Penilaian Non Detrimental Finding Penyu Belimbing

peraturan. Aspek biologis dan karakteristik terlihat bahwa siklus hidup penyu belimbing memiliki rentang waktu yang panjang dengan reproduksi tinggi sebanding dengan laju mortalitas tinggi. Waktu yang dibutuhkan penyu mencapai usia muda sampai pada matang kelamin adalah 20 tahun. Penyu belimbing memiliki kemampuan beradaptasi terhadap lingkungan seperti kemampuan renang dan menyelam untuk menjangkau perairan dalam dan perairan dangkal. Distribusi selama bertelur di Jamursba Medi dan Wermon diketahui meliputi pesisir Utara Papua dengan distribusi habitat di pantai Utara Papua, Taman Nasional Teluk Cendrawasih Wasior, Kepulauan Rajampat dan Kepulauan Kei Maluku Tenggara. Populasi di Jamursba Medi dan Wermon memiliki areal migrasi yang relatif luas sampai mencapai perairan Monterbay California. Interaksi antara penyu belimbing dengan manusia bukanlah hubungan mutualisme melainkan hubungan komensalisme karena manusia berperan sebagai predator. Aspek status populasi menunjukkan bahwa ancaman penurunan populasi adalah degradasi habitat peneluran, perubahan iklim yang mempengaruhi persentasi sukses penetasan, ekploitasi telur dan daging, perikanan komersil yang menyebabkan banyaknya tangkapan sampingan. Tingginya tangkapan sampingan disebabkan penggunaan alat tangkap dari perikanan skala besar yang biasanya tidak selektif sehingga beresiko tertangkapnya penyu belimbing. Dampak dari tangkapan dan pemanfaatan tradisional adalah penurunan populasi spesies dewasa yang mengarah pada kepunahan. Rencana pengelolaan yang sudah dilakukan adalah perlindungan habitat dengan penetapan status kawasan Suaka Margasatwa Jamursba Medi dan penetapan KKLD Abun. Adanya penetapan status kawasan mengakomodir penelitian tentang populasi penyu belimbing oleh pemerintah BBKSDA dan DKP bahkan lembaga konservasi internasional seperti WWF Indonesia, Universitas Negeri Papua, NOAA Fisheries dan Yayasan Alam Lestari Indonesia. Tujuan pengelolaan mengarah pada perlindungan spesies dan perlindungan habitat. Hasil dari penelitian ini diharapkan memberikan peningkatan proporsi populasi penyu belimbing dialam yang saat ini mengalami penurunan. Untuk meningkatkan proporsi populasi maka diperlukan metode pemantauan terhadap ancaman utama seperti penangkapan baik penangkapan langsung maupun penangkapan tidak langsung. Pengaruh internal dari masyarakat digambarkan adanya konflik baik hak ulayat pada habitat peneluran dan konflik pemanfaatan sumberdaya penyu. Lembaga pengelola yang berperan mengelola kawasan merupakan tanggungjawab semua stakehoder seperti masyarakat, pemerintah pusat BKSDA dan pemerintah daerah DKP dan lembaga konservasi internasional yang bersepakat untuk melakukan kolaborasi program dengan cakupan aspek ekologi, ekonomi dan sosial. Hasil analisis radar plot dalam penilaian non detrimental finding pada Gambar 24 memperlihatkan bahwa daerah yang berwarna menjauhi titik pusat menunjukan pemanfaatan terhadap penyu belimbing tidak mengarah pada jaminan terhadap kelestarian populasi di alam. Kondisi ini semakin kritis mengingat siklus hidup penyu belimbing dengan tingkat reproduksi tinggi, mortalitas tinggi dan masa hidup yang panjang menyebabkan rendahnya jumlah individu dewasa yang bisa mencapai umur dewasa. Selain biologi, status dari penyu belimbing yang termasuk dalam critical endangared yang tidak didukung oleh unsur lain menyebabkan perlu ada penanganan secara kontinue. Gambar 24. Penilaian non detrimental finding status pemanfaatan penyu belimbing di Tambrauw Papua Barat. 5.3 Keadaan Sosial Antropogenik 5.3.1 Analisis Responden Masyarakat yang dijadikan responden dalam penelitian ini adalah masyarakat yang terkait langsung dengan pemanfaatan sumberdaya penyu belimbing. Jumlah responden dari enam kampung adalah 185 Kepala Keluarga KK terdiri dari 41 KK untuk kategori pengambil telur, 53 KK untuk kategori konsumsi telur, 38 KK untuk penangkap penyu dan 53 KK untuk konsumsi daging penyu belimbing. Responden kunci pengambil kebijakan terambil 5 orang yang berasal dari instansi teknis lingkup pemerintah Kabupaten Tambrauw. Responden kunci terdiri atas Kepala Bidang Perikanan dan Kelautan Tambrauw, Kepala Distrik Sausapor, Kepala Distrik Abun, Kepala Bidang Lingkungan Hidup Tambrauw dan Kepala BKSDA II Papua Barat. Gambar 25. Hasil analisis responden di pesisir KKLD Abun Tambrauw b.Usia a. Tingkat pendidikan c Jenis pekerjaan d. Asal daerah Berdasarkan hasil analisis kuesioner terhadap 185 responden diketahui karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan, usia, jenis pekerjaan dan asal daerah seperti terlihat pada Gambar 25. Berdasarkan tingkat pendidikan, persentase responden yang memanfaatkan sumberdaya penyu belimbing di pantai Jamursba Medi dan Wemon adalah 37 untuk Sekolah Dasar SD, diikuti SMA sebesar 34, SMP sebesar 19 dan paling rendah Perguruang Tinggi PT seperti D3 dan D2 sebesar 10. Selanjutnya berdasarkan tingkat usia, sejumlah responden yang memanfaatkan sumberdaya penyu belimbing memiliki kisaran usia dari 20 - 35 tahun sebesar 52, diikuti 30 - 50 tahun sebesar 36 - 50 tahun, sebesar 18 berusia 51 - 65 tahun, 65 tahun sebesar 5 dan yang terendah adalah 15 tahun sebesar 4. Berdasarkan jenis pekerjaan, responden yang memanfaatkan sumberdaya penyu belimbing bermatapencaharian petani atau nelayan sebesar 82, PNS sebesar 9 dan pedagang sebesar 9. Selanjutnya berdasarkan asal daerah responden diketahui persentase terbesar adalah berasal dari suku Abun 30, diikuti suku Meyah-Kebar sebesar 26, suku Biak sebesar 22, sementara suku Serui dan pendatang memiliki nilai persentase yang sama yaitu 11.

5.3.2 Responden Pengambil Telur

Pengumpul telur dari pantai peneluran didominasi oleh kaum lelaki yang merupakan penduduk yang mendiami pesisir utara Papua terdiri dari suku Abun, suku Meyah-Kebar, suku Biak dan suku Serui serta beberapa suku pendatang. Hasil survei terlihat bahwa jumlah responden pengambil telur tertinggi yaitu pada frekuesni 1-2 sarang dengan persentase 68, diikuti 13 untuk frekuensi 3 - 4 sarang ditiap musim. Secara jelas jumlah pengambilan telur tersaji pada Tabel 23. Tabel 23. Jumlah responden pengambil telur Penyu Belimbing berdasakan jumlah sarang per satu periode musim peneluran. No Jumlah Sarang musim Jumlah responden Persentase 1 1-2 28 68.29 2 3-4 13 31.71 3 5-6 - 4 7 - Jumlah 41 100.00 Sumber : Data Primer 2012