Analisis Multi Kriteria Analisis Skenario KKLD Abun dengan Analisis

Tabel 38. Nilai hasil skenario pengelolaan populasi penyu belimbing di KKLD Abun. Kriteria Nilai Skenario A B C D Dimensi lingkungan 1 Suhu pasir C 32 28 31 28 2 Kenaikan muka laut mmtahun 7.8 7.8 7.8 7.8 3 Kemiringan pantai 10 10 10 10 4 Kedalaman sarang cm 80 80 80 80 5 Tekstur pasir nm 500 500 500 500 6 Laju predasi 70 40 40 20 7 Relokasi sarang sarang 10 100 50 200 8 Perlindungan habitat km 2 50 100 200 500 Dimensi sosial antropogenik 9 Pengambilan telur sarang 100 50 25 15 10 Konsumsi telur butir 1000 500 250 100 11 Penangkapan penyu ekor 50 20 10 5 12 Konsumsi daging kg 30 20 10 5 13 Tangkapan sampingan ekor 100 50 20 10 Tabel 38 menjelaskan tentang nilai kriteria pada tiap skenario A, B, C dan D. Nilai kriteria ditiap skenario menggambarkan nilai masing masing variabel yang akan dikonversi menjadi skor 0-100 sehingga menghasilkan nilai skor. Nilai skor akan digunakan untuk penentuan sistem ranking berdasarkan pilihan stakholder. Nilai skenario ditampilkan pada Tabel 39. Tabel 39. Nilai skor dari tiap variabel terhadap skenario pengelolaan Kriteria Skoring Skenario A B C D Dimensi lingkungan 1 Suhu pasir C 100 33 67 2 Kenaikan muka laut mm 3 Kemiringan pantai 4 Kedalaman sarang cm 5 Tekstur pasir nm 6 Laju predasi 60 60 100 7 Relokasi sarang sarang 100 53 79 8 Perlindungan habitat km 2 100 89 67 Rata-rata skor lingkungan 25 38 30 21 Dimensi sosial antropogenik 9 Pengambilan telur sarang 59 88 100 10 Konsumsi telur butir 56 83 100 11 Penangkapan penyu ekor 67 89 100 12 Konsumsi daging kg 40 80 100 13 Tangkapan sampingan ekor 56 89 100 Rata-rata skor sosial antropogenik 55 86 100 Skor rerata keseluruhan 13 47 58 60 Berdasarkan Tabel 39 diperoleh nilai rata-rata tertinggi adalah pada skenario D skor 60, diikuti nilai skenario C skor 58. Untuk mendapatkan kesimpulan tentang skenario mana yang lebih baik, maka digunakan analisis preferensi dari stakeholder. Analisis preferensi tersebut dapat dilakukan melalui skala perhitungan antara lain adalah skala nominal, ordinal, interval dan rasio. Ringkasan hasil penelitian persepsi dari 7 stakeholder terhadap kedua dimensi prioritas dalam penentuan kebijakan lingkungan dan sosial antropogenik tersaji pada Table 40. Tabel 40. Preferensi stakeholder terkait pengelolaan KKLD Abun Prioritas pengelolaan Preferensi stakeholder Median Total Bobot Rank x 4 x 5 x 6 x 7 x 8 x 9 x 10 Lingkungan 3 3 2 3 3 3 3 3 20 0.43 2 Sosial antropogenik 3 4 4 4 4 4 4 4 27 0.57 1 47 1.00 Tabel ini 40 menjelaskan tentang pilihan dimensi terbaik oleh stakehoder yang dilakukan dalam pengelolan Penyu Belimbing. Pemilihan dimensi ini ditentukan oleh stakehoder berdasarkan persepsi dengan mengacu pada skala yang ditentukan mulai dari 1-4 berdasarkan Saaty 1991 dengan keterangan 1: tidak penting, 2: sedikit penting, 3: penting dan 4 : sangat penting. Pemberian nilai ranking berdasarkan pengaruh dimensi tersebut dalam pengelolaan. Semakin tinggi nilai ranking diketahui semakin berpotensi mempengaruhi populasi sehingga menjadi prioritas pengelolaan. Dalam penelitian ini, prioritas manajemen yang paling penting dilakukan bertujuan meningkatan populasi penyu belimbing dan keberlanjutan KKLD Abun. Berdasarkan faktor lingkungan yaitu perlindungan ekosistem, peningkatan populasi individu baru tukik, pengurangan laju predasi sarang di pantai peneluran. Sementara faktor sosial antropogenik merujuk pada perbaikan isu-isu sosial antropogenik dan budaya serta pengawasan terhadap aktivitas perikanan terkait dengan tangkapan sampingan penyu belimbing.

5.5.4 Identifikasi Rentang Bobot untuk Skenario

Bobot adalah angka-angka yang dapat dilampirkan atau mewakili dimensi dalam menentukan kepentingan relatif dari tiap item yang berbeda. Identifikasi bobot bertujuan mengetahui tingkatan dimensi lingkungan dan sosial antropogenik. Identifikasi bobot menjadi tahapan terakhir dalam penentuan skenario terbaik yang menjadi prioritas pengelolaan seperti pada perumusan berikut. TLg = Rata-rata preferensi Lingkungan TSA = Rata-rata preferensi Sosial Antropogenik TR = Total Rata-rata Bobot yang digunakan adalah 0.43 untuk dimensi lingkungan dan 0.57 untuk dimensi sosial antropogenik dengan total bobot adalah 1.00. Selanjutnya perhitungan antara skor dikalikan bobot tergambarkan pada Tabel 41. Tabel 41. Nilai skor dan bobot untuk masing-masing skenario. Kriteria Skenario A B C D Dimensi lingkungan 0.43x25 10.75 0.43x38 16.34 0.43x43 12.9 0.43x21 9.03 Dimensi Sosial antropogenik 0.57x0 0.57x55 31.35 0.57x86 49.02 0.57x100 57 Total 10.17 47.69 61.92 66.03 Perhitungan ini berdasarkan perumusan skala prioritas dengan metode perkalian antara bobot dan skor yang telah didefinisikan. Skor didapatkan dari hasil analisis skala kriteria yang disajikan pada Table 40. Berdasarkan perhitungan ini diperoleh skenario D sebagai prioritas utama dalam pengelolaan populasi Penyu Belimbing sebagai indikator keberlanjutan KKLD Abun, dengan kriteria peningkatan utama pada pengelolaan aspek sosial antropogenik dan lingkungan. Namun demikin sebagai catatan, dalam pertimbangan model ini skenario C tetap diperhatikan karena nilainya tidak jauh berbeda dari Skenario D. Ada kemungkinan kedua sub model C bisa dipilih dengan melihat isu utama yang terjadi di KKLD Abun. Skenario D sub model keterpaduan menjadi skenario terbaik disebabkan dalam pengelolaan perlu adanya keseimbangan pengelolaan dimana pendekatan pengelolaan antara ekologi, ekonomi dan sosial. Pengelolaan penyu belimbing di Jamursba Medi dan Wermon telah berjalan dengan pendekatan lingkungan yaitu perlindungan habitat peneluran, peningkatan individu baru melalui relokasi sarang. Hasil dari pengelolaan lingkungan adalah adanya peningkatan jumlah individu baru dalam beberapa musim terakhir, tetapi ada indikasi penurunan jumlah individu dewasa yang ditandai dengan penurunan jumlah sarang di pantai. Estimasi penurunan populasi penyu belimbing di Jamursba Medi dan Wermon diduga disebabkan pengambilan telur oleh masyarakat disekitar pantai peneluran, perburuan oleh masyarakat lokal baik dipesisir Papua dan Kei Maluku dan tangkapan sampingan dari aktivitas perikanan Tapilatu et al. in prep. Mengacu pada fakta tersebut maka pendekatan skenario keterpaduan merupakan pilihan tepat dalam pengelolaan penyu belimbing di KKLD Abun disamping perlu adanya regulasi antara kabupaten dan propinsi dalam kaitan perburuan oleh masyarakat Kei Maluku.