Deskripsi Data ANALISIS DATA

praanggapan bahwa Mas Paiman tidak mengetahui kepercayaan yang dianut oleh Pariyem dan konteks situasi komunikasi yang berupa waktu percakapan di sore hari menjelang malam, membuat Pariyem tidak ragu mengaku pada Mas Paiman karena waktunya yang longgar untuk bercerita. Data tuturan 2 dipandang sebagai bentuk tuturan yang tidak santun, misalnya adanya ungkapan “Jadi jelasnya, terang-terangan saja”. Penggunaan ungkapan ini melanggar prinsip kuantitas Grice, 1975 dalam Pranowo, 2009:34, yakni apa yang dikatakan cukup seperlunya saja tidak perlu dilebih-lebihkan atau dikurangi. Seharusnya penutur tidak perlu menambahkan kata “terang-terangan saja ” agar tidak terkesan menyudutkan pihak tertentu. Data tuturan 3 merupakan bentuk tindak tutur representatif. Penutur memberitahukan kepada mitra tuturnya tentang tindakan yang ia lakukan pada Den Baguse yang dapat dilihat dari unsur intralingual berupa kalimat “Kini memerawani putra sulungnya” dan “Saya ajar bermain asmara”. Penggunaan dua kalimat ini bermaksud memberitahukan Mas Paiman bahwa Pariyemlah yang merenggut keperjakaan dari putra majikannya yakni Den Baguse Ario Atmojo, sehingga dapat dikatakan bahwa tuturan 3 mengandung daya informatif. Daya informatif diperkuat dengan unsur ekstralingual yang berupa konteks tuturan yang selalu menyertai tuturan dapat dilihat dari fenomena praanggapan bahwa Mas Paiman tidak mengetahui apa saja yang telah dilakukan Pariyem terhadap putra majikannya dan konteks situasi komunikasi yang berupa waktu percakapan di pagi hari saat Pariyem menceritakan Den Baguse pada Mas Paiman sehingga Pariyem dapat mengatakan hal itu pada mitra tuturnya. Tuturan 3 dianggap tidak santun karena melanggar prinsip cara Grice, 1975 dalam Pranowo, 2009:34. Cara penyampaian yang dilakukan penutur dengan menggunakan ungkapan “memerawani” dirasa tidak santun. Seolah ungkapan tersebut melecehkan kaum laki-laki bahwa tidak hanya laki-laki saja yang dapat memerawani wanita. Padahal yang mempunyai perawan itu hanyalah wanita saja sehingga kata “memerawani” tidak pas kalau digunakan untuk laki-laki. Data tuturan 4 merupakan bentuk tindak tutur representatif yang digunakan untuk memberitahukan sesuatu hal pada orang lain. Pariyem memberitahukan cara ia membujuk dan merayu Den Baguse pada Mas Paiman mitra tuturnya seperti yang terlihat pada unsur intralingual melalui kalimat “Besok saja ah, besok saja saya sedang capek kok” dan “Tapi saya juga pasang gaya : melepas setagen berganti kain copot kebaya ganti yang lain ”. Penggunaan kalimat ini memperlihatkan bahwa Pariyem memberitahukan Mas Paiman cara ia menggoda Den Baguse saat ia ingin melakukan hubungan badan. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa tuturan 4 berdaya informatif. Daya informatif diperkuat dengan unsur ekstralingual yang berupa konteks tuturan yang selalu menyertai tuturan dapat dilihat dari fenomena praanggapan bahwa Mas Paiman tidak mengetahui cara Pariyem ketika menggoda Den Baguse dan konteks situasi komunikasi yang berupa waktu percakapan di sore hari setelah

Dokumen yang terkait

Unsur intralingual dan ekstralingual dalam daya bahasa dan nilai rasa bahasa pada ``Catatan Pinggir`` Majalah Tempo Edisi Januari - September 2013 sebagai penanda kesantunan berkomunikasi.

0 2 2

Unsur intralingual dan ekstralingual dalam daya bahasa dan nilai rasa bahasa sebagai penanda kesantunan berkomunikasi pada top news di Metro TV bulan November-Desember 2014.

3 49 352

Penggunaan unsur intralingual dan ekstralingual dalam daya bahasa dan nilai rasa bahasa pada acara Sentilan Sentilun Metro TV periode Agustus dan September 2014 sebagai penanda kesantunan berkomunikasi.

0 1 391

Penggunaan unsur intralingual dan ekstralingual dalam daya bahasa dan nilai rasa bahasa pada dialog interaktif Indonesia Lawyers Club Tv One periode November 2014 sebagai penanda kesantunan berkomunikasi.

0 1 317

Penggunaan unsur intralingual dan ekstralingual dalam daya bahasa dan nilai rasa bahasa pada tuturan berita politik koran Kompas edisi September - Oktober 2014 sebagai penanda kesantunan berkomunikasi.

0 7 307

Penggunaan unsur intralingual dan ekstralingual dalam daya bahasa dan nilai rasa bahasa pada karikatur koran tempo edisi September - Desember 2014 sebagai penanda kesantunan berkomunikasi.

0 4 298

MAKNA SATUAN LINGUAL BERBAHASA JAWA DALAM PROSA LIRIK PENGAKUAN PARIYEM KARYA LINUS SURYADI AG.

0 0 1

IMPERATIF DALAM BAHASA INDONESIA : PENANDA-PENANDA KESANTUNAN LINGUISTIKNYA

0 0 8

Kesantunan Mahasiswa Dalam Berkomunikasi bahasa

0 0 6

B 02 Daya Bahasa dan Nilai Rasa Bahasa Sebagai Penanda Kesantunan Dalam Berkomunikasi

0 0 20