Perlindungan Habitat Sistem Lingkungan .1 Suhu dan Variasi Suhu Pasir

ha berdasarkan SK Bupati Kabupaten Sorong No.142 tahun 2005. Secara administrasi luasan KKLD Abun awalnya mencakup pesisir kampung Sausapor sampai Warmandi. Selanjutnya ada wacana penambahan luasan kawasan sampai pesisir kampung Waybeam dengan tujuan perlindungan mencakup pantai peneluran yaitu Jamursba Medi dan Wermon. Sejauh ini implementasi penambahan kawasan KKLD Abun belum terlaksana, mengingat belum ada rencana pengelolaan KKLD Abun yang dijadikan acuan dalam keberlanjutan KKLD. 5.4.3 Sistem Sosial Antropogenik Penyu Belimbing 5.4.3.1 Pengambilan dan Konsumsi Telur Ancaman utama penurunan populasi penyu diduga disebabkan tingginya ekploitasi terhadap sumberdaya penyu seperti pemanfaatan telur, induk yang menjadi konsumsi masyarakat. Pemanfaatan terhadap sumberdaya penyu terjadi secara langsung dan tidak langsung. Pemanfaatan langsung seperti pemanfaatan telur, daging, dan karapas. Pemanfaatan tak langsung ditandai dengan tangkapan sampingan dari aktivitas perikanan skala besar. Hasil pemanfaatan langsung yang terjadi di pesisir utara Tambrauw teridentifikasi adalah pemanfaatan telur dan daging untuk konsumsi keluarga. Hasil estimasi menunjukkan perbedaan frekuensi pengambilan telur pada keenam kampung di lokasi penelitian. Kampung Wau_Weyaf memiliki nilai pengambilan telur tertinggi yaitu 13,75 sarang, diikuti Saubeba sebesar 11,25 sarang, Bremi sebesar 9,5 sarang, Sarray sebesar 6,9 sarang, Sausapor sebesar 3.85 sarang dan Waybeam sebesar 0,84 sarang. Tingginya pengambilan telur di Wau-Weyaf dan Saubeba karena jarak dari kampung berdekatan dengan pantai Jamursba Medi dan Wermon. Kedua pantai ini merupakan pantai yang dilindungi tetapi aktivitas pengambilan telur masih dilakukan meskipun dengan frekuensi yang rendah. Laju pengambilan telur dengan frekuensi tinggi juga terjadi di kampung Sarray dan Bremi. Tingginya laju pengambilan telur dikedua kampung ini karena kedua kampung ini merupakan bagian dari pantai peneluran di pesisir utara Manokwari yang dijadikan pantai alternatif untuk bertelur. Berbeda dengan keempat pantai diatas, laju pengambilan telur cenderung rendah terlihat di kampung Sausapor dan Waybeam disebabkan jarak pantai peneluran yang jauh dari kampung. Secara jelas pengambilan telur ditampilkan pada Gambar 42 dan Gambar 44 . Peningkatan pengambilan terhadap telur oleh masyarakat di pesisir KKLD Abun disebabkan karena posisi pantai peneluran yang berdekatan dengan pemukiman dan merupakan jalur transportasi untuk menjangkau lahan pertanian ataupun penghubung antara kampung. Kondisi ini sama dengan yang terjadi di PNG dimana masyarakat lokal memiliki andil besar dalam pengambilan telur penyu belimbing. Jefft et al. 2009 melaporkan bahwa dari 46 sarang yang ditemukan di pantai peneluran PNG, 26 sarang telur diambil oleh masyarakat lokal karena sarang yang berdekatan dengan pemukiman. Selain penduduk asli yang bertempat tinggal disekitar pantai peneluran, nelayan menangkap dipesisir KKLD juga berpeluang mengambil telur di pantai. Pengambilan telur penyu belimbing berbanding lurus dengan konsumsi telur oleh masyarakat di kampung sekitar pantai peneluran. Gambar 38 menunjukkan konsumsi telur tertinggi oleh masyarakat Wau_Weyaf sebanyak 7012.5 butir, diikuti Bremi sebanyak 5.486,44 butir, Saubeba sebanyak 5.400 butir, Sarray sebanyak 3.757,5 butir, Sausapor sebesar 2.362,5 butir dan Waybeam sebanyak 1.596 butir seperti gambar 43. Gambar 42. Estimasi jumlah pengambilan telur penyu belimbing sarangKKKampungMusim di pesisir KKLD Abun.