: Persepsi Penghormatan terhadap Tamu 76

Masyarakat Adat Dayak Limbai Ketemenggungan Pelaik Keruap tinggal di kawasan Bukit Kerapas.Bukit Karapas merupakan sumber kehidupan masyarakat,didalamnya terdapat tumbuhan obat‐obatan, kayu belian, kayu meranti, tempat suci/keramat, sumber air bersih, sumber irigasi sawah, bahan tambang (emas dan batu bara) dan binatang buruan. Tempat ini begitu berarti bagi masyarakat pendukungnya. Sehingga berbagai upaya untuk mempertahankannya terus dilakukan, termasuk yang menimpa tiga masyarakat adat yang dikriminalisasi dengan tuduhan perampasan kemerdekaan.

Pada 11 Mei 2009, datang rombongan karyawan PT Mekanika Utama Group (MUG) bersama aparat Kecamatan Menukung, anggota Polsek Menukung, dan staff Dinas Pertambangan dan Energi Kabupaten Melawi dan penduduk lokal dari kampung tetangga 77 ke wilayah Pelaik Keruap. Kedatangan rombongan ini dicurigai warga berkaitan dengan rencana eksplorasi tambang di hutan adat Pelaik Keruap 78 . Kecurigaan semakin menguat, karena kedatangan tim survey batubara dilakukan pada jam. 23.00 WIT, dengan mesin perahu dan lampu yang dipadamkan sepanja g perjalanan di su gai. n n

Warga meminta rombongan untuk berhenti, dengan tujuan meminta penjelasan tujuan kedatangan, dan apakah sudah meminta ijin kepada kepala desa dan dusun.Tim Survey tetap bersikeras menolak memberikan penjelasan,akhirnya AlfonsiusIyon, Kepala Dusun Pelaik Keruap, meminta pembicaraan dilakukan di rumahnya bukan ditepi sungai.Warga menilai masuknya rombongan secara diam‐diam pada malam hari ini melanggar adat yaitu Kesupan Temenggung, Kesupan Kampung, Kesupan Pengurus Kampung. Namun karena di malam hari maka sidang adat akan dilakukan esok hari, rombongan diperlakukan sebagai tamu dan dipersilahkan menginap di kediaman kepala desa.

Karena mengaku ada anggota rombongan yang sakit, rombongan ini meminta ijin pulang. Akhirnya disepakati dua orang perwakilan yaitu dari dari PT Mekanika Utama dan Staff Kecamatan Menukunguntuktidak meninggalkan kampung dan ditempatkan di kediaman kepala desa. Kabar bahwa dua orang anggota rombongan “ditahan”, dilaporkan kepada Camat dan Kapolsek, yang dua hari berselang, seratus anggota Polres Melawi datang

k e lokas i untuk melakukan operasi pe mbebasan 79 .

Polisi kemudian menangkap Bambang bin Nail (Kepala Desa) ; Alfonsius Iyon (Kepala Dusun), dan Sergius Selamat (Ketua RT). Pengadilan Negeri Sintang Kalimantan Barat menjatuhkan sanksi pidana penjara selama hukuman 4 bulan 5 hari karena dianggap melanggar pasal 333 ayat (1) KUHP dengan sengaja menahan (merampas kemerdekaan) orang atau meneruskan tahanan itu tanpa hak. Akhirnya pada tanggal 28 Mei 2010 Ronti, Temenggung Pelaik Keruap dilampiri 505 nama dan tanda tangan/cap jempol masyarakat warga desa pelaik keruap Menolak proses peradilan terhadap ketiga warga masyarakat adatnya, pertanyaan tersebut diperkuat dengan nota penjelasan tanggal 15 September 2010 s ebagai jawaban atas permintaan penjelasan dari MA no. 242/PAN/VII/2010. 80

Dalam hukum adat Dayak, secara umum mereka akan menghormati dan melindungi tamu yang menghormati hukum adatnya, bahkan menjadikannya sebagai saudara angkat. Namun, sebaliknya hukum adat juga akan memberikan sanksi kepada tamu yang tidak menghormati hukum adat. Penghormatan dan perlindungan terhadap tamu misalkan tercermin dalam tulisan J Kusni sebagai berikut :

“Di dalam Hukum Adat Suku Dayak ditemukan juga hal istimewa untuk melindungi dan menjadi orang asing yang mengembara di daerah suku Dayak.Suku Dayak merasa terhina apabila ada orang asing yang datang ke daerahnya, selagi dalam perjalanan di daerah suku Dayak kemudian orang asing tersebut menderita atau mengalami kesusahan. Oleh karena itu ada Hukum Adat Dayak yang isinya antara lain harus menerima dan memelihara keamanan orang asing yang masuk daerah suku Dayak dan telah berjanji menyerahkan nasib kepada Kepala Adat dan berjanji untuk tunduk kepada Hukum Adat suku Dayak di mana orang asing tersebut berada. 81

Maka dalam perspektif masyarakat adat, kedatangan tim survey batubara pada malam hari dan tidak meminta ijin adalah pelanggaran hukum adat. Namun, untuk menunggu proses sidang adat, keduanya diperlakukan sebagai tamu dalam hukum adat. Seperti menyediakan makanan dan minuman sesuai dengan kemampuannya, serta menyiapkan tempat tidur terbaik. Penempatan dua orang rombongan di kediaman pengurus adat, merupakan simbol keduanya berada dalam lindungan adat, dan masyarakat adat akan patuh.

Dari k sus ini, kita mendapatkan gamba an bahwa : a r

- Terdapat perbedaan persepsi terhadap perampasan kemerdekaan antara aparat penegak hukum dan masyarakat adat. Aparat penegak hukum, pengusaha dan birokrasi menggunakan persfektif sentralisme negara memandang bahwa masyarakat adat tidak memiliki hak untuk menahan seseorang di kampungnya, karena otoritas perampasan kemerdekaan adalah kewenangan aparat penegak hukum. Namun, disisi lain masyarakat adat berpandangan yang dilakukan bukanlah perampasan kemerdekaan, tetapi untuk menunggu waktu sidang adat dilakukan, dan mereka diperlakukan secara terhormat sebagai tamu, bukan ta anan; h

- Tim survet batubara tidak memiliki itikad baik dengan sengaja mendatangi Bukit Kerapas pada tengah malam, dan dengan mematikan mesin perahu dan lampu, merupakan pelanggaran hukum adat kesupan.

- Perbuatan datang di malam hari, memasuki wilayah adat tanpa ijin, menurut masyarakat adat merupakan perbuatan yang melanggar hukum adat, dan perbuatan tersebut tidak dikategorikan sebagai perbuatan pidana. KUHP merumuskannya sebagai kejahatan jika perbuatan mengakses ke suatu wilayah tanpa ijin ke dalam dalam rumah, ruangan atau

pekarangan tertutup rumah atau ruangan yang tertutup 82 , sehingga seharusnya aparat penegak hukumpun memproses secara p idana berdasarkan UU No.1/Drt/1951

- Hakim dalam memutus perkara tidak menggali, mengikuti, dan memahami nilai­nilai hukum dan rasa keadilan yang hidup dalam masyarakat” , khususnya adat bertamu, dan

tata cara sidang adat dilakukan.