Perlawanan Publik Terhadap Hegomoni Wacana di Era Konvergensi Telem tika a

d. Perlawanan Publik Terhadap Hegomoni Wacana di Era Konvergensi Telem tika a

Di era konvergensi telematika ini, selain dapat memberikan peluang semakin kuatnya konglomerasi media, juga memberikan peluang bagi publik untuk mengimbangi, bahkan juga m elawan wacana yang dikeluarkan oleh media massa arus utama.

Kita, pengguna internet, dapat menulis ketidakpuasan kita terhadap pemberitaan sebuah media mainstream di blog, milis, web 2.0 62 , twitter atau facebook. “Publik memungkinkan untuk melakukan perlawanan terhadap dominasi wacana dari konglomerasi media mainstream, terutama dengan hadirnya internet yang memberikan ruang baru bagi publik untuk berekspresi,” ujar Andreas Harsono, “Tetapi kecil sekali,”

“Melawan konglomerat media sekarang ini tidaklah gampang,” ujarnya, “Mayoritas konten yang ada di internet 63 , dibuat oleh media konglomerasi itu,” Selama publik, termasuk jurnalis warga, lanjut Andreas Hartanto, tidak membuat konten sendiri, akan sulit untuk menand ingi hegomoni wa ana dari media konglomerasi. c

Menurut laporan Saling‐Silang tahun 2011 64 , sebanyak 22% link media massa muncul di twitter. Adapun komposisinya adalah sebagai berikut.

Link media yang sering muncul di twitter

“Sesekali perlawanan publik terhadap dominasi wacana media konglomerasi ini bisa berhasil,” ujar Andreas Harsono, “Kasus penyerangan Jama’ah Ahmadiyah di Cikusik m isalny a,”

Video tragedi Cikesik di youtube misalnya, itu hanya bisa mendominasi pemberitaan di media besar dalam beberapa minggu saja. “Tapi setelah itu berjalan seperti biasanya,” ujarnya, “Dan akan lebih sulit lagi bila kasusnya menyangkut kepentingan Group media konglomerasi, kasus Lapindo misalnya,”

Kasus Lapindo menjadi salah satu hal yang dapat dijadikan contoh bagaimana publik melakukan perlawanan terhadap wacana yang disajikan oleh media‐media dalam kelompok Group Bakrie. TV One menyebut semburan lumpur sebagai lumpur Sidoarjo bukan lumpur

Lapindo 65 . Bahkan TV itu secara khusus mewawancarai pakar geologi Rusia Dr. Sergey Kadurin yang menyatakan semburan lumpur adalah akibat gempa bumi bukan akibat kesalahan pengeboran 66 . Sementara pendapat pakar yang menyatakan bahwa semburan lumpur akibat pengeboran tidak diwawancarai.

Hal yang sama juga terjadi di ANTV. Televisi milik Group Bakrie itu juga menyebut semburan lumpur sebagai lumpur Sidoarjo bukan lumpur Lapindo. ANTV juga menayangkan pendapat Dr. Sergey Kadurin yang menyatakan semburan lumpur adalah akibat gempa bumi

bukan akibat kesalahan pengeboran 67 . Seperti halnya TV One, pakar yang menyatakan bahwa semburan lumpur akibat pengeboran tidak dimintai pendapat.

Hal yang sama juga terjadi pada vivanews.com. Portal berita milik Group Bakrie itu juga menyebut semburan lumpur sebagai lumpur Sidoarjo, bukan lumpur Lapindo. Di saat yang hampir bersamaan pula portal berita itu menampilkan pendapat pakar geologi Rusia

yang menyatakan semburan lumpur bukan akibat pengeboran 68 . Liputan khusus terhadap pakar Rusia juga ditampilkan secara audio‐visual di portal vivanews.com 69 .

Tapi publik tidak tinggal diam. Terkait wawancara khusus kelompok media Bakrie terhadap Dr. Sergey Kadurin yang menyatakan semburan lumpur adalah akibat gempa bumi bukan akibat kesalahan pemboran, diimbangi oleh www.korbanlumpur.info 70 dengan Tapi publik tidak tinggal diam. Terkait wawancara khusus kelompok media Bakrie terhadap Dr. Sergey Kadurin yang menyatakan semburan lumpur adalah akibat gempa bumi bukan akibat kesalahan pemboran, diimbangi oleh www.korbanlumpur.info 70 dengan

akibat aktivitas pemboran bukan bencana alam 72 .

Web korban korban lumpur sendiri adalah sebuah inisiatif masyarakat sipil untuk melawan wacana dari media mainstream dalam kasus Lapindo. Web korban lumpur juga mendistribusikan kontennya melalui media sosial, facebook dan twitter. Kampanye untuk melawan wacana media mainstream dalam kasus Lapindo juga dilakukan melalui jejaring sosial facebook.

Gerakan kampanye kasus Lapindo di media sosial

Channel

Jumlah anggota/follower

Keterangan

(per 19 Juli 2011) Friend of Lapindo Victim,

Fanpage facebook 73 878

(per 19 Juli 2011) Group in Facebook 74

(27 Juli 2011) Cause; Dukung Korban

Twitter @korbanlapindo 75 452

( Per Juni 2011) Lapindo Mendapatkan Keadilan 76

Tingkat keterbacaan atau paparan media yang dijadikan tempat untuk melawan dominasi wacana dalam kasus Lapindo sangat sedikit dibandingkan dengan keterbacaan atau paparan dari media konglomerasi Group Bakrie.

NO Channel

Jumlah

Ranking di

Jumlah

pembaca/pemirsa Alexa

anggota/follower di media sosial

Geraka n kampa nye publik untuk kasus Lapindo

1 Website

korbanlumpur.info

(global), 140,328 (rank in id), 40 (site l ink in)

2 Fanpage facebook 878

3 Friend of Lapindo 3404 Victim, Group in Facebook

4 Twitter @korbanlapindo 452

5 Cause;Dukung Korban 17,238 Lapindo Mendapatkan Keadilan

Media Group Bakrie

1 Vivanews.com Peringkat ke‐

13 topsite menurut alexa.

857 (global),

13 (rank in Id), 276 (site l ink in)

Twitter (@VIVAnews) 185,597 Vivanews.com di

4,545 facebook 77

Vivanews.com di 66,849 facebo ok 2 78

2 AnTV

87,4 juta

AnTV di twitter 79 30,278

3 TV One

TV One di Twitter 80 404,409

Dari tabel di atas terlihat bahwa secara kuantitas potensi publik yang terpapar k ampan ye terkait kasus Lapindo dan media group Bakrie jauh dari berimbang.

Pertanyaan berikutnya adalah bagaimana masa depan gerakan perlawanan publik dalam melawan dominasi wacana oleh konglomerasi media di era konvergensi telematika

i ni?