Daya Harap Analisis Penggunaan Unsur Intralingual dan Ekstralingual dalam Daya Bahasa

Dari contoh tuturan yang mengandung daya penolakan di atas, dapat disimpulkan bahwa daya penolakan muncul dalam kalimat yang digunakan untuk membantah atau menyatakan ketidaksetujuannya terhadap sesuatu hal. Dalam pemakaian daya penolakan sering kali terasa tidak santun karena sering kali menggunakan emosi saat mengucapkan tuturan seperti yang terdapat pada data tuturan 38 dirasa tidak santun karena tidak menjaga perasaan mitra tuturnya. Hal ini melanggar prinsip kesantunan menurut Pranowo 2009 menjaga perasaan mitra tutur dalam tuturan yang diucapkan atau sikap tepa selira. Seharusnya tuturan yang digunakan untuk membantah atau menyatakan ketidaksetujuan menggunakan pilihan kata dan cara penyampaian yang mencerminkan kesantunan.

4.2.1.8 Daya Tantangan

Daya tantangan adalah bentuk penggunaan fungsi bahasa yang diduga dapat menimbulkan suatu perselisihan atau pertengkaran. 39. Sudahlah bilang saja : kapan waktunya dan sebutkan tempatnya. Saya tanggung sampeyan mabok kepayang takkan tahan, sampeyan pasti ketagihan. Sumber data: Prosa Lirik Pengakuan Pariyem karya Linus Suryadi Ag halaman 128, data tuturan DBPP 128 Konteks tuturan : Penutur dan mitra tutur terlibat dalam sebuah percakapan. Tuturan diucapkan oleh Pariyem untuk menanggapi ejekan Mas Paiman yang tidak percaya bahwa dirinya bisa memuaskan Mas Paiman Data tuturan 39 merupakan bentuk tindak tutur komisif, yakni bentuk tuturan yang digunakan untuk menyatakan kesanggupan penutur. Pariyem sanggup membuat Mas Paiman terpuaskan yang dapat dilihat melalui unsur intralingual yang berupa penggunaan kalimat “Sudahlah bilang saja: kapan waktunya dan sebutkan tempatnya ” dan “Saya tanggung sampeyan mabok kepayang takkan tahan, sampeyan pasti ketagihan ”. Melalui penggunaan kalimat ini memperlihatkan bahwa Pariyem menantang Mas Paiman apabila ingin mencoba bersetubuh dengannya dan ia pun berani menjamin kepuasan Mas Paiman. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa data tuturan 39 berdaya menantang. Daya menantang diperkuat dengan unsur ekstralingual yang berupa konteks tuturan yang selalu menyertai tuturan dapat dilihat dari fenomena praanggapan bahwa Mas Paiman belum mengetahui Pariyem dapat memuaskannya dan konteks situasi komunikasi yang berupa waktu percakapan saat malam hari ketika Pariyem dan Mas Paiman membicarakan tentang fungsi wanita sebagai pelengkap dalam semua urusan. Data tuturan 39 dirasa tidak santun karena yang dikatakan berupa tantangan secara langsung pada mitra tutur sehingga mitra tutur merasa terlecehkan. Hal ini melanggar prinsip kesantunan menurut Pranowo 2009 menjaga perasaan mitra tutur dalam tuturan yang diucapkan atau sikap tepa selira . Seharusnya penutur menjaga perasaan mitra tutur dengan apa yang hendak dikatakan sehingga tuturan dapat terasa lebih santun. Dari contoh tuturan yang mengandung daya tantangan di atas, dapat disimpulkan bahwa daya tantangan muncul dalam kalimat yang dipandang dapat menimbulkan permasalahan. Tuturan yang mengandung daya tantangan cenderung terkesan tidak santun. Seharusnya tuturan yang mengandung daya tantangan menggunakan bahasa yang santun sehingga dapat meminimalisasi konflik yang akan terjadi.

4.2.2 Analisis Penggunaan Unsur Intralingual dan Ekstralingual dalam Nilai Rasa

Nilai rasa bahasa ialah kadar perasaan yang terdapat dalam setiap tuturan karena penutur mengungkapkan domain afektifnya di pemakaian bahasa dalam berkomunikasi, sehingga mitra tutur dapat menyerap kadar perasaan yang terdapat dalam tuturan. Domain afektif ini dapat memunculkan modus seperti rasa senang, sedih, kecewa, dan sebagainya. Secara terperinci, penggunaan unsur intralingual dan ekstralingual yang digunakan untuk memunculkan nilai rasa bahasa dalam prosa lirik Pengakuan Pariyem akan dibahas sebagai berikut :

4.2.2.1 Nilai Rasa Halus

Nilai rasa halus ialah kadar perasaan halus yang dinilai memiliki rasa hormat dan menghargai dalam sebuah tuturan. Bentuk penggunaannya dalam sebuah tuturan membuat tuturan terasa lebih santun. Kadar rasa halus dapat dilihat dari penggunaan pilihan kata yang mencerminkan rasa hormat seperti mbak, mas, ibu, bapak, dll.

4.2.2.1.1 Nilai Rasa Hormat

Nilai rasa hormat ialah kadar rasa bahasa yang digunakan untuk menyatakan rasa hormat penutur yang dinyatakan dalam tuturan. 1. Saya anak tertua, mas Dua adik saya lelaki dan wanita Pairin menganyam caping di rumah Painem membantu simbok di pasar Sedang bapak seharian di sawah buruh, sibuk mengolah tanah Sumber data: Prosa Lirik Pengakuan Pariyem karya Linus Suryadi Ag halaman 3, data tuturan NRPP 3 Konteks tuturan : Penutur dan mitra tutur terlibat dalam suatu percakapan. Tuturan dikatakan oleh Pariyem untuk menanggapi pertanyaan dari Mas Paiman mitra tuturnya mengenai anggota keluarganya dan pekerjaannya. 2. “Jangan sampeyan bertanya ‘kenapa dua adik saya tak bernama Bambang dan Endang saja?’ Sumber data : Prosa Lirik Pengakuan Pariyem karya Linus Suryadi Ag halaman 4, data tuturan NRPP 4 Konteks tuturan : Penutur dan mitra tutur terlibat dalam sebuah percakapan. Tuturan diucapkan oleh Pariyem untuk menanggapi pertanyaan dari mitra tuturnya Mas Paiman mengenai nama kedua adiknya. Data tuturan 1 merupakan bentuk representatif yang digunakan untuk memberitahukan mitra tutur tentang sesuatu hal. Pariyem memberitahukan pekerjaan anggota keluarganya pada Mas Paiman dengan menggunakan deiksis persona “mas” yang merujuk pada Mas Paiman yang dapat dilihat melalui unsur intralingual unsur intralingual melalui pilihan kata “mas”. Penggunaan kata mas dalam bahasa Jawa yang merupakan kata sapaan ini memperlihatkan bahwa Pariyem menghormati mitra tuturnya. Sehingga dapat dikatakan bahwa tuturan 1 mengandung nilai rasa sopan. Nilai rasa hormat juga diperkuat dengan unsur ekstralingual yang berupa konteks tuturan yang selalu menyertai tuturan dapat dilihat dari fenomena praanggapan bahwa Mas Paiman belum mengetahui anggota keluarga Pariyem dan konteks situasi komunikasi yang berupa suasana tuturan yang nyaman membuat Pariyem dapat bercerita pada Mas Paiman dan tetap menempatkan Mas Paiman sebagai orang yang lebih tua

Dokumen yang terkait

Unsur intralingual dan ekstralingual dalam daya bahasa dan nilai rasa bahasa pada ``Catatan Pinggir`` Majalah Tempo Edisi Januari - September 2013 sebagai penanda kesantunan berkomunikasi.

0 2 2

Unsur intralingual dan ekstralingual dalam daya bahasa dan nilai rasa bahasa sebagai penanda kesantunan berkomunikasi pada top news di Metro TV bulan November-Desember 2014.

3 49 352

Penggunaan unsur intralingual dan ekstralingual dalam daya bahasa dan nilai rasa bahasa pada acara Sentilan Sentilun Metro TV periode Agustus dan September 2014 sebagai penanda kesantunan berkomunikasi.

0 1 391

Penggunaan unsur intralingual dan ekstralingual dalam daya bahasa dan nilai rasa bahasa pada dialog interaktif Indonesia Lawyers Club Tv One periode November 2014 sebagai penanda kesantunan berkomunikasi.

0 1 317

Penggunaan unsur intralingual dan ekstralingual dalam daya bahasa dan nilai rasa bahasa pada tuturan berita politik koran Kompas edisi September - Oktober 2014 sebagai penanda kesantunan berkomunikasi.

0 7 307

Penggunaan unsur intralingual dan ekstralingual dalam daya bahasa dan nilai rasa bahasa pada karikatur koran tempo edisi September - Desember 2014 sebagai penanda kesantunan berkomunikasi.

0 4 298

MAKNA SATUAN LINGUAL BERBAHASA JAWA DALAM PROSA LIRIK PENGAKUAN PARIYEM KARYA LINUS SURYADI AG.

0 0 1

IMPERATIF DALAM BAHASA INDONESIA : PENANDA-PENANDA KESANTUNAN LINGUISTIKNYA

0 0 8

Kesantunan Mahasiswa Dalam Berkomunikasi bahasa

0 0 6

B 02 Daya Bahasa dan Nilai Rasa Bahasa Sebagai Penanda Kesantunan Dalam Berkomunikasi

0 0 20