Tangkapan Sampingan Sistem Sosial Antropogenik Penyu Belimbing .1 Pengambilan dan Konsumsi Telur

sampingan. Sebagai contoh Bali dengan armada perikanan terbanyak setelah Jawa menunjukkan tangkapan sampingan ± 1 ekor penyu, bahkan bisa mencapai 29 ekortripkapal. Hasil ini diperkirakan meningkat seiring dengan peningkatan armada dan aktivitas tangkapan. Lebih lanjut diestimasi dalam satu tahun asumsi sedikitnya 6 trip bisa mencapai 4920 - 4980 ekor. Kondisi ini ditakutkan akan terjadi diperairan sekitar pantai peneluran Jamursba Medi mengingat jumlah armada perikanan yang semakin meningkat. Hasil penelitian menunjukkan kapal yang teridentifikasi dalam kawasan konservasi laut Abun adalah kapal dengan ukuran 3-5 GT , berjumlah 2-4 kapal, dengan alat tangkap yang digunakan adalah jaring benang. Waktu operasi kapal ini tidak menentu dan sangat bergantung kepada kondisi lingkungan laut. Kondisi lingkungan laut KKLD Abun merupakan perairan yang berhadapan dengan samudra Pasifik sehingga selalu bergelombang menyebabkan beberapa perahu nelayan tidak melakukan penangkapan. Rendahnya aktivitas penangkapan dipesisir KKLD Abun menunjukkan rendahnya jumlah Belimbing yang tertangkap didalam KKLD. Pengaruh dari luar KKLD justru menjadi ancaman penurunan populasi Penyu Belimbing di Jamursba Medi dan Wermon, salah satunya adalah ancaman aktivitas perikanan tuna. Zainudin et al. 2006 menunjukkan hasil observasi periode Mei - Desember 2006 dengan mengikuti operasi kapal rawai tuna yang berpangkalan di Bali, pelabuhan Ratu dan Bitung Sulawesih Utara. Dari observasi tersebut diperoleh sebanyak 10 kapal melakukan 559 kali setting alat tangkap dengan menebar 832.208 pancing. Dari aktivitas tersebut, diketahui 85 penyu tertangkap sebagai tangkapan sampingan, 3 mamalia laut, 2 burung laut dan 507 hiu. Dari tiga armana, kapal rawai tuna yang berpangkalan di Bitung memperoleh hasil tangkapan sampingan penyu terbanyak. Tingginya tangkapan sampingan dari kapal rawai tuna Bitung disebabkan daerah penangkapan tuna berada di Samudra Pasifik berdekatan dengan pantai peneluran Gambar 49. Selain itu, kapal rawai tuna Bitung yang menggunakan metode setting dangkal diperkirakan menjadi penyebab tingginya tangkapan sampingan karena adanya interaksi dengan daerah renang penyu. Meningkatnya tangkapan sampingan seiring dengan peningkatan aktivitas perikanan diperairan dunia seperti perikanan pelagik, perikanan udang dan jenis perikanan lainnya. Aktivitas perikanan ini berkontribusi terhadap peningkatan produksi guna memenuhi permintaan pasar internasional. Tingginya permintaan pasar internasional memicu peningkatan aktivitas untuk memperoleh hasil maksimal dengan mengabaikan dampak yang ditimbulkan seperti tingginya tangkapan sampingan. Beberapa contoh disampaikan oleh Lewison et al. 2006, bahwa perikanan rawai saat ini menjadi trend di negara maju dan berkembang untuk meningkatkan produksi perikanan. Lebih lanjut, Lewison et al. 2006, mengidentifikasi pengguna perikanan rawai diseluruh dunia sebanyak 40 negara dengan wilayah tangkapan yang berbeda. Wilayah penangkapan perikanan rawai yaitu di Samudra Pasifik sekitar 52, samudra Atlantik 37 dan samudra Hindia sekitar 11. Perairan utama perikanan rawai adalah perairan utara Kolombia tepatnya Central Pasifik, region antara Filipina dan Indonesia, laut Mediterania dan selatan samudra Atlantik. Dalam aktivitas penangkapan diperkirakan 1.4 milyar kail diletakkan di perairan dengan frekuensi pengulangan 3.8 juta kalihari. Lebih lanjut dijelaskan bahwa setiap tahunnya, perikanan rawai tuna memasang 1.2 milyar kail, lebih besar dibandingkan untuk memancing ikan cucut yang hanya 200 juta kail di perairan Lewison et al. 2006. Kondisi ini memungkinkan tingginya jumlah tangkapan spesies target dan spesies bukan target. Spesies bukan target yang tertangkap salah satunya adalah penyu belimbing mengingat perairan tersebut merupakan jalur lintasan ketika melakukan migrasi ke area peneluran maupun ke area makan dan perkawinan. Apabila dihubungkan dengan pola migrasi Penyu belimbing musim boreal summer di Jamursba Medi, maka populasi ini sangat rentan dan berpeluang tertangkap sebagai tangkapan sampingan. Berdasarkan fakta ini maka dapat disimpulkan bahwa tangkapan sampingan diprediksi mempengaruh penurunan individu dewasa.

5.4.3.4 Persepsi Masyarakat Tentang Konservasi Penyu Belimbing

Pengetahuan masyarakat adalah suatu bentuk pendapat yang dibutuhkan dalam menilai pengelolaan. Masyarakat adalah objek utama yang harus berpartisipasi dan merasakan manfaat dari pengelolaan yang dilakukan. Pengetahuan masyarakat adalah suatu bentuk pendapapt yang dibutuhkan dalam menilai pengelolaan. Sebagai bentuk pastisipasi maka masyarakat harus dibekali dengan pengetahuan dasar maupun pengetahuan teknis. Dalam penelitian ini, perlu diketahui pengetahuan masyarakat tentang konservasi penyu di KKLD Abun. WWF 2009 menunjukkan pandangan masyarakat terkait dengan lingkungan dan kegiatan konservasi terbagi dalam beberapa bagian penting seperti pendapat masyarakat terkait dengan: 1 kondisi lingkungan pantai peneluran Jamursba Medi dan Wermon 2 kepedulian masyarakat terhadap perlindungan penyu, 3 pengetahuan tentang kawasan konservasi laut daerah 4 pembentukkan dan manfaat adanya KKLD Abun. Pendapat masyarakat pada kampung di KKLD Abun terhadap kondisi lingkungan perairan pantai peneluran sangat bervariasi. WWF 2009 menyatakan 78 masyarakat menyatakan kerusakan pesisir pantai peneluran merupakan masalah besar, 5 mengatakan kerusakan pesisir pantai peneluran bukan masalah besar. Pendapat kepedulian masyarakat tentang upaya perlindungan penyu menyatakan bahwa 79,4 masyarakat setuju adanya upaya perlindungan penyu, 15,3 masyarakat tidak setuju ada upaya perlindungan terhadap penyu, 4,7 masyarakat menyatakan tidak mengetahui apakah penyu harus dilindungi atau tidak dan 0.6 tidak menjawab. Masyarakat juga berpendapat tentang telur yang harus dibiarkan berada dalam sarang sehingga bisa menetas menjadi tukik penyu yaitu 82,5 masyarakat setuju, 7,81 tidak setuju dengan hal tersebut, 9,0 tidak tahu dan 0,6 tidak menjawab. Pendapat masyarakat tentang pentingnya pembentukkan KKLD Abun untuk melindungi ekosistem dan penyu menyatakan 77,81 masyarakat setuju, 12,19 menyatakan tidak setuju, 9,06 menyatakan tidak tahu dan 0,9 tidak menjawab. Selanjutnya pendapat masyarakat tentang manfaat KKLD Abun bagi masyarakat yaitu 84,4 menyatakan bahwa KKLD bermanfaat, 2,2 tidak bermanfaat, 3,1 menyatakan manfaat KKLD tidak mempengaruhi kehidupan masyarakat setempat, 9,4 menyatakan tidak tahu, dan 0,9 tidak menjawab. Informasi tentang istilah kawasan konservasi laut dimana 50,31 menyatakan tidak pernah mendengar, 38,75 menyatakan pernah mendengar istilah kawasan perlindungan laut dan 10,31 tidak mengetahui istilah tentang kawasan perlindungan laut.