Media di Era Konvergensi Telematika

I. Media di Era Konvergensi Telematika

Era digital membuat setiap orang memiliki kesempatan untuk menjadi konsumen sekaligus produsen dari sebuah konten. Namun di sisi lain era digital juga dimanfaatkan oleh perusahaan‐perusahaan media massa besar untuk memperkokoh bangunan konglomerasi

medianya 1 . Amerika Serikat adalah negara yang dapat dijadikan contoh dari konglomerasi

media. Pada era tahun 1980‐an hinggga pertengahan tahun 1990‐an, perusahaan media massa di Amerika Serkat terus mengalami penurunan. Tahun 1996, perusahaan media di negeri itu hanya menyisakan lima media, yaitu Time‐Warner, Viacom, News Corp.,

Bertelsmann Inc., dan Disney 2 .

Diolah dari tulisan Veronika Kusuma 3

Tahun 2011, muncullah sejarah besar dalam integrasi konglomerasi media di Amerika Serikat yang mencoba mengintegrasikan kepemilikan media dan infrastruktur internet. Pada tahun tersebut perusahaan raksasa Time Warner bergabung dengan American

On Line (AOL) 4 menjadi Time Warner and AOL (TWOL) 5 . Penggabungan dua perusahaan itu dinilai sangat st rategis dan menandai munculnya konglomerasi media baru 6 .

Namun marger TWOL tidak berlangsung lama. Pada tahun 2003 marger itu bubar. Menurut Satrio Arismunandar 7 , yang ditulis dalam blognya 8 , setidaknya ada tiga penyebab dari kegagalan marger kedua media besar itu. Pertama, alasan yang bersifat teknis. Orang Amerika ternyata lamban dalam mengadopsi koneksi pita‐lebar berkecepatan tinggi, yang diperlukan untuk terjadinya konvergensi.

Kedua, pemilihan waktu yang tidak tepat. Merger itu terjadi tak lama sebelum saham‐saham perusahaan yang terkait dengan Internet berguguran, sehingga menguras habis modal potensial yang dibutuhkan untuk memajukan proses ke arah konvergensi yang diidamkan.

Ketiga, terkait dengan kekeliruan dalam membaca psikologi konsumen. Hanya karena seseorang bisa terkoneksi ke Internet melalui AOL, tidaklah lantas berarti ia ingin menyaksikan liputan CNN 9 atau menonton film‐film Warner Brothers atau membaca m ajalah Time 10 .

Sementara itu menurut Direktur LSPP 11 Ignatius Haryanto, dalam wawancara dengan Yayasan SatuDunia 12 , kegagalan marger TWOL disebabkan oleh culture dari keduanya (Time Warner dan AOL) berbeda. “Misalnya, AOL terkait dengan internet yang sangat tinggi. Sementara produksi konten Time Warner sangat lama bila dibandingkan dengan internet,” ujarnya, “Kalau kita bicara soal produksi majalah, itu kan skalanya m inggu an atau bulanan. Bahkan jika bicara film, maka proses produksinya bisa tahunan,”

Hal itulah, menurut Ignatius yang kurang bisa dipertemukan. Pertanyaan berikutnya adalah, apakah jika faktor‐faktor kegagalan yang menimpa TWOL itu dibenahi, apakah akan ada integrasi baru antara industri konten media dan penyedia infrastruktur internet? “Bisa jadi, jika perusahaan‐perusahaan lain sudah mengetahui kunci untuk mengatasi kegagalan marger TWOL itu dan bisa bersinergi, maka bukan tidak mungkin muncul konglomerasi media b aru yang berbasiskan konvergensi telematika itu di masa depan,” kataya.

Konglomerasi media yang menyorot perhatian publik di Amerika Serikat lainnya adalah kerajaan media News Corporation milik Ruperth Murdoch. Jaringan bisnis media dari News Corporation ini membentang dari Amerika, Australia, Inggris, Eropa dan Asia. Jaringan bisnis medianya meliputi media cetak, televisi dan internet.

No Negara

Media dalam Jaringan News Corporation

1 Australia Fox Studio Australia, Fox Sport Australia, Foxtel, Harper Collins Australia, Big League, Daily Telegraph, Gold Coast Bulletin, Hearl Sun, Alpha, Donna Hay, Inside Out, Sunday Hearld Sun, Sunday Mail, Sunday Tasmanian, Sunday Territorian, The Advertiser, The Australian, The Courier‐mail, The Sunday Times, Weekly Times, The Mercury, The Sunday Telegraph, Sunday Times, The Sunday Mail, NT News, Truelocal.com.au, News.com.au, Careerone.com.au, Foxsport.com.au

2 Inggris Bskyb, News International, The Times, The Sun, Shine Group, Harper Collins UK, Time Literary Supplement, NDS

3 Amerika Fox News Channel, National Geographic Channel AS, The Wall Street Journal, 20 th Century Fox, Fox Searchilight Picture, Fox Broadcasting

Serikat Company, Harper Collins Publishers, New York Post, FX dsb

4 India

Tata Sky, Harper Collins India

5 Hongkong

Star TV

6 Kanada

Harper Collins Canada

7 Italia

Sky Italia

8 Jerman

Sky Deutschland

9 Selendia Baru

Harper Collins New Zealand

10 Papua Nugini

Post‐Courier

Tabel Kerajaan Bisnis Media Murdoch 13 .

Beberapa kerajaan bisnis media Murdoch juga merambah dunia internet. Jejaring media milik Murdoch di internet antara lain: Americanidol.com, askmen, fox.com, foxsport.com, hulu.com, mikround, News Digital Media, News Outdor, Scout, Spring Widgets dan

Whatifsport. Selain itu pada tahun 2005, News Corporation juga membeli saham MySpace 14 . Rupert Mu doch, me r mb eli MySpace pada 2005 seh arga US$580 juta sekitar Rp 5,2 triliun 15 .

Di Amerika Serikat, menurut Ketua Yayasan Pantau 16 Andreas Harsono dalam sebuah wawancara melalui Skype dengan SatuDunia 17 , beberapa konglomerat media itu memiliki saham di perusahaan telekomunikasi dan jasa internet. “Washington Post 18 itu punya saham di facebook, meskipun kecil,” ujarnya, “Donald Graham, CEO The Washington Post 19 , menjadi salah satu investor facebook,” Raksasa di dunia internet, seperti google, lanjut Andreas Harsono, itu memiliki kerjasama dengan New York Time 20 . “Tapi itu bukan kepemilikan saham,” lanjutnya.

Seperti ditulis oleh kompas.com 21 , The New York Times (dan juga Washington Post ) memiliki kerjasama dengan Google. Kedua media besar AS tersebut membuat proyek eksperimen yang disebut Living Stories untuk menyajikan berita secara komprehensif

b erdasarkan tema dan akan ter‐update setiap ada berita lanjutan.