Pemenuhan Hak Atas Bantuan Hukum Tanggung Jawab Nega ra

IV. Pemenuhan Hak Atas Bantuan Hukum Tanggung Jawab Nega ra

Undang‐undang Bantuan hukum muncul sebagai konsekuensi negara hukum yang dianut Indonesia. Bantuan hukum adalah tanggung jawab yang harus dipenuhi dalam sebuah negara yang menghendaki persamaan dimuka hukum dan pemerintahan bagi warganya. Terlebih di Negara Indonesia yang warga negaranya memiliki tingkat pendidikan, sosial dan ekonom i yang tidak merata yang berimbas pada kemampuan mereka mengakses keadilan.

Hak Atas bantuan hukum adalah hak asasi manusia yang dijamin dalam konstitusi. Mahkamah Konstitusi dalam pertimbangannya ketika memutuskan Judicial Review UU Advokat menyebutkan bahwa UUD 1945, Pasal 1 ayat (3), secara tegas menyatakan Indonesia adalah negara hukum yang dengan demikian berarti bahwa hak untuk Hak Atas bantuan hukum adalah hak asasi manusia yang dijamin dalam konstitusi. Mahkamah Konstitusi dalam pertimbangannya ketika memutuskan Judicial Review UU Advokat menyebutkan bahwa UUD 1945, Pasal 1 ayat (3), secara tegas menyatakan Indonesia adalah negara hukum yang dengan demikian berarti bahwa hak untuk

pemenuhannya 23 . Hanya saja, selama ini tanggung jawab negara untuk memenuhi hak atas bantuan

hukum kepada masyarakat miskin dan marginal dilakukan oleh masyarakat sipil yang berprofesi sebagai advokat publik yang tergabung dalam organisasi Bantuan Hukum maupun oleh para advokat yang menjalankan fungsi probono publico. Mengingat, selama ini negara memilih absen untuk menjalankan kewajiban hukumnya sebagai pemegang tanggungjawab pemenuhan HAM untuk memenuhi hak Bantuan Hukum bagi warga negaranya.

Dalam negara hukum, bantuan hukum menjadi pijakan awal untuk memperkuat masyarakat miskin dan marginal agar dapat berdaya mengakses hak‐hak dasar lainnya. Terkait proses hukum di peradilan, jaminan hak atas bantuan hukum adalah sarana untuk terwujudnya masyarakat yang mampu memperoleh peradilan yang adil dan mengakses

keadilan. 24 Meskipun memang, bantuan hukum bukanlah menjadi satu sarana tunggal. Masih terdapat subsistem hukum lain yang mempengaruhi dan menentukan yakni struktur hukum seperti lembaga‐lembaga pemerintah dan aparat birokrasi penegak hukum 25 serta budaya hukum masyarakat yang menjadi sarana lain yang harus dipenuhi juga untuk mewujudkan keadilan. Tentunya struktur 26 , dan budaya hukum yang mendorong pemenuhan hak atas keadilan bagi masyarakat bukan struktur dan budaya hukum yang akrab dengan korupsi, kolusi, nepostisme yang justru menjauhkan masyarakat dari akses menggapai keadilan. Oleh karenanya, bersamaan dengan akses pemenuhan bantuan hukum selain substansi hukum jaminan hak atas bantuan hukum, struktur hukum dan budaya hukum harus didorong untuk dapat menjamin pemenuhan hak atas keadilan bagi masyarakat.

Meskipun demikian, disamping persoalan diatas, budaya hukum terutama kesadaran masyarakat akan hak‐hak yang dimilikinya juga masih rendah. Disinilah letak bantuan hukum memagang peranan penting untuk menumbuhkan kesadaran masyarakat akan hak‐

haknya sebagai awal ada nya upaya hukum. 27

Berdasarkan situasi diatas, dapat ditarik benang merah bahwa pada dasarnya UU Bantuan Hukum di terbitkan, untuk lebih menjamin pelaksanaan Hak atas bantuan Hukum melalui UU advokat dan UU Kekuasaan Kehakiman yang selama ini kurang memadai guna memastikan pemenuhan akses keadilan kepada masyarakat dan jaminan persamaan dimuka hukum bagi masyarakat miskin dan marginal . Pengaturan tersebut untuk melengkapi bukan menghapus konsep Probono Publico yang telah diterapkan dengan konsep Legal Aid. Pengaturan tanggung jawab negara dalam Bantuan Hukum ini menunjukkan bahwa pemenuhan Hak Atas Bantuan Hukum pada dasarnya adalah hak konstitusional yang pemenuhannya adalah tanggung Jawab Negara yang tidak lain adalah untuk menjawab r ealitas kebutuhan Bantuan Hukum bagi masyarakat.