48. Menggugurkan kembang-kembang padi mengguyurkan badai ribut ke bumi
Kuntum-kuntum padi, kuntum-kuntum harap kuntum-kuntum gairah hidup petani
Muspra tanpa guna lagi Dan tanaman yang semula subur tak berisi – gabug tak berbijikan padi
Sumber data : Prosa Lirik Pengakuan Pariyem karya Linus Suryadi Ag halaman 8, data tuturan NRPP 8
Konteks tuturan : Penutur dan mitra tutur berada dalam suatu percakapan. Tuturan diucapkan oleh Pariyem yang menceritakan
keadaan tanaman padi di sawah yang rusak akibat serangan hama wereng dan tikus pada Mas Paiman
Data tuturan 48 merupakan bentuk tindak tutur representatif. Pariyem memberitahukan pada Mas Paiman tentang rusaknya tanaman padi akibat
serangan hama wereng dan tikus. Tuturan yang diucapkan Pariyem mengandung nilai rasa putus harapan yang dapat dilihat dari unsur
intralingual melalui penggunaan kalimat “Muspra tanpa guna lagi”. Kalimat tersebut memperlihatkan bahwa Pariyem dan petani di desanya
merasa harapannya pupus akan panenan yang diharapkan berbuah banyak tetapi kenyataan hama tikus dan wereng menggasak tanaman padi mereka.
Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa tuturan 48 mengandung nilai rasa putus
harapan. Nilai
rasa putus
harapan diperkuat
dengan unsur
ekstralingual yang berupa konteks tuturan yang selalu menyertai tuturan dapat dilihat dari fenomena praanggapan bahwa Mas Paiman tidak
mengetahui akibat dari serangan hama tanaman dan konteks situasi komunikasi yang berupa situasi percakapan yang nyaman sehingga
membuat Pariyem mengingat tanaman padi yang digasak hama wereng dan tikus sehingga ia dapat mengutarakan pendapatnya pada Mas Paiman.
Tuturan 48 dirasa santun karena menggunakan pilihan kata yang
mencerminkan “aura kesantunan” sesuai dengan prinsip kesantunan menurut Pranowo 2009:23.
Berdasarkan contoh tuturan di atas, tuturan yang bernilai rasa putus harapan muncul pada penggunaan kalimat yang di dalamnya terdapat
perasaan kekecewaan dari penutur terhadap sesuatu hal. Tuturan yang bernilai rasa putus harapan cenderung terasa santun karena menggunakan
pilihan kata yang mencerminkan kesantunan dan tidak terdapat penggunaan kata yang melanggar prinsip kesantunan.
4.2.2.14 Nilai Rasa Bebas
Nilai rasa bebas ialah kadar rasa bahasa yang mengandung perasaan bebas, lega ataupun puas yang dirasakan penutur yang dapat dilihat dalam
tuturannya.
4.2.2.14.1 Nilai Rasa Lega
Nilai rasa lega ialah kadar rasa bahasa yang mengandung perasaan lega ataupun puas dari penutur yang terlihat dalam tuturannya.
49. “Kini batin rasanya longgar Nafas saya perlahan-lahan lapang dan dada saya pun jadi senggang
Ibarat badan tersiram air sendhang – wayu sewindu Sumber data : Prosa Lirik Pengakuan Pariyem karya Linus Suryadi Ag halaman 138,
data tuturan NRPP 138 Konteks tuturan : Penutur dan mitra tutur terlibat dalam percakapan.
Tuturan diucapkan oleh Pariyem untuk menanggapi pertanyaan Mas Paiman mitra tuturnya mengenai perasaan Pariyem setelah ia
mengakui kehamilannya pada nDoro Putri.
Data tuturan 49 merupakan bentuk tindak tutur ekspresif yang digunakan
untuk mengungkapkan
perasaan penutur.
Pariyem
mengungkapkan perasaan leganya setelah ia mengakui kehamilannya pada nDoro Putri yang terlihat dari ditandai unsur intralingual melalui kalimat
“Kini batin rasanya longgar”. Penggunaan kalimat ini memperlihatkan kelegaan di hati Pariyem setelah ia megaku tentang siapa
yang menghamilinya pada nDoro Putri. Sehingga dapat dikatakan bahwa tuturan
49 mengandung nilai rasa lega. Nilai rasa lega diperkuat dengan unsur ekstralingual yang berupa konteks tuturan yang selalu menyertai tuturan
dapat dilihat dari fenomena tindak tutur ekspresif Pariyem setelah mengaku pada nDoro Putri dan konteks situasi komunikasi yang berupa situasi
percakapan yang nyaman membuat Pariyem mengingat saat ia mengaku pada nDoro Putri tentang kehamilannya sehingga ia bebas mengutarakan
perasaannya pada Mas Paiman. Tuturan 49 dianggap santun karena apa yang dikatakan diungkapkan menggunakan gaya bahasa membuat tuturan
lebih efektif dan lebih terkesan halus, hal ini sesuai dengan prinsip kesantunan komunikasi menurut Pranowo 2009:18-23.
Dari contoh di atas dapat disimpulkan bahwa tuturan yang mengandung nilai rasa lega dapat terlihat pada penggunaan kalimat yang mencerminkan
perasaan lega dari penutur. Tuturan yang bernilai rasa lega cenderung terasa santun karena menggunakan pilihan kata yang mencerminkan kesantunan.
4.2.2.14.2 Nilai Rasa Puas
Nilai rasa puas ialah kadar rasa bahasa yang mengandung perasaan puas penutur yang terdapat dalam tuturannya.
50. Mas Paiman, O, Mas Paiman Saya tetap tinggal sebagai sedia kala