Memadukan Konsep Probono Publico Dan Legal Aid

I. Memadukan Konsep Probono Publico Dan Legal Aid

Tidak bisa dielakkan bahwa aktor utama pemberian layanan hukum adalah advokat. Sejarah mencatat advokatlah yang menjadi pioneer untuk memberikan bantuan hukum kepada masyarakat miskin. pemberian bantuan hukum kepada masyarakt miskin tersebut dikenal dengan konsep probono publico. Dalam perkembangannya, probono dikenal menjadi salah satu bentuk strategi gerakan pemberian bantuan hukum untuk membela kepentingan umum, selain legal aid. Adapun pengertian legal aid adalah “a very range of legal work that performed voluntarily and free of charge to underrepresented and vulnerable segments of

society” 9 Bantuan hukum dalam konsep probono meliputi empat elemen, yaitu : 1) Meliputi

seluruh kerja‐kerja di wilayah hukum; 2) Sukarela ; 3) Cuma‐Cuma; dan 4) Untuk Masyarakat yang kurang terwakili dan rentan. Kewajiban ini sebagai sebuah tanggung jawab moral a dvokat sebagai profesi terhormat (officium nobbile).

Kewajiban bantuan hukum Cuma‐Cuma (probono publico) ini diatur dalam UU No.18 Tahun 2003 tentang Advokat, PP 83 tahun 2008 tentang Persyaratan dan Tata Cara Pemberian Bantuan Hukum Secara Cuma‐Cuma dan Peraturan Peradi No 1 tahun 2010 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pemberian Bantuan Hukum Secara Cuma Cuma serta kode etik advokat. Untuk melaksanakannya dibentuk unit kerja bernama PBH Peradi. Ketentuan tersebut menjadi sistem pemberian bantuan hukum yang dibangun oleh organisasi advokat

sebagai bagian dari gerakan probono.

Sedangkan konsep legal aid merujuk pada pengertian pelayanan hukum (legal assistence ) yang dibiayai atau disubsidi oleh negara. Konsep inilah yang digunakan dalam UU

Bantuan Hukum. Ide bantuan hukum yang dibiayai Negara. (publicly funded legal aid) pertama kali ditemukan di Inggris dan Amerika Serikat. Setelah perang dunia ke dua berakhir, pemerintah Inggris membentuk the Rushcliff Committee dengan tujuan untuk meneliti kebutuhan bantuan hukum di Inggris dan Wales. Berdasarkan laporan dari the Rushcliff Committee merekomendasikan bahwa bantuan hukum harus dibiayai oleh negara. Sedangkan, di Amerika Serikat awalnya bantuan hukum merupakan bagian dari program anti kemiskinan pada tahun 1964. Pemerintah membentuk lembaga The Office Economic

Opportunity (OEO) yang diantaranya membiayai bantuan hukum melalui sistem Judicare, yaitu Advokat atau Bar Association menyediakan layanan bantuan hukum untuk masyarakat

miskin, kemudian jasa bantuan hukum tersebut dibiayai oleh negara. Konsep ini lahir sebagai sebuah konsekuensi dari perkembangan konsep Negara

kesejahteraan (welfare state) dimana pemerintah mempunyai kewajiban untuk memberikan kesejahteraan kepada rakyatnya. Bantuan hukum dimasukkan sebagai salah satu program peningkatan kesejahteraan rakyat, terutama dibidang sosial politik dan hukum. Dengan demikian, UU Bantuan Hukum dirancang sebagai upaya pemenuhan tanggungjawab Negara dalam memberikan bantuan hukum kepada warganya. Hal ini dapat dilihat dalam penjelasan UU Bantuan Hukum, yang menyatakan sebagai berikut :

“....Penyelenggaraan pemberian bantuan hukum kepada warga negara merupakan upaya untuk memenuhi dan sekaligus sebagai implementasi negara hukum yang mengakui dan melindungi serta menjamin hak asasi warga negara akan kebutuhan akses terhadap keadilan (access to justice) dan kesamaan di hadapan hukum (equality before the law). Jaminan atas hak konstitusional tersebut belum mendapatkan perhatian secara memadai, sehingga dibentuknya Undang ­Undang tentang Bantuan Hukum ini menjadi dasar bagi negara untuk menjamin warga negara khususnya bagi orang atau kelompok orang miskin untuk mendapatkan akses keadilan dan kesamaan di hadapan hukum” 10

Oleh karena itu, baik konsep Probono maupun Legal Aid prinsipnya merupakan strategi untuk memberikan pelayanan hukum (legal services) bagi masyarakat miskin dan marginal. Konsep Legal Aid yang menjadi semangat UU Bantuan Hukum bukan untuk menggantikan konsep Probono yang dipelopori oleh advokat, tetapi ikut mendukung keterlibatan para advokat sebagai salah satu pemberi layanan hukum cuma‐cuma dengan memadukannya bersama konsep bantuan hukum yang disubsidi negara.