Konglomerasi Media di Era Konvergensi Telematika
b. Konglomerasi Media di Era Konvergensi Telematika
Era konvergensi telematika yang mulai menjalar di Indonesia dimanfaatkan pula oleh para konglomerat media untuk mengukuhkan bisnis medianya. Namun, sejarah konglom erasi me ia di In d donesia sendiri, sejatinya telah dimula sej k era Orde Baru. i a
Menurut aktivis AJI Margiyono, proses konvergensi di Indonesia dimulai dari konglomerasi, “Dimana industri‐industri media besar membeli/mencaplok media‐media lain,” ujarnya 27 , “Misal portal beritasatu.com milik Ulil dibeli Lippo, Detik.com dibeli kelompok Para,”. Menurutnya, hal itu tidak ahanya terjadi di Indonesia, tetapi juga terjadi di tingkat internasional, “Sebagaimana Google dan Yahoo yang membeli situs‐situs/kontak local,” tambahnya.
“Konglomerasi media, dalam arti cross section 28 , di Indonesia muncul sejak jaman
Soeharto dan semua terpusat di Jakarta,” ujar Andreas Harsono, “Di era Hindia Belanda dan Soekarno memang ada media besar, tapi tidak cross section, pada waktu itu hanya koran saja,”
“Adapun aktornya, kebanyakan sama sejak Orde Baru,” katanya, “Namun ada aktor baru da lam konglomerasi media ini s etelah Orde Baru tumbang, yaitu Trans Corps”
Menurut Andreas Harsono, di luar internet, konglomerasi media yang terbesar adalah MNC (Media Nusantara Citra). “Yang kedua, Kompas‐Gramedia,” ujarnya, “Untuk konglomerasi yang berbasiskan konvergensi telematika, saat ini yang paling besar adalah Group Bakrie,”. Menurutnya, konvergensi telematika akan semakin memperkuat konglomerasi media di Indonesia. “Akan makin parah,” ungkapnya.
No Media Newspaper
Cyber Media Other Group
Station n Station Bussin es
1 Kompas‐ Kompas, The
Kompas.com, Hotel, Gramedi
Jakarta Post, dan Tabloid,
Radio
TV 29 Printing , Kompasiana.co
a Group Warta Kota
5 book
dan
m 30 House, dan 11 surat publisher
Otomoti
Promotion, kabar lokal
on Radio
Agencies, University
Okezone.com IT Bussines (Media
2 MNC Seputar
Mom&K iddy, FM,Radi
Global TV,
Nusantar
TPI (MNC
Realita,
a Citra)
Dangdut
TV),
Majalah TPI, ARH Indovision
3 Jawa Pos Jawa Pos,
Travel Fajar, Riau
23 majalah
Fajar FM JTV di
Bureau, Pos, Rakyat
Power House Merdeka,
Makassa dan 3
stasiun TV
dan 90 surat
lokal 31
kabar lokal di berbagai
d aerah
4 Mugi
O’Channel Holder of Reka
Cosmopolita
Hard
34 Saveral Aditama
n, Harper’s
Rock
International (MRA)
Bazaar,Esqui FM 32 ,
Sky 33 FHM, Good
House Keeping dan
10 majalah lainnya (kebanyakan franchis e)
5 Bali Post Bali post,
Balipost, bisnis Suluh
Tabloid
Bali TV
dan 2 koran
lainnya
lainnya
Entertaiment. Media
6 Mahaka Harian
Golf Digest,
Radio
JakTV, TV
One 35 Outdoor
Parents
Advertisment
Indonesi a, A+
7 Femina
Production Group
Femina,
Radio U
Gadis, Ayah
FM
House
Bunda, Dewi dan 10 majalah l ainnya
8 Bakrie
Vivanews.com Property, Group
AnTV, TV
One
minning, palm oil dan telekomunika si
9 Lippo Jakarta
Beritasatu.com Property,hos Group 36 Globe,
Majalah
pital, Investor
Investor,
Globe Asia,
Education, Daily, Suara
Campus Asia
insurance, Pembaruan
internet service p rovider
10 Trans
Detik.com 37 Corp
TransTV,
Trans7
11 Media Media
mediaindonesi Group 38 Indonesia,
MetroTv
a.com
Lampung Post, Borneo News
S umber: diolah dari tabel konglomerasi media Ignatius Haryanto 39
“Konglomerasi media di era konvergensi telematika adalah sesuatu yang sulit dihindarkan,” ujar Don Bosco Salamun, dari Berita Satu Media Holdings 40 , saat menjadi pembicara di konferensi media baru yang diselenggarakan oleh Aliansi Jurnalis Independen (AJI) 41 .
”Karena dengan penyatuan kepemilikan media itu dapat menjadikan operasional industri media lebih efisien,” katanya, “Seorang wartawan misalnya, dapat membuat satu berita b ukan hanya untuk satu kanal n mun juga beberapa kanal sekaligus” a
Bahkan dalam seperti ditulis di salah satu portal 42 , Presiden Direktur PT Bakrie Telecom Tbk (BTEL) Anindya Novyan Bakrie saat memaparkan Bakrie Telecom, Media and Technology (BakrieTMT2015) yang akan menyinergikan lini bisnis telekomunikasi (BTEL), media (VIVA Group) dan teknologi (BConn dan BNET) sampai dengan tahun 2015.
“Sebelum era konvergensi telematika di Indonesia ini, konglomerasi sudah terjadi,” ujar Farid Gaban 43 , dalam wawancaranya dengan SatuDunia 44 , “Kemajuan teknologi mempe rmudahkan lagi konglo erasi it ,” m u
Sementara menurut aktivis Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Margiyono, konvergensi telematika adalah istilah teknologi, sementara dalam konteks bisnis adalah konglomerasi. “Secara teknologi terkonvergensi dan secara bisnis ya konglomerasi,” ujarnya
dalam diskusi lingkar belajar di Yayasan SatuDunia 45 .
Di tempat terpisah Ignatius Haryanto menyatakan bahwa yang paling pertama diuntungkan dengan era konvergensi telematika ini adalah pengusaha media. “Karena itu membuka peluang baru untuk menyebarkan konten‐konten media melalui outlet‐outlet yang beragam,” ujarnya, “Kuntungan dari konvergensi telematika ini paling cepat dimanfaatkan oleh pengusaha‐pengusaha media. Nah, pertanyaannya kemudian adalah publik a kan mendapatkan apa dengan kon vergensi telematika ini?”
Konglomerasi media dengan memanfaatkan konvergensi telematika di Indonesia semakin nampak dari upaya Trans Corps membeli situs portal popular, detik.com. Dari sisi bisnis pembelian detik.com memang sangat menguntungkan. Bagaimana tidak, menurut
situs alexa.com 46 , per 26 Juli 2011, detik.com masuk 10 besar situs paling popular di Indonesia. Tak heran kue iklan pun banyak mengalir ke situs detik.com.
Menurut Nukman Lutfie, seperti ditulis portal TEMPO 47 , detik.com adalah media daring nomor satu dalam perolehan iklan. “Tahun 2011 ini mereka meraup Rp 100 miliar dari iklan. "Media detik.com nomor satu diikuti kompas.com." ujarnya.