penetasan akibat predasi oleh colepteran yang teridikasi dengan lubang-lubang kecil pada kulit telur penyu. Dodd 1988 in Ellen et al. 2004 menyatakan bahwa
predator utama yang bersifat destruktif di pantai Biscayne Florida adalah racoon, kepiting hantu, armandillo Dasypus novemcinctus, rubah Vulpes, anjing
domestik Canis familiaris, babi liar Suscrofa, sigung Spilagale putorius dan beberapa larva serangga yang juga memangsa telur.
Penelitian tahun 2003-2004 menunjukkan sarang yang dirusak oleh babi hutan dan anjing mencapai 4.9 dan 3.9 Hitipeuw et al. 2002. Starbird and
Suarez 1994 menduga bahwa sekitar 40 sarang di Warmon dirusak oleh babi hutan. Sedangkan Jamursba Medi pada bulan Juni sampai Juli 2005 sekitar 29
sarang di pantai Warmamedi dirusak oleh predator babi sebesar 29.3 dan Wembrak hanya satu sarang yang dirusak Tapilatu et al. 2007. Berdasarkan
penjelasan ini maka dipastikan laju predasi terhadap telur penyu menjadi salah satu indikator yang perlu diperhatikan karena mempengaruhi populasi tukik penyu
yang dihasilkan.
2.8.2 Sistem Sosial Antropogenik
Manusia merupakan ancaman terbesar bagi kelangsungan hidup penyu, baik di wilayah pesisir maupun di perairan laut lepas. ProFauna 2005 in Wibowo
2007 melaporkan bahwa eksploitasi penyu di Indonesia masih berlangsung hingga kini. Laporan ProFauna menyatakan bahwa perdagangan penyu dan bagian-bagian
tubuhnya dijumpai di Jawa. Selama bulan Januari sampai April 2005, ProFauna mencatat tentang jenis, jumlah, harga dan asal penyu yang diperdagangkan pada
enam lokasi pantai Selatan P. Jawa, antara lain: pantai Teluk Penyu Cilacap Jawa Tengah, pantai Puger Banyuwangi Jawa Timur, pantai Pangandaran Jawa
Barat, pantai Pelabuhan Ratu Jawa Barat, pantai Pangumbahan Sukabumi Jawa Barat dan pantai Samas Yogyakarta.
Pemanenan telur penyu dengan tujuan bisnis terjadi di kecamatan Tambelan Propinsi Riau, kecamatan Paloh Kalimantan Barat, Kepulauan Derawan
Kalimantan Timur dan Pangumbahan Jawa Barat. Sebagai ilustrasi di Propinsi Kalimantan Timur, pengusaha telur penyu memberikan masukan pendapatan asli
daerah PAD PEMDA Kabupaten Berau seperti pada Gambar 10. Perolehan
PAD selama tahun 1999 hingga 2000 mencapai hampir Rp 1 milyar atau sekitar 38 dari PAD yang besarnya Rp 2,8 milyar Hamdan 2001 in Wibowo 2007.
Lima dekade terakhir menunjukkan penurunan hebat populasi penyu di Kepulauan Derawan, diperkirakan mencapai 90 dari jumlah yang bisa
ditemukan 50 tahun lalu. Penyebab yang paling dominan adalah pengambilan telur penyu secara intensif WWF-Wallacea 2000 in Wibowo 2007. Perburuan
terhadap telur dan induk penyu menjadi salah satu aktivitas yang sulit dihentikan dan ditanggulangi. Kondisi ini mengarah pada suatu kondisi yaitu ancaman
kepunahan dari penyu. Wilson 1999 in Wibowo 2007 menyatakan bahwa peningkatan kepunahan spesies pada abad ini telah didokumentasikan dan
menyatakan bahwa penyebab utama karena aktivitas manusia dan kerusakan habitat.
Gambar 10. PAD Kab. Berau dari pengusahaan telur penyu Sumber : Data Kabupaten Berau 2002 in Wibowo 2007
Ancaman kepunahan penyu belimbing sama seperti yang dialami spesies penyu laut lainnya. Populasi penyu belimbing mengalami penurunan akibat
eksploitasi manusia Wibowo 2007. Ancaman manusia memberi tekanan pada sepanjang hidup penyu baik ketika masih berwujud telur hingga penyu dewasa.
Ackerman 1997 menyatakan ancaman manusia adalah pemanen telur penyu dan penangkapan induk penyu secara sengaja di daerah peneluran. Ancaman lain yang
bersifat insidentil adalah dampak dari perubahan lingkungan di daratan maupun laut, tangkapan sampingan, kerusakan habitat, serangan penyakit dan predator,
kematian penyu karena teknik penangkapan ikan dengan menggunakan drift netting
, shrimp trawling, dynamite fishing, dan longline, pembangunan gedung daerah pantai, penambangan pasir dan abrasi pantai. Adanya cahaya lampu di
Tahun P
enda pa
tan a sli
da era
h
daerah peneluran mempengaruhi perilaku bertelur induk penyu dan perjalanan anakan penyu Witherington 1992 in Wibowo 2007. Pencemaran air laut dan
pengaruh eksplorasi minyak gas perairan lepas pantai telah menyebabkan ancaman serius terhadap populasi penyu George 1997 in Wibowo 2007. Berikut
ini adalah sistem sosial antropogenik dari penyu belimbing yang divisualisasikan secara sederhana pada Gambar 11.
2.9 Analisis
Trade-off TOA
Trade-Off Analysis TOA merupakan proses merancang untuk
mengintegrasikan pembuat keputusan kebijakan publik dan stakeholders lain dengan sekelompok pakar untuk menyediakan informasi yang bersifat kuantitatif
dalam mendukung pengambilan keputusan. Beberapa peneliti menggunakan trade-off
analisis sebagai alat untuk pengambilan keputusan yang melibatkan banyak ragam stakeholders dengan banyak kepentingan dan kegunanaan multy
use .
Analisis trade-off sebagai alat bantu pengambilan keputusan sangat dirasakan manfaatnya dalam memahami konflik penggunaan sumberdaya dan
keinginan stakeholder dalam pengelolaan sumberdaya tersebut. Stakeholders akan dilibatkan untuk mempertimbangkan strategi pengelolaan dan menentukan
Gambar 11. Sistem sosial antropogenik terhadap penyu belimbing
Penyu Dewasa Tukik Penyu
Telur Penyu
Manusia Konsumsi
Diperjual belikan
Tangkapan sampingan
+
+ +
- -
Populasi -
- -
Faktor lingkungan
Faktor sosial antropogenik
Pencemaran Penurunan
habitat peneluran
Predator Perubahan
iklim Konsumsi
telur
Konsumsi daging
Upacara keagamaan
- -
-