karena ia harus diungsikan di dusun asalnya dulu Wonosari, Gunung Kidul selama kehamilannya hingga ia melahirkan. Nilai rasa sedih diperkuat
unsur ekstralingual yang berupa konteks tuturan yang selalu menyertai tuturan dapat dilihat dari fenomena praanggapan bahwa Mas Paiman tidak
mengetahui yang ia rasakan saat harus berpisah dengan keluarga majikannya
dan konteks
situasi komunikasi
yang berupa
situasi percakapan yang nyaman membuat Pariyem bebas mengutarakan pendapat
dan perasaannya pada Mas Paiman. Tuturan 29 dirasa santun karena dapat mengefektifkan tuturan dan tuturan terkesan lebih santun karena
adanya penggunaan majas perumpamaan. Hal itu sesuai dengan prinsip kesantunan menurut Pranowo 2009:18-23 yakni pemakaian bahasa
dengan menggunakan gaya bahasa akan terasa lebih santun dibandingkan dengan tuturan biasa.
Berdasarkan contoh tuturan di atas, tuturan yang bernilai rasa sedih muncul pada penggunaan kalimat yang di dalamnya terdapat perasaan
sedih dari penutur terhadap sesuatu hal. Tuturan yang bernilai rasa sedih cenderung terasa santun karena menggunakan majas perumpamaan yang
dapat menghaluskan tuturan dan mengefektifkan komunikasi seperti yang terdapat dalam tuturan 29.
4.2.2.8.2 Nilai Rasa Kehilangan
Nilai rasa kehilangan ialah kadar rasa bahasa yang dinilai mengandung perasaan kehilangan penutur yang terlihat dalam tuturannya.
30. Dan saya pun ingat satu hal : Dia bertambah dingin, lho tak sehangat dulu
Di Jakarta orang tak lagi ramah Sumber data : Prosa Lirik Pengakuan Pariyem karya Linus Suryadi Ag halaman 77, data tuturan NRPP 77
Konteks tuturan : Penutur dan mitra tutur terlibat dalam sebuah percakapan. Tuturan diucapkan oleh Pariyem yang menanggapi
pertanyaan Mas Paiman mitra tuturnya mengenai hal yang berbeda dari Kang Kliwon ketika Pariyem bertemu dengannya lagi setelah 5
tahun tidak pernah berjumpa.
31. Kang Kliwon, O, kang Kliwon Jakarta sudah menelannya
Lain irama, lain gayanya Sumber data : Prosa Lirik Pengakuan Pariyem karya Linus Suryadi Ag halaman 77, data tuturan NRPP 77
Konteks tuturan : Penutur dan mitra tutur terlibat dalam sebuah percakapan. Tuturan diucapkan oleh Pariyem yang menanggapi
pendapat Mas Paiman mengenai sebab perubahan yang terjadi pada diri Kang Kliwon setelah 5 tahun bekerja di Jakarta.
Data tuturan 30 yang digunakan Pariyem untuk menceritakan keadaan Kang Kliwon pada Mas Paiman mengandung nilai rasa
kehilangan yang ditunjukkan unsur intralingual melalui penggunaan kalimat “Dia bertambah dingin, lho tak sehangat dulu”. Penggunaan
kalimat ini memperlihatkan bahwa Pariyem merasakan bahwa ia kehilangan Kang Kliwon yang dulu ia kenal. Nilai rasa kehilangan
diperkuat dengan unsur ekstralingual yang berupa konteks tuturan yang selalu menyertai tuturan dapat dilihat dari fenomena praanggapan bahwa
Mas Paiman tidak mengetahui bahwa Kang Kliwon telah berubah semenjak hidup di Jakarta dan konteks situasi komunikasi yang berupa
situasi percakapan yang nyaman membuat Pariyem mampu mengutarakan perasaannya kepada Mas Paiman. Tuturan 30 dirasa santun karena
maksud yang disampaikan tidak secara langsung menunjuk pada gaya hidup Jakarta yang terkenal dengan kota metropolitan sebagai penyebab
Kang Kliwon berubah. Hal itu sesuai dengan prinsip kesantunan menurut
Pranowo 2009 yakni pemakaian bahasa dengan menggunakan gaya bahasa akan terasa lebih santun dibandingkan dengan tuturan biasa karena
dapat mengefektifkan tuturan dan memperhalus tuturan. Tuturan 31 yang digunakan Pariyem untuk menceritakan keadaan
Kang Kliwon yang telah berubah pada Mas Paiman mengandung nilai rasa kehilangan yang ditunjukkan unsur intralingual melalui penggunaan
kalimat “Jakarta
sudah menelannya
”. Penggunaan
kalimat ini
memperlihatkan bahwa Pariyem merasakan bahwa ia kehilangan Kang Kliwon yang dulu ia kenal setelah kepindahannya ke Jakarta selama 5
tahun, pengaruh lingkungan kota metropolitan membuat Kang Kliwon ikut berubah. Nilai rasa kehilangan diperkuat dengan unsur ekstralingual yang
berupa konteks tuturan yang selalu menyertai tuturan dapat dilihat dari fenomena praanggapan bahwa Mas Paiman tidak mengetahui penyebab
Kang Kliwon berubah dan konteks situasi komunikasi yang berupa situasi percakapan yang nyaman membuat Pariyem mampu mengeluarkan
perasaannya kepada Mas Paiman. Ungkapan “Jakarta sudah menelannya” dirasa santun karena dapat mengefektifkan tuturan dan maksud yang
disampaikan tidak secara langsung menunjuk pada gaya hidup Jakarta yang terkenal dengan kota metropolitan. Hal itu sesuai dengan prinsip
kesantunan menurut Pranowo 2009:18-23 yakni pemakaian bahasa dengan menggunakan gaya bahasa akan terasa lebih santun dibandingkan
dengan tuturan biasa.