Sarang Relokasi Sistem Lingkungan .1 Suhu dan Variasi Suhu Pasir

Relokasi sarang dilakukan dengan adanya pemilihan tempat ideal yang mempertimbangkan keterbukaan terhadap matahari, keterbukaan terhadap predator, kedekatan dengan sungai dan kedekatan dengan vegetasi pantai karena perakaran yang beresiko mempengaruhi penetasan. Setelah pemilihan lokasi selanjutnya dilakukan treatment pasir baik permukaan dan kedalaman. Pembersihan lokasi dari sampah, akar tanaman dan kulit telur yang kemungkinan ada didalam pasir menjadi tahap selanjutnya sampai lokasi tersebut bersih. Tapilatu et al. in prep menyatakan bahwa relokasi sarang Penyu Belimbing dilakukan disemua pantai peneluran di Jamurba Medi dan pantai Wermon. Pantai Warmamedi dilakukan relokasi sebanyak 25 sarang. Setelah masa penetasan terlihat bahwa hasil persentase sukses penetasan mencapai 80 pada musim 2007-2008 sehingga dilanjutkan relokasi dikedua pantai lainnya yaitu pantai Wembrak dan Baturumah. Jumlah sarang yang direlokasi kemudian ditambahkan menjadi 50 sarang per pantai dengan pertimbangan sarang yang terambil adalah sarang yang letak posisinya dibawah batas terendah karena beresiko terabrasi oleh gelombang. Relokasi sarang di pantai Wermon mulai dilakukan pada musim 2007 - 2008 dengan jumlah 50 sarang. Hasil relokasi ini menunjukkan peningkatan persentase sukses penetasan mencapai 67 Tapilatu et al. in prep. Selanjutnya relokasi dilakukan ditahun berikutnya dengan metode berbeda yang dikenal dengan sarang doom. Sarang doom tidak dikumpulkan disatu lokasi tetapi sarang ini hanya dipindahkan ketempat aman dimana posisinya berdekatan dengan sarang alami.

5.4.2.9 Perlindungan Habitat

Pantai Jamusrba Medi dan Wermon merupakan bagian dari Cagar Alam Pegunungan Tambrauw yang membentang disebelah selatan dari kedua pantai ini. Pantai Jamursba Medi ditetapkan sebagai suakamargasatwa berdasarkan surat rekomendasi Bupati Sorong dengan luasan 10.000 ha. Tahun 2005 pemerintah daerah Sorong dan beberapa pihak swasta mengusulkan perluasan kawasan konservasi tidak hanya daratan pantai tetapi wilayah pesisir dan laut yang bertujuan melindungi Penyu Belimbing. Berdasarkan tujuan tersebut maka ditetapkanlah Kawasan Konservasi Laut Daerah Abun dengan luasan 169.515.783 ha berdasarkan SK Bupati Kabupaten Sorong No.142 tahun 2005. Secara administrasi luasan KKLD Abun awalnya mencakup pesisir kampung Sausapor sampai Warmandi. Selanjutnya ada wacana penambahan luasan kawasan sampai pesisir kampung Waybeam dengan tujuan perlindungan mencakup pantai peneluran yaitu Jamursba Medi dan Wermon. Sejauh ini implementasi penambahan kawasan KKLD Abun belum terlaksana, mengingat belum ada rencana pengelolaan KKLD Abun yang dijadikan acuan dalam keberlanjutan KKLD. 5.4.3 Sistem Sosial Antropogenik Penyu Belimbing 5.4.3.1 Pengambilan dan Konsumsi Telur Ancaman utama penurunan populasi penyu diduga disebabkan tingginya ekploitasi terhadap sumberdaya penyu seperti pemanfaatan telur, induk yang menjadi konsumsi masyarakat. Pemanfaatan terhadap sumberdaya penyu terjadi secara langsung dan tidak langsung. Pemanfaatan langsung seperti pemanfaatan telur, daging, dan karapas. Pemanfaatan tak langsung ditandai dengan tangkapan sampingan dari aktivitas perikanan skala besar. Hasil pemanfaatan langsung yang terjadi di pesisir utara Tambrauw teridentifikasi adalah pemanfaatan telur dan daging untuk konsumsi keluarga. Hasil estimasi menunjukkan perbedaan frekuensi pengambilan telur pada keenam kampung di lokasi penelitian. Kampung Wau_Weyaf memiliki nilai pengambilan telur tertinggi yaitu 13,75 sarang, diikuti Saubeba sebesar 11,25 sarang, Bremi sebesar 9,5 sarang, Sarray sebesar 6,9 sarang, Sausapor sebesar 3.85 sarang dan Waybeam sebesar 0,84 sarang. Tingginya pengambilan telur di Wau-Weyaf dan Saubeba karena jarak dari kampung berdekatan dengan pantai Jamursba Medi dan Wermon. Kedua pantai ini merupakan pantai yang dilindungi tetapi aktivitas pengambilan telur masih dilakukan meskipun dengan frekuensi yang rendah. Laju pengambilan telur dengan frekuensi tinggi juga terjadi di kampung Sarray dan Bremi. Tingginya laju pengambilan telur dikedua kampung ini karena kedua kampung ini merupakan bagian dari pantai peneluran di pesisir utara Manokwari yang dijadikan pantai alternatif untuk bertelur. Berbeda dengan keempat pantai diatas, laju pengambilan telur cenderung rendah terlihat di