Berdasarkan contoh tuturan di atas, tuturan yang bernilai rasa menyesal muncul pada penggunaan kalimat yang di dalamnya terdapat perasaan
penyesalan dari penutur terhadap sesuatu hal. Tuturan yang bernilai rasa menyesal
cenderung terasa
santun karena
apa yang
diucapkan menggunakan pilihan kata yang mencerminkan kesantunan.
4.2.2.8 Nilai Rasa Sedih
Nilai rasa sedih ialah kadar rasa bahasa yang dinilai mengandung perasaan sedih, kehilangan, memprihatinkan maupun terharu yang terdapat
dalam tuturan.
4.2.2.8.1 Nilai Rasa Sedih
Nilai rasa sedih ialah kadar rasa sedih penutur yang terlihat dalam tuturan yang digunakan untuk mengungkapkan perasaannya.
29. O, Allah, betapa perasaan saya bagaikan disendhal mayang Walaupun bakal lama berpisah namun bukan kehilangan Sumber data :
Prosa Lirik Pengakuan Pariyem karya Linus Suryadi Ag halaman 155, data tuturan NRPP 155
Konteks tuturan : Penutur dan mitra tutur terlibat dalam percakapan. Tuturan diucapkan oleh Pariyem untuk menanggapi pertanyaan Mas
Paiman tentang perasaan Pariyem saat diungsikan di dusunnya kembali.
Data tuturan 29 yang digunakan Pariyem untuk mengungkapkan perasaannya pada Mas Paiman ketika ia akan berpisah dari keluarga
Suryamentaraman mengandung nilai rasa sedih seperti yang terdapat pada unsur intralingual melalui kalimat “O, Allah, betapa perasaan saya
bagaikan disendhal mayang ”. Penggunaan kalimat ini memperlihatkan
bahwa Pariyem sedih akan perpisahannya dengan keluarga majikannya
karena ia harus diungsikan di dusun asalnya dulu Wonosari, Gunung Kidul selama kehamilannya hingga ia melahirkan. Nilai rasa sedih diperkuat
unsur ekstralingual yang berupa konteks tuturan yang selalu menyertai tuturan dapat dilihat dari fenomena praanggapan bahwa Mas Paiman tidak
mengetahui yang ia rasakan saat harus berpisah dengan keluarga majikannya
dan konteks
situasi komunikasi
yang berupa
situasi percakapan yang nyaman membuat Pariyem bebas mengutarakan pendapat
dan perasaannya pada Mas Paiman. Tuturan 29 dirasa santun karena dapat mengefektifkan tuturan dan tuturan terkesan lebih santun karena
adanya penggunaan majas perumpamaan. Hal itu sesuai dengan prinsip kesantunan menurut Pranowo 2009:18-23 yakni pemakaian bahasa
dengan menggunakan gaya bahasa akan terasa lebih santun dibandingkan dengan tuturan biasa.
Berdasarkan contoh tuturan di atas, tuturan yang bernilai rasa sedih muncul pada penggunaan kalimat yang di dalamnya terdapat perasaan
sedih dari penutur terhadap sesuatu hal. Tuturan yang bernilai rasa sedih cenderung terasa santun karena menggunakan majas perumpamaan yang
dapat menghaluskan tuturan dan mengefektifkan komunikasi seperti yang terdapat dalam tuturan 29.
4.2.2.8.2 Nilai Rasa Kehilangan
Nilai rasa kehilangan ialah kadar rasa bahasa yang dinilai mengandung perasaan kehilangan penutur yang terlihat dalam tuturannya.
30. Dan saya pun ingat satu hal : Dia bertambah dingin, lho tak sehangat dulu