Responden Penangkap Keadaan Sosial Antropogenik .1 Analisis Responden

Gambar 28 menunjukkan bahwa kegiatan pemanfaatan penyu belimbing tertinggi dilakukan oleh responden berpendidikan SD untuk frekuensi tangkapan 1 - 2 ekor sebanyak 10 responden, 5 responden untuk frekuensi tangkapan 3 - 4 ekor, 3 responden untuk frekuensi tangkapan 5 - 6 ekor dan 1 responden untuk frekuensi tangkapan 7ekor. Responden yang berpendidikan SMP untuk frekuensi tangkapan 1 - 2 ekor dan 3 - 4 ekor sebanyak 4 responden, selanjutnya responden yang setingkat SMA untuk frekuensi tangkapan 1 - 2 ekor sebanyak 7 responden, 3 responden untuk frekuensi tangkapa 3 - 4 ekor. Untuk tingkat PT terlihat hanya 1 responden pada frekuensi tangkapan 1 - 2 ekor. Kelompok usia terlihat bahwa usia muda mendominasi dalam aktivitas tangkapan pada semua frekuensi tangkapan. Hasil menunjukkan bahwa usia 20-35 pada frekuensi tangkapan 1 - 3 ekor sebanyak 15 responden, frekuensi tangkapan 4 - 6 ekor sebanyak 6 responden, frekuensi tangkapan 7-8 ekor sebanyak 1 responden. Pada usia 36 - 50 tahun pada frekuensi tangkapan 1 - 3 ekor sebanyak 10 responden, frekuensi tangkapan 4 - 6 ekor sebanyak 3 responden, dan frekuensi tangkapan 7 - 8 ekor sebanyak 1 responden. Pada usia yang lebih tua yaitu 51 - 65 tahun terlihat mengalami penurunan dimana pada frekuensi 1 - 3 ekor hanya 4 responden, 1 responden pada frekuensi tangkapan 4 - 6 ekor. Hal sama juga ditunjukkan pada usia 65 tahun pada frekuensi tangkapan 1 - 3 ekor sebanyak 3 responden, dan frekuensi tangkapan 7 - 8 ekor sebanyak 2 responden. Gambar 28. Laju tangkapan penyu belimbing berdasarkan tingkat pendidikan dan usia. Kelompok pendidikan 1SD, 2SMP, 3SMA, 4PT. Kelompok usia 120-35, 236-50,351-65, 465. Frekuensi 11-2 ekor, 23-4 ekor,35-6 sarang,47-8 ekor y = -0.1987x + 1.9463 R² = 0.0741 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5 1 2 3 4 5 F r e k ue ns i T a ng k a pa n e k or Kelompok Pendidikan KP Linear KP Gambar 28 menggambarkan dua trend berbeda antara kelompok pendidikan dan kelompok usia. Kelompok pendidikan memperlihatkan trend penurunan penangkapan pada tingkatan pendidikan yang sudah tinggi seperti perguruan tinggi. Responden dengan tingkatan pendidikan rendah mendominasi dalam penangkapan penyu belimbing dikarenakan keahlian dan kemampuan intelektual yang rendah sehingga tidak ada pilihan alternatif matapencaharian. Responden berpendidikan tinggi cenderung lebih rendah menangkap karena adanya alternatif mata pencaharian lain dengan keuntungan tinggi dibandingkan dengan responden yang rata-rata tingkatan pendidikan SD sampai SMA. Kelompok usia memperlihatkan trend penurunan pada usia muda dibandingkan usia tua. Adanya perbedaan dimana usia tua lebih disebabkan pengalaman menangkap. Responden yang berusia tua cenderung memiliki pengalaman dalam hal daerah penangkapan, alat tangkap yang dipakai sampai teknik teknik penangkapan. Uji simultan Uji F sebesar 0,35 menjelaskan bahwa variabel pendidikan dan usia tidak mempengaruhi perilaku tangkapan penyu oleh masyarakat dengan signifikansi mencapai 0,710. 1.9 variasi perilaku tangkapan penyu dipengaruhi oleh model pendidikan dan usia. Selebihnya atau 0 dipengaruhi oleh variasi variabel lain. Secara parsial model pendidikan dan usia tidak mempengaruhi perilaku tangkapan penyu oleh masyarakat. Model pendidikan tidak mempengaruhi perilaku tangkapan penyu pada signifikasi 0,436 dan memberi nilai negatif yang artinya adanya peningkatan tingkatan pendidikan menurunkan frekuensi tangkapan sebesar 0,2191 ekormusim, begitupun sebaliknya. Model usia pada signifikansi 0,969 tidak mempengaruhi perilaku tangkapan dan bernilai negatif yang artinya semakin meningkat tinggi tingkatan usia maka semakin rendah perilaku tangkapan sebesar 0,0105 ekor. Plot uji normalitas Lampiran 8 pada perilaku tangkapan penyu menunjukkan ketidaknormalitas data terlihat pada skore -2 pada sumbu X dan 10 pada sumbu Y selebihnya data terbentuk linear. Lampiran 8 pada plot residual terisitribusi secara acak diatas maupun dibawah angka 0 sumbu Y dan membetuk beberapa pola.

5.3.5 Responden Konsumsi Daging

Konsumsi daging menjadi salah satu tujuan yang ingin diketahui dalam penelitian ini. Konsumsi daging yang digambarkan dalam penelitian ini memiliki nilai tertinggi pada frekuensi 1 - 3 kg sebesar 60.39, diikuti 4 - 6 kg sebesar 32.08, dan frekuensi konsumsi 7 - 8 kg mencapai 7.55. Secara jelas persentase konsumsi daging ditampilkan dalam Tabel 26. Tabel 26. Jumlah responden konsumsi Penyu Belimbing berdasakan jumlah kilogram yang dikonsumsi per musim. No Jumlah telur musim Jumlah responden Persentase 1 1-3 32 60.39 2 4-6 17 32.08 3 7-8 4 7.55 4 9-11 - Jumlah 53 100.00 Sumber : Data Primer 2012 Total responden konsumsi daging adalah 52 KK yang diketahui berdasarkan tingkat pendidikan yaitu 21 KK tamatan SD, 9 tamatan SMP, 17 tamatan SMA dan sarjana 6 orang. Sementara untuk usia sebanyak 22 responden berusia 20 - 35 tahun, 14 responden berusia 35 - 50 tahun, 5 responden berusia 51 - 65 tahun dan 6 tahun sebanyak 5 responden. Hasil menunjukkan bahwa kelompok pendidikan setingkat SD mendominasi konsumsi daging pada frekuensi 1 - 3 kg sampai 7 - 8 kg mencapai 21 responden, responden setingkat SMP sebanyak 9 responden, responden setingkat SMA sebanyak 17 responden dan setingkat Perguruan tinggi sebanyak 13 responden. Selanjutnya kelompok usia memperlihatkan konsumsi daging didominasi oleh usia muda 20 - 35 tahun sebanyak 15 responden untuk frekuensi konsumsi 1 - 3 kg, 6 responden untuk frekuensi konsumsi 4 - 6 kg, dan 1 responden untuk frekuensi konsumsi 7 - 8 kg. Selanjutnya usia 31 - 50 tahun pada frekuensi konsumsi 1 - 3 kg sebanyak 10 responden, 3 responden untuk frekuensi konsumsi 4 - 6 kg dan 1 responden untuk frekuensi konsumsi 7 - 8 kg. Selanjutnya pada usia 51 - 65 tahun sebanyak 4 dan 1 responden untuk frekuensi konsumsi 1 - 3 kg dan 4 - 6 kg. Sementara pada usia 65 tahun sebanyak 3 dan 2 responden pada frekuensi konsumsi 1 - 3 kg dan 7 - 8 kg. Gambar 29 menjelaskan trend kelompok pendidikan menunjukkan responden setingkat SD sampai SMA mendominasi konsumsi daging dan cenderung menurun pada responden dengan pendidikan setingkat perguruan tinggi. Kelompok usia memperlihatkan trend peningkatan pada usia tua dimana konsumsi meningkat seiring dengan pertambahan usia. Kondisi ini disebabkan kebiasaan konsumsi yang terbawa sampai saat ini menyebabkan responden yang berusia tua lebih menyukai daging penyu dibandingkan responden yang berusia muda yang lebih selektif dalam memilih makanan untuk dikonsumsi. Uji varian Uji F sebesar 2,73 menjelaskan bahwa variabel pendidikan dan usia mempengaruhi perilaku tangkapan penyu oleh masyarakat dengan signifikansi mencapai 0,075. Variasi sebesar 9,9 dari perilaku konsumsi daging dipengaruhi oleh model pendidikan dan usia. Selebihnya atau 0,62 dipengaruhi oleh variasi variabel lain. Analisis parsial model pendidikan dan usia mempengaruhi perilaku konsumsi daging. Model pendidikan mempengaruhi perilaku tangkapan penyu pada signifikasi 0,030 dan memberi nilai negatif yang artinya adanya peningkatan tingkatan pendidikan menurunkan frekuensi konsumsi sebesar 0.6263 kg, begitupun sebaliknya. Model usia pada signifikansi 0,117 tidak mempengaruhi perilaku konsumsi dan bernilai positif yang artinya semakin Gambar 29. Laju konsumsi daging penyu belimbing berdasarkan tingkat pendidikan dan usia. Kelompok pendidikan 1SD, 2SMP, 3SMA, 4PT. Kelompok usia 120-35, 236-50,351-65,465. Frekuensi konsumsi daging 11-3 kg, 24-6 kg,37-8 kg,49-11 kg