Data tuturan 54 merupakan bentuk tuturan ekspresif. Penutur mengungkapkan rasa sakit yang dideritanya melalui unsur intralingual
melalui kalimat “2
12
tahun terbaring-baring di amben waktu saya sakit batu ginjal
”. Penggunaan kalimat ini memperlihatkan kesakitan yang
dirasakan oleh Pariyem sewaktu menderita penyakit batu ginjal. Sehingga dapat dikatakan bahwa tuturan 54 bernilai rasa sakit. Nilai rasa sakit
diperkuat dengan unsur ekstralingual yang berupa konteks tuturan yang selalu menyertai tuturan dapat dilihat dari fenomena praanggapan bahwa
Mas Paiman tidak mengetahui yang dirasakan Pariyem saat ia menderita penyakit batu ginjal dan konteks situasi komunikasi yang berupa
percakapan yang
nyaman dapat
membuat Pariyem
mengingat pengalamannya waktu tak berdaya karena penyakit batu ginjal yang
dideritanya. Tuturan 54 dianggap santun karena apa yang diucapkan oleh Pariyem sesuai dengan kenyataan yang ada. Hal ini sesuai dengan prinsip
kualitas Grice 1975 dalam Pranowo, 2009:34 yakni yang dikatakan seharusnya sesuai dengan data atau fakta yang ada.
Berdasarkan kedua tuturan yang mengandung nilai rasa sakit di atas, dapat dikatakan bahwa nilai rasa sakit muncul pada penggunaan pilihan
kata dan kalimat yang mengungkapkan rasa sakit dari penutur. Tuturan yang mengandung nilai rasa sakit cenderung terasa santun karena apa yang
diucapkan biasanya sesuai dengan kenyataan yang ada bahwa penutur merasakan kesakitan saat didera kejadian yang membuatnya merasa
kesakitan. Hal ini sesuai dengan prinsip kualitas, yakni yang dikatakan seharusnya sesuai dengan data atau fakta yang ada.
4.3 Pembahasan
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan penggunaan unsur intralingual dan ekstralingual dalam daya bahasa dan nilai rasa sebagai
penanda kesantunan berkomunikasi. Dalam proses analisis data, data yang digunakan peneliti adalah tuturan monolog dalam prosa lirik Pengakuan
Pariyem karya Linus Suryadi, Ag. Sebelum melakukan analisis data, peneliti terlebih dahulu membaca, menandai dan mencatat tuturan yang diduga
mengandung daya bahasa dan nilai rasa di prosa lirik Pengakuan Pariyem. Berikut peneliti akan membahas hasil analisis data yang telah dipaparkan
sebelumnya :
4.3.1 Penggunaan Unsur
Intralingual dan
Ekstralingual untuk
Memunculkan Daya
Bahasa Sebagai
Penanda Kesantunan
Berkomunikasi
Berdasarkan hasil analisis data, peneliti menemukan berbagai unsur intralingual dan ekstralingual dalam delapan bentuk daya bahasa di prosa
lirik Pengakuan Pariyem. Kedelapan bentuk daya bahasa tersebut yaitu : daya kabar yang didalamnya terdiri atas daya informatif, daya ungkap dan
daya penjelas, daya imajinasi yang didalamnya terdiri atas daya imajinasi personifikasi, daya imajinasi metafora, daya imajinasi perumpamaan, daya
retoris, daya ancam didalamnya terdapat daya sindir dan daya kritik, daya paksa yang didalamnya terdiri atas daya perintah, daya larangan dan daya
nasihat, daya harap, daya penolakan, dan daya tantangan. Temuan ini tidak jauh berbeda dengan temuan dari penelitian Pranowo 2012. Berdasarkan
banyaknya macam daya bahasa tersebut, sebagai penanda kesantunan dapat digunakan unsur intralingual dan unsur ekstralingual Pranowo, 2013.
Unsur intralingual berupa unsur segmental seperti kalimat, klausa, frasa, dan diksi.
Berdasarkan hasil analisis peneliti, unsur intralingual yang dapat memunculkan daya bahasa dapat berupa pilihan kata, klausa dan kalimat.
Unsur intralingual berupa diksi dapat dijumpai pada pemunculan daya imajinasi dan daya harap. Pilihan kata yang dapat memunculkan daya
imajinasi dapat dilihat dari tuturan “Selir-selirnya berserak dari yang berusia muda sampai setengah baya. Cantik-cantik semua”
kode data : DBPP52. Diksi “berserak” dapat diumpamakan seperti sampah yang
bertebaran dimana-mana. Pilihan kata yang dapat memunculkan daya harap dapat dilihat dari tuturan “Semoga Dewi Sri Kembang yang cantik jelita
Dewi Kesuburan yang melindungi kaum petani. Semoga menganugerahkan rahmat bagi padi yang ditanam dalam musim pengharapan. Dan
menjauhkan hama tikus dan wereng yang merusak penghidupan kami” kode data : DBPP6. Diksi “semoga” dapat mengindikasikan daya harap
pada tuturan tersebut.