Perdagangan dan Pemanfaatan Penilaian Non Detrimental Finding Penyu Belimbing

kontrol dan pengawasan yang diberikan oleh pemerintah dan lembaga konsevasi pada daerah tersebut. Alasan lainnya adalah adanya kepercayaan dari tetua adat bahwa Penyu Belimbing adalah  Hewan suci dari leluhur masyarakat Kei  Pengikat kekeluargaan masyarakat Kei  Karapas menggambarkan tujuh bagian menunjukan tujuh suku inti masyarakat Kei  Distribusi Penyu Belimbing diperairan Kei menjadi hak untuk pemanfaatan secara tradisional Eksplotasi terhadap telur dan daging juga terjadi di perairan utara Papua mulai dari pesisir Sausapor sampai Manokwari dengan frekuensi yang relatif kecil jika dibandingkan dengan masyarakat Kei. Ini disebabkan daging penyu belimbing memiliki rasa yang tidak lezat, dibandingkan dengan Penyu Hijau. Ukuran body yang relatif besar menjadi kendala dalam menangkap, tetapi tidak menutup kemungkinan penyu belimbing tetap ditangkap apabila tidak ada hasil laut lainnya untuk dikonsumsi. Daging penyu belimbing tidak hanya dikonsumsi tetapi juga diperjualbelikan untuk peningkatan pendapatan ekonomi keluarga. Survei dipasar tradisional Manokwari ditemukan daging penyu belimbing dijual dengan harga bervariasi mulai dari Rp. 25.000,- sampai Rp. 40.000,- per tumpukan daging atau sekitar 1 kg. Selain daging, telur juga bernilai ekonomis dan banyak dibeli untuk dikonsumsi. Di pasar Sausapor telur penyu belimbing diperjualbelikan dengan harga Rp. 10.000,- per 10 butir.

5.2.8 Pengawasan dan Regulasi

Program konservasi penyu di Indonesia mengacu pada dua pendekatan yaitu konservasi spesies dan konservasi habitat. Konservasi spesies bertujuan menghindari kepunahan ekologi. Pendekatan spesies mengarah pada perlindungan semua jenis penyu, melarang pemanfaatan yang tidak berkelanjutan dan bersifat komersil, meningkatkan pengelolaan populasi baik secara insitu melalui recovery seperti penangkaran dan relokasi. Indonesia menetapkan penyu belimbing menjadi salah satu satwa yang dilindungi baik secara nasional maupun global. UU No.5 tahun 1990 tentang Konservasi Sumberdaya Hayati dan Ekosistemnya telah mengatur pengelolaan dan perlindungan terhadap jenis satwa dan sanksinya. Berdasarkan PP No.7 tahun 1990 tentang pengawetan tumbuhan dan satwa dimana semua jenis penyu di Indonesia termasuk bagian-bagiannya ditetapkan sebagai satwa yang dilindungi Dahuri 2003. Penetapan semua perangkat hukum ini dikarenakan tingginya eksploitasi telur dan daging yang berdampak pada penurunan populasi induk dewasa dan juvenil yang tersedia di alam. Pendekatan habitat bertujuan melindungi habitat baik habitat peneluran, habitat makan dan habitat migrasi. Perlindungan habitat peneluran diarahkan pada penetapan status kawasan sehingga memudahkan dalam pengelolaan dan pengawasan. Perlindungan habitat yang telah dilakukan adalah penetapan suakamargasatwa Jamursba Medi dan sekitarnya serta Kawasan Konservasi Laut Daerah Abun Tambrauw Papua Barat. Berbagai peraturan untuk melindungi penyu laut telah disepakati dan sampai saat ini tercatat sembilan peraturan untuk konservasi penyu laut. Beberapa regulasi tentang perlindungan penyu ditampilkan pada Tabel 22. Tabel 22. Regulasi konservasi penyu laut di Indonesia RegulasiKebijakan Tahun Keterangan Keputusan Presiden No.43 1997 Ratifikasi konvesi internasional Trade In Endangared Of Wild Flora dan Fauna CITES Kepmen Pertanian No.327 1978 Penentuan berbagai jenis satwa liar yang dilindungi paus, lumba-lumba, penyu Kepmen Pertanian No.716 1980 Penentuan berbagai jenis satwa liar yang dilindungi paus, lumba-lumba, penyu hijau, penyu tempayan, penyu belimbing UU No.4 1992 Peraturan dasar pengelolaan lingkungan hidup Keputusan Presiden No.26 1986 Ratifikasi perjanjian ASEAN tentang konservasi sumberdaya alam Keputusan Presiden No.32 1990 Konservasi Sumberdaya hayati dan ekosistemnya UU No.5 1994 Ratifikasi konvensi biodiversitas Peraturan Pemerintah No.7 1999 Perlindungan semua jenis penyu Pengawasan internasional menetapkan bahwa semua jenis Penyu telah dikategorikan sebagai satwa langka dan dilindungi dalam Red Data Book IUCN, Apendix I CITES Tabel 21 dimana penyu merupakan jenis satwa terancam punah sehingga dilarang diperjualbelikan dan pengaturan perdagangannya harus berdasarkan prosedur CITES. Berdasarkan sifat migrasi, Penyu Belimbing juga