Karakteristik Siklus Hidup Deskripsi Penyu Belimbing .1 Klasifikasi

Gambar 3, memiliki laju migrasi yang luas, areal makan dan kawin yang jauh dan berbeda dari areal peneluran. Secara biologi penyu belimbing termasuk dalam famili dermochelidae dan hanya terdapat satu jenis spesies dari famili ini. Berikut ini sistimatika penamaan dari penyu belimbing menurut Pritchart 1761 : Filum : Vertebrata Kelas : Reptilia Sub Kelas : Anapsida Ordo : Testudinata Sub Ordo : Thecophoriidae Famili : Dermochelidae Genus : Dermochelys Spesies : Dermocheys coriacea

2.4.2 Karakteristik

Morfologi penyu belimbing dijelaskan oleh Pritchart 1761 yaitu bentuk kepala besar, bulat, tanpa adanya sisik seperti halnya penyu yang lain. Karapas penyu belimbing adalah sisik yang ditutup oleh lapisan kulit yang kasar dan berkaret serta tidak menjadi satu dengan tulang belakang atau tulang rusuk. Pada bagian karapas juga ditemukan sejumlah kepingan-kepingan kecil berbentuk segi banyak dan bentuk deretan iga atau alur memanjang longitudinal ridge sebanyak 7 buah sedangkan pada karapas plastron sebanyak 5 buah alur Pritchard 1971. Warna karapas penyu belimbing dewasa kehitam hitaman atau coklat tua. Pada bagian atas karapas terdapat bercak putih dan bercak hitam pada bagian Gambar 3. Jenis penyu belimbing dan distribusi genetiknya di perairan tropis dan sub tropis Dutton et al. 2006 bawah. Bentuk morfologi penyu jantan dan betina hampir sama, kecuali bentuk ekor pada penyu jantan lebih besar dan lebih panjang, serta pada plastron terdapat sedikit cekungan kedalam. Berat tubuh mencapai 1.0 ton dengan panjang tubuh 215 cm Pritchard 1971.

2.4.3 Siklus Hidup

Sejak ditetaskan tukik penyu juvenile mulai melakukan perjalanan di laut hingga sepanjang umurnya ± 50 tahun. Setelah dewasa, penyu selalu berada di perairan laut benthic feeding zone hingga bertemu pasangannya dan kawin. Setelah tiba saatnya bertelur, penyu betina akan mendarat di pantai untuk membuat sarang dan bertelur. Dalam interval waktu ± 6 bulan, penyu betina akan bertelur kembali di pantai yang sama dengan frekuensi peneluran 4 - 5 kali per musim. Selanjutnya penyu akan kembali ke laut hingga musim kawin tiba. Periode ini diketahui periode pertumbuhan penyu hingga dewasa pada masa pengembaraan ini sebagai „waktu yang hilang‟ Carr 1980 in Ackerman 1997. Siklus hidup penyu ini divisualisasilan seperti pada Gambar 4. Pertumbuhan anak penyu atau tukik menuju usia dewasa memiliki survival rate yang rendah. Menurut Ehrenfeld 1974 in Ackerman 1997 hanya 1 dari 99 tukik penyu yang mampu bertahan hidup hingga usia dewasa. Selama siklus hidup penyu memerlukan ketahanan hidup yang tinggi terhadap pemangsaan predator, keterbatasan makanan, serangan hama penyakit serta polusi air laut, perubahan lingkungan serta dieksploitasi manusia. Siklus hidup penyu belimbing memiliki kesamaan dengan jenis penyu laut lainnya, yakni: pertumbuhan yang lambat untuk sampai usia kedewasaan dan mampu mencapai umur yang panjang. Waktu yang diperlukan untuk satu generasi dapat diukur dari usia kedewasaan ditambah setengah kali umur produktif Pianka 1974 in Ackerman 1997. 2.5 Perilaku Penyu 2.5.1 Perilaku Peneluran