26. Keinginan: Bernafas, ngantuk, dan ingin.
27. Menerima Ikhlas, rela, pasrah, dan bersyukur.
28. Rasa kecil: Sempit dan kecil.
2.2.3 Unsur Intralingual
Unsur intralingual adalah unsur-unsur kebahasaan yang digunakan untuk memunculkan daya bahasa dan nilai rasa, sedangkan unsur ekstralingual adalah
unsur bahasa yang berada di luar unsur internal bahasa Pranowo, 2009. Unsur intralingual itu merupakan segala aspek bahasa baik yang berupa bunyi, kata,
frasa, klausa, kalimat dan wacana yang membentuk satu kesatuan makna maupun aspek pemakaian bahasa seperti implikatur, tindak tutur, praanggapan, dsb
Pranowo, 2013:45. Misalnya dalam pilihan kata, ungkapan khas, kata seru, kata tutur, kata asing, kata basa-basi, kata honorifics bentuk yang dipergunakan untuk
mengungkapkan suatu penghormatan, sapaan mesra “ayang, papi, bunda, diajeng”, umpatan, pujian, dan lain sebagainya.
Unsur intralingual yang dimaksud adalah unsur-unsur kebahasaan yang digunakan untuk memunculkan daya bahasa dan nilai rasa bahasa. Teori semantik
digunakan untuk memecahkan masalah yang bersifat intralingual. Menurut pandangan para linguis, makna bahasa selalu melekat pada unsur-unsur segmental
bahasa yang membentuknya. Dengan demikian, pemaknaan suatu bahasa tidak
terkait dengan konteks tetapi ditentukan oleh ko-teks. Adapun unsur intralingual di dalamnya memuat beberapa unsur yakni :
a. Kata dan Pilihan Kata
Istilah kata seringkali kita dengar dan kita gunakan. Menurut para ahli kata didefinisikan sebagai satuan bahasa yang memiliki satu pengertian, kata
adalah deretan huruf yang diapit oleh dua spasi dan memiliki satu arti. Bloomfield dalam Chaer, 2012:163 menyatakan bahwa kata ialah satuan
bebas terkecil a minimal free from, sedangkan Chomsky berpendapat bahwa kata adalah dasar dari analisis kalimat, hanya kata disajikan dengan simbol V
untuk kata verba, N untuk kata nomina, A untuk kata adjektiva, dan sebagainya. Batasan tentang kata yang sering dijumpai yakni kata merupakan
bentuk yang ke dalam mempunyai susunan fonologis yang stabil dan tidak dapat berubah dan ke luar mempunyai kemungkinan mobilitas di dalam
kalimat. Batasan ini menimbulkan dua hal yakni 1 setiap kata mempunyai susunan fonem yang urutannya tetap dan tidak dapat berubah serta tidak dapat
diselipi atau diselang oleh fonem lainnya; 2 setiap kata mempunyai kebebasan berpindah tempat di dalam kalimat atau juga dapat dipisahkan dari
kata lainnya. Pengertian kata menurut Gorys Keraf 1984:21, kata adalah suatu unit
dalam bahasa yang memiliki stabilitas intern dan mobilitas posisional, yang berarti ia memiliki komposisi tertentu entah fonologis entah morfologis dan
secara relatif memiliki distribusi yang bebas. Dalam berkomunikasi kata-kata dijadikan satu ke dalam suatu konstruksi yang dibangun berdasarkan kaidah-
kaidah sintaksis yang ada dalam suatu bahasa. Pengertian yang tersirat dibalik kata-kata itulah yang menjadi hal yang paling penting dalam serangkaian
kata. Pengertian tersebut menyatakan bahwa di setiap kata pasti mengandung
suatu ide atau gagasan. Dengan kata lain, kata-kata ialah penyalur gagasan dari pikiran kita yang disampaikan kepada orang lain. Seseorang yang
mempunyai banyak ide atau gagasan dapat dipastikan orang tersebut akan dapat menguasai banyak kata atau luas kosakatanya. Dengan begitu ia dapat
dengan mudah dan lancar dalam berkomunikasi dengan orang lain. Tidak dapat dipungkiri bahwa penguasaan kosakata sangatlah penting dalam
berkomunikasi. Jadi kata dapat didefinisikan sebagai sebuah rangkaian bunyi atau simbol
tertulis yang menyebabkan orang akan berpikir tentang sesuatu hal dan makna dari sebuah kata itu referensinya.
Persoalan pilihan kata tidak dapat dianggap sebagai persoalan yang sederhana. Dalam kehidupan bermasyarakat, tidak jarang kita menemui orang
yang kesulitan mengungkapkan maksud pikirannya dan miskin dalam perbendaharaan kosakata. Setiap orang seharusnya dapat memahami betapa
pentingnya peranan kata dalam berkomunikasi, sehingga seseorang dapat menggunakan kata-kata yang tepat sesuai dengan pengertiannya bukan hanya
kata-kata yang hebat tanpa isi di dalamnya. Berkomunikasi tidak terlepas dari penggunaan bahasa sebagai alat vital bagi manusia, sehingga mereka pun
harus memenuhi persyaratan tertentu dalam jaringan komunikasi. Salah satu
persyaratannya yakni
seseorang harus
menguasai sejumlah
besar perbendaharaan kata kosakata, kemudian ia mampu mengaplikasikannya
menjadi kalimat yang jelas dan efektif sesuai dengan kaidah sintaksis yang berlaku, sehingga ia dapat menyampaikan ungkapan pikiran dan perasaannya
kepada orang lain. Seseorang yang memiliki kosakata yang luas akan memiliki kemampuan
yang tinggi untuk dapat memilih kata yang paling tepat untuk mewakili maksud atau gagasannya. Maka seseorang akan berusaha dengan cermat
memilih kata yang harus ia gunakan dalam konteks tertentu. Pilihan kata tidak hanya mempersoalkan tentang ketepatan pemakaian kata, tetapi juga
mempersoalkan apakah kata yang digunakan itu dapat diterima atau tidak dalam suatu suasana yang ada.
Dari pemaparan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa diksi ialah 1 pemilihan kata-kata yang tepat dalam mengungkapkan gagasan, 2
kemampuan melihat suasana tutur sehingga mampu menemukan kata yang tepat untuk mengungkapkan gagasan, dan 3 pemilihan kata yang tepat dan
sesuai dengan pengertiannya hanya dapat dimungkinkan oleh orang yang menguasai kosakata yang luas.
Persoalan pada pendayagunaan kata hanya meliputi dua aspek, yakni ketepatan memilih kata untuk mengungkapkan gagasan dan kesesuaian dalam
menggunakannya. Ketepatan diksi mempermasalahkan kesanggupan kata untuk dapat menimbulkan gagasan-gagasan yang tepat pada imajinasi
pembaca atau pendengar, seperti apa yang dipikirkan atau dirasakan oleh
penulis atau pembicara. Ketepatan dalam memilih kata tidak akan menimbulkan salah paham.
Supaya kata-kata yang digunakan tidak mengganggu suasana dan tidak menimbulkan ketegangan antara penulispembicara dengan pembaca atau
pendengar maka harus memenuhi syarat kesesuaian diksi Keraf, 1984:103 sebagai berikut :
1 Hindarilah sejauh mungkin bahasa atau unsur substandar dalam suatu situasi yang formal.
2 Gunakanlah kata-kata ilmiah dalam situasi yang khusus saja. Dalam situasi yang umum hendaknya penulis atau pembicara
menggunakan kata-kata populer. 3 Hindarilah jargon dalam tulisan untuk pembaca umum.
4 Penulis atau pembicara sejauh mungkin menghindari pemakaian kata slang.
5 Dalam penulisan jangan menggunakan kata percakapan. 6 Hindarilah ungkapan-ungkapan yang usang idiom yang mati.
7 Jauhkan kata-kata atau bahasa yang artifisial.
b. Frasa
Frasa ialah satuan gramatik yang terdiri dari dua kata atau lebih yang tidak melampaui batas fungsi unsur klausa Ramlan, 2005:138. Dalam frasa selalu
terdapat satu fungsi unsur klausa, bisa berupa subjek, predikat, obyek, pelengkap atau keterangan. Frasa dapat dijadikan penunjuk adanya nilai rasa
bahasa dan daya bahasa dalam suatu kalimat. Misalnya :
Aku tidak melihat kejujuran di matamu kKonteks : seorang bos marah terhadap anak buahnya karena ia
telah berbohong Penggunaan frasa di matamu sebagai keterangan terasa bernilai rasa sangat
kasar. Penyebutan mata untuk menyatakan keseluruhan tubuh seseorang cukup tidak sopan, apalagi ditambah dengan gerakan tangan menunjuk kedua
bola mata mitra tutur. Dalam konsep Jawa, menggunakan kata-kata bagian tubuh di atas leher termasuk tidak sopan. Ada baiknya apabila contoh kalimat
di atas diganti menggunakan kalimat aku tidak melihat kejujuran dalam dirimu
akan terasa lebih halus dibandingkan dengan contoh kalimat di atas.
c. Klausa
Dalam hierarki bahasa klausa berada di atas tataran frasa. Ramlan 2005: 79 mengatakan bahwa klausa ialah satuan gramatik yang terdiri dari fungsi
subjek, predikat baik disertai obyek, pelengkap atau keterangan maupun tidak. Jadi unsur inti klausa ialah adanya subjek dan predikat, namun yang
perlu diingat unsur wajib suatu klausa ialah adanya predikat yang lain bersifat manasuka artinya boleh ada boleh tidak. Sebagaimana dengan frasa, klausa
pun dapat dijadikan sebagai penanda adanya nilai rasa dan daya bahasa dalam suatu kalimat.
d. Kalimat
Bentuk bahasa terdiri dari dua satuan, yaitu satuan fonologik dan satuan gramatik. Satuan fonologik meliputi fonem dan suku, sedangkan satuan
gramatik meliputi wacana, kalimat, klausa, frase, kata dan morfem. Kalimat adalah susunan kata-kata yang teratur yang berisi pikiran yang
lengkap Chaer, 2012:240. Hal ini berarti di dalam kalimat memuat maksud