karena menggunakan nama panjangnya secara sembarangan. Seharusnya penutur dapat menjaga apa yang hendak dikatakan, sehingga tuturan dapat
terlihat lebih santun. Data
tuturan 16
merupakan bentuk
representatif. Pariyem
memberitahukan pada Mas Paiman bahwa ia terlalu hafal dengan gerakan tubuh laki-laki yang sedang ingin bersetubuh sehingga tuturan yang
diucapkannya mengandung nilai rasa yakin yang dapat dilihat dari unsur intralingual yang berupa kalimat “Saya kenal betul sama hasrat lelaki
yang timbul
di balik
gerak-geriknya”. Penggunaan
kalimat ini
memperlihatkan keyakinan Pariyem akan pengalamannya berhadapan dengan lelaki sehingga dapat dikatakan bahwa tuturan 16 bernilai rasa
yakin. Nilai rasa yakin diperkuat dengan unsur ekstralingual yang berupa konteks tuturan yang selalu menyertai tuturan dapat dilihat dari fenomena
praanggapan bahwa Mas Paiman tidak mengetahui tanda-tanda lelaki yang sedang nafsu dan konteks situasi komunikasi yang berupa suasana
percakapan yang santai dan nyaman membuat Pariyem leluasa bercerita tentang kelakuan Den Baguse saat ditinggal pergi keluarganya pada Mas
Paiman. Tuturan 16 dianggap tidak santun karena menggunakan pilihan kata “clingus” untuk menggambarkan diri Den Baguse. Hal ini tidak sesuai
dengan dengan prinsip kesantunan berbahasa menurut Pranowo 2009 yang menggunakan pilihan kata yang mencerminkan “aura kesantunan”.
Seharusnya penutur menjaga tuturan yang hendak digunakan supaya tuturan terlihat lebih santun.
Berdasarkan ketiga tuturan yang mengandung nilai rasa yakin di atas, dapat disimpulkan bahwa nilai rasa yakin muncul pada penggunaan
kalimat yang mencerminkan keyakinan diri penutur yang terdapat dalam tuturannya. Tuturan yang bernilai rasa yakin cenderung terasa kurang
santun karena banyak melanggar prinsip kesantunan seperti yang terdapat dalam tuturan 14, 15 dan 16. Seharusnya penutur lebih berusaha
menjaga apa yang hendak diucapkan supaya tuturannya terkesan lebih santun.
4.2.2.5.2 Nilai Rasa Percaya
Nilai rasa percaya ialah kadar rasa bahasa yang dinilai mengandung perasaan percaya penutur terhadap mitra tuturnya yang terdapat dalam
tuturan. Nilai rasa percaya dapat berupa percaya akan diri sendiri ataupun rasa percaya pada orang lain.
17. Tapi dalam hati saya ngeledek dia : Ala, biarpun mahir tendangan lipat
tapi menghadapi saya pasti kan terlipat – di ranjang Sumber data : Prosa Lirik Pengakuan Pariyem karya Linus Suryadi Ag halaman 30,
data tuturan NRPP 30 Konteks tuturan : Penutur dan mitra tutur terlibat dalam sebuah
percakapan. Tuturan diucapkan oleh Pariyem untuk menanggapi pendapat
Mas Paiman mitra tuturnya mengenai kondisi fisik dari Den Baguse yang gagah, kekar dan tubuhnya yang liat.
18. Tapi saya? O, bagaimanakah saya? Saya tak mengaku kepada siapa-siapa saya mengaku kepada Mas
Paiman, kok Saya mengaku kepada sampeyan saja dan tidak mengaku pada orang
lain O, saya mengaku kepada orang yang saya tresnani saja, kok
dan tidak kepada sembarang orang saja Sumber data : Prosa Lirik Pengakuan Pariyem karya Linus Suryadi Ag halaman 46, data tuturan
NRPP 46
Konteks tuturan : Penutur dan mitra tutur terlibat dalam sebuah percakapan. Tuturan diucapkan oleh Pariyem yang menanggapi
pertanyaan mitra tuturnya Mas Paiman mengenai cara Pariyem dalam mengaku dosa.
Data tuturan 17 merupakan bentuk representatif. Tuturan yang digunakan Pariyem untuk memberitahukan Mas Paiman mengandung nilai
rasa percaya diri yang ditunjukkan melalui unsur intralingual melalui penggunaan kalimat “Ala, biarpun mahir tendangan lipat tapi menghadapi
saya pasti kan terlipat – di ranjang ”. Melalui penggunaan kalimat ini
memperlihatkan bahwa Pariyem secara terang-terangan memuji dirinya sendiri seolah Den Baguse pasti kalah ketika berhadapan dengan Pariyem.
Sehingga dapat dikatakan bahwa tuturan 17 mengandung nilai rasa percaya. Nilai rasa percaya diri diperkuat dengan unsur ekstralingual yang
berupa konteks tuturan yang selalu menyertai tuturan dapat dilihat dari fenomena praanggapan bahwa Mas Paiman tidak mengetahui kelemahan
Den Baguse dan konteks situasi komunikasi yang berupa situasi tuturan yang santai sehingga membuat Pariyem bebas mengeluarkan pendapatnya.
Tuturan 17 dianggap tidak santun karena melanggar prinsip kesantunan menurut Leech 1983 yang meminimalkan pujian terhadap diri sendiri.
Seharusnya Pariyem tidak terlalu memuji diri sendiri sehingga tuturannya terasa lebih santun.
Data tuturan 18 merupakan bentuk ekspresif yang digunakan untuk mengungkapkan perasaan penutur. Dari tuturan yang digunakan oleh
Pariyem untuk mengungkapkan perasaannya pada Mas Paiman terkandung nilai rasa percaya yang dapat dilihat dari unsur intralingual melalui