Daya Imajinasi Metafora Daya Imajinasi
Mas Paiman mengenai cara hidup seperti apakah yang dijalaninya selama ini.
19. “Rembulan kayak tampah di Timur baru muncul dari balik gerumbul Sumber data: Prosa Lirik Pengakuan Pariyem karya Linus Suryadi Ag
halaman 13, data tuturan DBPP 13 Konteks tuturan : Penutur dan mitra tutur terlibat dalam sebuah
percakapan. Tuturan
ini diucapkan
oleh Pariyem
untuk memberitahukan Mas Paiman mengenai bentuk bulan purnama pada
malam itu saat mereka bercerita
20. “Hari baru tersiram hujan Lapangan pun basah dan becek
Tapi orang-orang berdatangan Alun-alun Lor penuh berdesak
Suara orang bagaikan tawon yang mubal merubung tabon Sumber data : Prosa Lirik Pengakuan Pariyem karya Linus Suryadi Ag halaman 99,
data tuturan DBPP 99 Konteks tuturan : Penutur dan mitra tutur terlibat dalam sebuah
percakapan. Tuturan diucapkan oleh Pariyem untuk menanggapi pertanyaan Mas Paiman tentang keadaan Kraton saat Gamelan Guntur
Madu hendak dibunyikan.
Data tuturan 18 merupakan bentuk tindak tutur representatif yang berfungsi untuk memberitahukan mitra tutur tentang suatu hal. Penutur
memberitahukan pada mitra tuturnya mengenai cara hidupnya dengan menggunakan majas perumpamaan. Melalui unsur intralingual yang
berupa kalimat “Bagaikan kali Winanga bagaikan kali Codhe, di tengah kota, bagaikan kali Gajah Wong
” mitra tutur dapat membayangkan cara hidup yang mengalir mengikuti takdir hidup yang telah digariskan entah
itu kehidupan yang keras maupun yang kehidupan yang tenang. Oleh karena itu, data tuturan 18 dianggap berdaya imajinasi karena di
dalamnya terkandung penggunaan majas perumpamaan. Daya imajinasi dengan menggunakan perumpamaan diperkuat dengan unsur ekstralingual
yang berupa konteks tuturan yang selalu menyertai tuturan dapat dilihat
dari fenomena praanggapan bahwa Mas Paiman tidak mengetahui cara hidup Pariyem yang mengalir begitu saja dan konteks situasi komunikasi
yang berupa suasana percakapan nyaman yaitu di pagi hari dengan pemandangan
alam burung-burung
beterbangan dan
bunga-bunga bermekaran sehingga membuat Pariyem mengumpamakan cara hidupnya
seperti sungai yang mengalir. Penggunaan majas perumpamaan dirasa santun karena dapat menghaluskan tuturan yang sebenarnya terasa keras
tetapi tetap santun karena diucapkan secara tidak langsung. Hal ini sesuai dengan prinsip kesantunan menurut Pranowo 2009 bahwa penggunaan
gaya bahasa
dapat mengefektifkan
tuturan menjaga
kesantunan berkomunikasi.
Data tuturan 19 merupakan bentuk tindak tutur representatif. Penutur memberitahukan bentuk bulan pada malam saat mereka bercerita seperti
yang terlihat pada unsur intralingual melalui kalimat “Rembulan kayak tampah di Timur baru muncul dari balik gerumbul
”. Penggunaan kalimat ini memperlihatkan bahwa Pariyem mengumpamakan bentuk bulan
purnama seperti bentuk tampah peralatan dapur yang terbuat dari bambu yang bentuknya bulat. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa tuturan
19 mengandung
daya imajinasi
dengan menggunakan
majas perumpamaan.
Daya imajinasi
menggunakan majas
perumpamaan diperkuat dengan unsur ekstralingual yang berupa konteks tuturan yang
selalu menyertai tuturan dapat dilihat dari fenomena tindak tutur representatif yakni Pariyem menjelaskan bentuk bulan purnama dan
konteks situasi komunikasi yang berupa waktu percakapan di malam hari saat Pariyem melihat bulan purnama sehingga ia dapat membayangkan
bentuknya seperti tampah. Tuturan 19 dirasa santun karena sesuai dengan prinsip kualitas dan kuantitas Grice, 1975 dalam Pranowo, 2009:34 yakni
yang dikatakan sesuai dengan fakta dan yang dikatakan seperlunya saja tidak dilebih-lebihkan maupun dikurangi.
Selanjutnya, data tuturan 20 merupakan bentuk representatif. Pariyem memberitahukan Mas Paiman tentang keramaian Sekaten seperti
yang ditunjukkan unsur intralingual melalui penggunaan kalimat “Suara orang bagaikan tawon yang mubal merubung tabon
”. Penggunaan kalimat ini memperlihatkan bahwa Pariyem ingin mempermudah pemahaman Mas
Paiman mengenai keramaian Pasar Malem Sekaten yang diumpamakan dengan sarang lebah
yang dihinggapi ribuan lebah. Sehingga dapat dikatakan bahwa tuturan 20 mengandung daya imajinasi dengan
menggunakan majas perumpamaan. Daya imajinasi dengan menggunakan majas perumpamaan diperkuat dengan unsur ekstralingual yaitu berupa
konteks tuturan yang selalu menyertai tuturan dapat dilihat dari fenomena praanggapan bahwa Mas Paiman tidak mengetahui sejarah nama Bambang
dan Endang dan konteks situasi komunikasi yang berupa konteks tuturan yang selalu menyertai tuturan dapat dilihat dari fenomena tindak tutur
representatif yang menjelaskan keadaan Alun-alun Utara saat digelar perayaan sekatenan dan konteks situasi komunikasi yang berupa waktu
percakapan saat Pariyem mengikuti rangkaian acara Maulud Nabi bersama
nDoro Ayu dan nDoro Putri di Alun-alun Utara sehingga ia dapat bercerita pada Mas Paiman tentang keadaan malam saat Gamelan Guntur Madu
hendak ditabuh. Data tuturan 20 dirasa santun karena sesuai dengan prinsip kualitas Grice, 1975 dalam Pranowo, 2009:34 yakni apa yang
dikatakan hendaknya sesuai dengan fakta yang ada. Penutur dengan penglihatannya menyaksikan banyaknya orang yang mengikuti acara
Maulid Nabi di Alun-alun Utara sehingga ia dapat mengumpamakannya dengan sarang lebah yang dihinggapi ribuan lebah.
Berdasarkan ketiga tuturan yang mengandung daya imajinasi dengan menggunakan majas perumpamaan di atas, dapat disimpulkan bahwa daya
imajinasi dengan menggunakan majas perumpamaan muncul dalam kalimat yang menggunakan majas perumpamaan didalamnya. Tuturan
yang menggunakan majas perumpamaan biasanya terasa lebih santun karena penggunaan majas perumpamaan sesuai dengan fakta yang ada.
Sehingga apabila yang diumpamakan sesuai dengan kenyataan maka hal ini memenuhi prinsip kualitas dalam berkomunikasi. Prinsip kualitas
adalah prinsip kesantunan berkomunikasi yang menekankan bahwa penyampaian informasi haruslah sesuai dengan fakta atau data yang ada.