4.2.2.15.2 Nilai Rasa Tidak Senang
Nilai rasa tidak senang ialah kadar rasa bahasa yang mengandung perasaan tidak senang penutur akan suatu hal yang terdapat dalam
tuturannya. 52. Selir-selirnya berserak dari yang berusia muda sampai setengah baya
Cantik-cantik semua Sumber data : Prosa Lirik Pengakuan Pariyem karya Linus Suryadi Ag halaman 52, data tuturan NRPP 52
Konteks tuturan : Penutur dan mitra tutur terlibat dalam sebuah percakapan. Tuturan diucapkan oleh Pariyem untuk memberitahukan
pada Paiman mengenai hal pribadi dari nDoro Kanjeng Cokro Sentono.
Data tuturan 52 merupakan bentuk representatif yang digunakan untuk
memberitahukan sesuatu
hal pada
orang lain.
Pariyem memberitahukan efek dari keluwesan dan kewibawaan dari nDoro
Kanjeng yaitu tentang selir-selir majikannya pada Mas Paiman. Tuturan yang digunakan Pariyem mengandung nilai rasa tidak senang yag dapat
dilihat dari unsur intralingual melalui penggunaan diksi “berserak”. Penggunaan diksi ini seolah para selir dari nDoro Kanjeng adalah sampah
yang berserak dimana-mana, terlihat dari penggunaan kata tersebut Pariyem tidak senang dengan kelakuan nDoro Kanjeng yang memiliki
banyak selir padahal beliau sudah memiliki istri yang sempurna, sehingga dapat dikatakan bahwa tuturan 52 bernilai rasa tidak senang. Nilai rasa
tidak senang diperkuat dengan unsur ekstralingual yang berupa konteks tuturan yang selalu menyertai tuturan dapat dilihat dari fenomena
praanggapan bahwa Mas Paiman tidak mengetahui efek dari sikap nDoro Kanjeng dan konteks situasi komunikasi yang berupa situasi tuturan yang
santai sehingga membuat Pariyem teringat akan selir dari majikannya sehingga ia merasa nyaman untuk mengutarakan pendapatnya pada Mas
Paiman secara bebas. Ungkapan “berserak” dirasa tidak santun, seolah para selir dari nDoro Kanjeng adalah sampah. Hal ini melanggar prinsip
kesantunan berkomunikasi menurut Pranowo 2009:23 bahwa pilihan kata yang
digunakan oleh
penutur seharusnya
mencerminkan “aura
kesantunan”. Seharusnya
penutur dapat
memilih kata-kata
yang mencerminkan kesantunan sehingga tuturan terkesan lebih santun.
Dari contoh di atas, dapat dikatakan bahwa nilai rasa tidak senang muncul dalam penggunaan pilihan kata yang mencerminkan perasaan tidak
senang dari penutur. Tuturan yang bernilai rasa tidak senang cenderung terkesan tidak santun karena banyak ditemukan penggunaan pilihan kata
yang tidak mencerminkan kesantunan. Seharusnya penutur dapat memilih kata-kata yang mencerminkan kesantunan sehingga tuturan terkesan lebih
santun.
4.2.2.16 Nilai Rasa Sakit
Nilai rasa sakit ialah kadar rasa bahasa yang mengandung perasaan kesakitan yang dialami penutur yang terdapat dalam tuturannya.
53. Aduh, jempol kaki saya kesandung undak-undakan trotoar Malioboro Sumber data : Prosa Lirik Pengakuan Pariyem karya Linus Suryadi Ag
halaman 80, data tuturan NRPP 80 Konteks tuturan : Penutur dan mitra tutur terlibat dalam percakapan.
Tuturan diucapkan oleh Pariyem yang memberitahu Mas Paiman bahwa ia mengalami cedera saat berjalan-jalan bersamanya.
54. “Sebagai banyak orang lain