mengungkapkan perasaan leganya setelah ia mengakui kehamilannya pada nDoro Putri yang terlihat dari ditandai unsur intralingual melalui kalimat
“Kini batin rasanya longgar”. Penggunaan kalimat ini memperlihatkan kelegaan di hati Pariyem setelah ia megaku tentang siapa
yang menghamilinya pada nDoro Putri. Sehingga dapat dikatakan bahwa tuturan
49 mengandung nilai rasa lega. Nilai rasa lega diperkuat dengan unsur ekstralingual yang berupa konteks tuturan yang selalu menyertai tuturan
dapat dilihat dari fenomena tindak tutur ekspresif Pariyem setelah mengaku pada nDoro Putri dan konteks situasi komunikasi yang berupa situasi
percakapan yang nyaman membuat Pariyem mengingat saat ia mengaku pada nDoro Putri tentang kehamilannya sehingga ia bebas mengutarakan
perasaannya pada Mas Paiman. Tuturan 49 dianggap santun karena apa yang dikatakan diungkapkan menggunakan gaya bahasa membuat tuturan
lebih efektif dan lebih terkesan halus, hal ini sesuai dengan prinsip kesantunan komunikasi menurut Pranowo 2009:18-23.
Dari contoh di atas dapat disimpulkan bahwa tuturan yang mengandung nilai rasa lega dapat terlihat pada penggunaan kalimat yang mencerminkan
perasaan lega dari penutur. Tuturan yang bernilai rasa lega cenderung terasa santun karena menggunakan pilihan kata yang mencerminkan kesantunan.
4.2.2.14.2 Nilai Rasa Puas
Nilai rasa puas ialah kadar rasa bahasa yang mengandung perasaan puas penutur yang terdapat dalam tuturannya.
50. Mas Paiman, O, Mas Paiman Saya tetap tinggal sebagai sedia kala
Saya tetaplah sebagai babu yang setia Tak kurang suatu apa saya sudah bahagia Sumber data : Prosa Lirik
Pengakuan Pariyem karya Linus Suryadi Ag halaman 180, data tuturan NRPP 180
Konteks tuturan : Penutur dan mitra tutur terlibat dalam percakapan. Tuturan diucapkan oleh Pariyem untuk menanggapi pertanyaan Mas
Paiman tentang seberapa besarnya cinta Pariyem akan Den Baguse
Data tuturan 50 merupakan bentuk tindak tutur ekspresif. Penutur mengungkapkan perasaannya setelah semua badai kehidupan melandanya,
hal ini terlihat pada unsur intralingual melalui kalimat “Tak kurang suatu apa saya sudah bahagia
”. Penggunaan kalimat ini memperlihatkan bahwa Pariyem sudah puas dengan apa yang ia miliki saat ini, karena menurutnya
ia telah menemukan kebahagiaan dalam hidup walaupun ia tetap bekerja sebagi seorang babu tetapi ia telah merasakan kebahagiaan hidup yang
sesungguhnya. Oleh karena itu, data tuturan 50 dapat dikatakan mengandung nilai rasa puas. Nilai rasa puas diperkuat unsur ekstralingual
yang berupa konteks tuturan yang selalu menyertai tuturan dapat dilihat dari fenomena praanggapan bahwa Mas Paiman tidak mengetahui yang
dirasakan Pariyem setelah semua perjalanan hidupnya diceritakan pada Mas Paiman dan konteks situasi komunikasi yang berupa situasi percakapan
yang santai membuat Pariyem nyaman dan leluasa untuk mengungkapkan perasaan serta pikirannya pada Mas Paiman yang setia mendengarkan
pengakuan hidupnya. Tuturan 50 dianggap santun karena memenuhi prinsip kesantunan dalam berkomunikasi dengan menggunakan pilihan kata
yang mencerminkan “aura kesantunan” sesuai dengan prinsip kesantunan menurut Pranowo 2009:23. Seperti yang terlihat pada tuturan 50