Daya Nasihat Daya Paksa

Tuturan 38 merupakan bentuk tindak tutur representatif yang digunakan untuk menolak sesuatu hal. Pariyem tidak setuju dengan cara masyarakat yang mengucilkan seseorang karena ia berdosa seperti yang terlihat melalui unsur intralingual penggunaan kalimat “O, saya menggugat, tak terima saya wajib bertanya-tanya ”. Melalui penggunaan kalimat ini memperlihatkan ketidaksetujuan Pariyem akan harga dosa yang sebanding dengan nyawa manusia. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa tuturan 38 mengandung daya ketidaksetujuan. Daya ketidaksetujuan diperkuat dengan unsur ekstralingual yang berupa konteks tuturan yang selalu menyertai tuturan dapat dilihat dari fenomena praanggapan bahwa Mas Paiman mengetahui bahwa dosa manusia tidak ditentukan oleh masyarakat namun pada Tuhan dan konteks situasi komunikasi yang berupa waktu percakapan di sore hari saat Pariyem berbicara tentang dosa dan ia teringat tetangga rumahnya yang bunuh diri karena merasa dirinya berdosa sehingga ia dapat menceritakannya pada Mas Paiman. Data tuturan 38 dianggap tidak santun karena melanggar prinsip kesantunan menurut Pranowo 2005 dalam Pranowo, 2009:103-104 yakni menjaga perasaan mitra tutur ketika berkomunikasi. Penutur mengarahkan kemarahannya kepada Mas Paiman mitra tutur, padahal masyarakatlah yang menghakimi orang-orang yang berdosa di lingkungannya. Seharusnya penutur menjaga perasaan mitra tuturnya sehingga tuturan yang diucapkannya terasa jauh lebih santun. Dari contoh tuturan yang mengandung daya penolakan di atas, dapat disimpulkan bahwa daya penolakan muncul dalam kalimat yang digunakan untuk membantah atau menyatakan ketidaksetujuannya terhadap sesuatu hal. Dalam pemakaian daya penolakan sering kali terasa tidak santun karena sering kali menggunakan emosi saat mengucapkan tuturan seperti yang terdapat pada data tuturan 38 dirasa tidak santun karena tidak menjaga perasaan mitra tuturnya. Hal ini melanggar prinsip kesantunan menurut Pranowo 2009 menjaga perasaan mitra tutur dalam tuturan yang diucapkan atau sikap tepa selira. Seharusnya tuturan yang digunakan untuk membantah atau menyatakan ketidaksetujuan menggunakan pilihan kata dan cara penyampaian yang mencerminkan kesantunan.

4.2.1.8 Daya Tantangan

Daya tantangan adalah bentuk penggunaan fungsi bahasa yang diduga dapat menimbulkan suatu perselisihan atau pertengkaran. 39. Sudahlah bilang saja : kapan waktunya dan sebutkan tempatnya. Saya tanggung sampeyan mabok kepayang takkan tahan, sampeyan pasti ketagihan. Sumber data: Prosa Lirik Pengakuan Pariyem karya Linus Suryadi Ag halaman 128, data tuturan DBPP 128 Konteks tuturan : Penutur dan mitra tutur terlibat dalam sebuah percakapan. Tuturan diucapkan oleh Pariyem untuk menanggapi ejekan Mas Paiman yang tidak percaya bahwa dirinya bisa memuaskan Mas Paiman Data tuturan 39 merupakan bentuk tindak tutur komisif, yakni bentuk tuturan yang digunakan untuk menyatakan kesanggupan penutur. Pariyem sanggup membuat Mas Paiman terpuaskan yang dapat dilihat melalui unsur intralingual yang berupa penggunaan kalimat “Sudahlah

Dokumen yang terkait

Unsur intralingual dan ekstralingual dalam daya bahasa dan nilai rasa bahasa pada ``Catatan Pinggir`` Majalah Tempo Edisi Januari - September 2013 sebagai penanda kesantunan berkomunikasi.

0 2 2

Unsur intralingual dan ekstralingual dalam daya bahasa dan nilai rasa bahasa sebagai penanda kesantunan berkomunikasi pada top news di Metro TV bulan November-Desember 2014.

3 49 352

Penggunaan unsur intralingual dan ekstralingual dalam daya bahasa dan nilai rasa bahasa pada acara Sentilan Sentilun Metro TV periode Agustus dan September 2014 sebagai penanda kesantunan berkomunikasi.

0 1 391

Penggunaan unsur intralingual dan ekstralingual dalam daya bahasa dan nilai rasa bahasa pada dialog interaktif Indonesia Lawyers Club Tv One periode November 2014 sebagai penanda kesantunan berkomunikasi.

0 1 317

Penggunaan unsur intralingual dan ekstralingual dalam daya bahasa dan nilai rasa bahasa pada tuturan berita politik koran Kompas edisi September - Oktober 2014 sebagai penanda kesantunan berkomunikasi.

0 7 307

Penggunaan unsur intralingual dan ekstralingual dalam daya bahasa dan nilai rasa bahasa pada karikatur koran tempo edisi September - Desember 2014 sebagai penanda kesantunan berkomunikasi.

0 4 298

MAKNA SATUAN LINGUAL BERBAHASA JAWA DALAM PROSA LIRIK PENGAKUAN PARIYEM KARYA LINUS SURYADI AG.

0 0 1

IMPERATIF DALAM BAHASA INDONESIA : PENANDA-PENANDA KESANTUNAN LINGUISTIKNYA

0 0 8

Kesantunan Mahasiswa Dalam Berkomunikasi bahasa

0 0 6

B 02 Daya Bahasa dan Nilai Rasa Bahasa Sebagai Penanda Kesantunan Dalam Berkomunikasi

0 0 20