Penentuan Bobot Variabel Kerentanan

Setiap matriks pairwise comparison kemudian dicari nilai eigen vectornya untuk mendapatkan local priority. Oleh karena matriks pairwise comparison terdapat pada setiap tingkat, untuk mendapatkan global priority harus dilakukan sintesis antara local priority. Urutan elemen-elemen menurut kepentingan relatif melalui prosedur sintesis dinamakan priority setting. Berdasakan pendekatan ini, bobot setiap parameter dimensi keterpaparan, kepekaan dan kapasitas adaptif ditampilkan pada Tabel 27 Tabel 27. Bobot variabel kerentanan populasi Variabel Bobot Dimensi keterpaparan Variasi suhu pasir VSP 0,35 Kenaikan muka laut x kemiringan pantai SLR x KP 0,18 Monsun M 0,18 Laju Predasi LP 0,12 Pengambilan Telur PT 0,09 Tangkapan Masyarakat TM 0,09 Dimensi kepekaan Suhu pasir SP 0,34 Teksture pasir TP 0,17 Kedalaman sarang KS 0,17 Konsumsi telur KT 0,11 Konsumsi daging KD 0,09 Tangkapan sampingan BC 0,09 Dimensi kapasitas adaptif Sarang relokasi SR 0,41 Perlindungan habitat PH 0,21 Pengetahuan masyarakat PM 0,14 Potensi konflik PK 0,14 Peranan Pemerintah PP 0,10 5.4.2 Sistem Lingkungan 5.4.2.1 Suhu dan Variasi Suhu Pasir Suhu pasir menjadi salah satu indikator penting dalam menentukan keberhasilan penetasan telur selama masa inkubasi. Tabel 28 menunjukkan rata rata suhu pasir di Pantai Jamursba Medi dan Wermon berfluktuasi dengan kisaran 27.31 C sampai 30.83 C tahun 2009. Berbeda dengan suhu pasir tahun 2010 yang cenderung konstan dengan kisaran 28.42 C sampai 29.78 C. Adanya perbedaan suhu pasir pada kedua pantai peneluran dan tahun yang berbeda disebabkan frekuensi curah hujan dan kemarau yang tidak menentu sepanjang tahun sehingga mempengaruhi fluktuasi suhu udara suhu pasir. Selain pengaruh iklim, tipe pasir dan kedalaman sarang juga mempengaruhi fluktuasi suhu pasir. Secara jelasnya suhu pasir di pantai peneluran Jamursba Medi dan Wermon ditampilkan pada Tabel 28. Tabel 28. Suhu Pasir pada plot pengamatan di Pantai Jamursba Medi dan Wermon 20092010 Jamurba Medi April-Oktober dan Wermon November- Maret Pantai Peneluran 2009 2010 Rata±SD min-max C Rata±SD min-max C Jamursba Medi Wembrak 30.44±1.2224.54-34.57 29.78±1.1026.60-33.75 Baturumah 30.83±1.6824.47-33.56 29.94±1.1226.08-32.89 Warmamedi 29.36±1.2224.43-33.82 28.42±0.7826.06-33.00 Wermon 27.31±1.6024.41-33.34 29.79±0.7526.08-33.96 Sumber : Data primer 2012 Nilai minimum pada Tabel 28 terlihat peningkatan suhu pasir dari 24 C menjadi 26 C pada tahun 20092010. Adanya peningkatan suhu pasir ini dipengaruhi oleh peningkatan suhu global. Sebagaimana diketahui bahwa suhu global di tahun 2010 meningkat signifikan dan oleh BMG menyatakan bahwa tahun 2010 merupakan tahun dengan suhu udara terpanas. Hal yang sama juga disampaikan Trendberth et al. 2007 in Poloczanska et al. 2009 menyatakan rata-rata suhu global meningkat sekitar 0.74 C dalam 100 tahun terakhir menjadi lebih hangat. Peningkatan suhu secara global ini mempengaruhi fluktuasi suhu pasir Gambar 30 yang diprediksi mempengaruhi perkembangan embrio penyu bahkan proses sukses penetasan telur dan ratio seks dari tukik yang dihasilkan Hansen et al. 2006; IPCC 2007 in Poloczanska et al. 2009 . Gambar 30 menunjukkan variasi suhu pasir sangat berfluktuasi dan cenderung mengalami perubahan pada plot pengamatan. Suhu pasir dengan fluktuasi yang besar terlihat di pantai Baturumah dengan kisaran 22 - 34 C. Besarnya fluktuasi suhu pasir plot dipengaruhi lingkungan plot pengamatan dan tersebut dan proporsi pasir yang berukuran sedang mencapai 24.14 lebih banyak dibandingkan ketiga pantai lainnya. Novitawati et al. 2003 menyatakan bahwa komposisi dan diameter butiran pasir berpengaruh terhadap kepadatan pasir dan porositas. Hal ini berkaitan dengan kemampuan pasir menyimpan air dan menahan laju penguapan sehingga akan mempengaruhi perubahan suhu pasir dan