Kuantifikasi Kerentanan Kerentanan Populasi .1 Konsep Kerentanan

Keterpaparan Keterkaitan antara kerentanan dengan keterpaparan dikemukakan Adger 2006 dan Kasperson et al. 2005 , menyatakan keterpaparan merupakan salah satu konsep dari kerentanan, yang memiliki pengertian umum dalam hal tingkatan dan jangka waktu dari suatu sistem berinteraksi dengan gangguan. Keterpaparan terdiri dari formula yang merupakan elemen pembangun kerentanan. Keterpaparan merupakan sebuah atribut dari hubungan antara sistem dan gangguan system and perturbation. Keterpaparan berhubungan dengan pengaruh atau stimulus dampak suatu sistem. Hubungannya dengan perubahan iklim perubahan suhu global, kenaikan muka laut, tidak hanya menyangkut masalah kejadian dan pola iklim terhadap sistem, tetapi juga dalam skala luas seperti perubahan yang terjadi dalam sistem secara lokal sebagai akibat efek perubahan iklim. Keterpaparan digambarkan kondisi iklim yang berlawanan dengan operasional dari sistem dan perubahan dari kondisi tersebut Allen 2005. Kepekaan Kepekaan adalah tingkatan dari suatu sistem yang berhubungan dengan stimulus karena perubahan iklim Olmas 2001. Allen 2005 mengemukakan bahwa kepekaan merefleksikan respon dari suatu sistem terhadap pengaruh iklim perubahan suhu global, kenaikan muka laut dan tingkat perubahan yang diakibatkan oleh perubahan tersebut. Sistem dikatakan peka apabila respon dari suatu sistem terhadap perubahan iklim tinggi, dan terjadi signifikan akibat perubahan iklim pada skala kecil. Pemahaman kepekaan dari suatu sistem juga terhadap ambang batas dimana adanya perubahan sebagai akibat merespon pengaruh iklim dan lingkungan seperti perubahan suhu global dan kenaikan muka laut. Hal ini menjelaskan bahwa dalam mendefisikan sistem kerentanan, hal pertama yang diperlukan adalah pemahaman terhadap kepekaan dari sistem terhadap tekanan yang berbeda dan mengidentifikasi ambang batas dari sistem manusia ataupun populasi yang akan terkena dampak Luers et al. 2003. Adger 2006 mendefinisikan kepekaan sebagai suatu tingkatan atau level dari sebuah sistem alam dalam mengabsorbsi atau menerima dampak tanpa mengalami gangguan dalam periode panjang atau mengalami perubahan signifikan dari kondisi lainya. Smit and Wandel 2006 mengatakan bahwa kepekaan tidak dapat dipisahkan dari keterpaparan. Luers 2005 mengkombinasikan pengertian kepekaan dan keterpaparan,dimana mendefinisikan kepekaan sebagai level dari sistem dalam merespon gangguan eksternal terhadap sistem. Lebih lanjut Luers 2005 mengatakan bahwa termasuk dalam konsep ini adalah kemampuan dari sistem untuk tahan terhadap perubahan dan kemampuan untuk pulih kembali kekondisi semula setelah gangguan yang mengenai sistem berlalu. Kapasitas Adaptif Adaptasi adalah penyesuaian sistem alam atau manusia dalam merespon kondisi aktual dari lingkungan atau dampak dari perubahan iklim. Adaptasi merujuk kepada aksi manusia dalam merespon atau mengantisipasi proyeksi atau perubahan nyata dari lingkungan, sedangkan mitigasi merujuk kepada aksi untuk mencegah, mereduksi memperlambat perubahan iklim dan lingkungan. Kapasitas adaptif adalah kemampuan dari sistem untuk menyesuaikan terhadap perubahan iklim termasuk iklim yang berubah ubah dan ekstrim dan membuat potensi dampak lebih moderat, mengambil manfaat atau mengatasi konsekuensi dari perubahan tersebut Fussel and Klien 2006. Luers 2005 menyatakan kapasitas adaptif merujuk pada potensi untuk beradaptasi dan mengurangi kerentanan suatu sistem. Kapasitas adaptif menggambarkan kemampuan dari suatu sistem terhadap perubahan sebagai cara untuk membuat sistem tersebut lebih baik dalam beradaptasi terhadap pengaruh eksternal. Perencanaan adaptasi adalah suatu perubahan dalam mengantisipasi suatu variasi dari perubahan iklim. Perencanaan adaptasi ini sudah merupakan suatu ciri dari suatu upaya untuk meningkatkan kapasitas suatu sistem untuk mengatasi konsekuensi perubahan iklim. Kapasitas adaptif merupakan sifat yang sudah melekat dari suatu sistem yang didefinisikan sebagai kapasitasnya untuk beradaptasi terhadap keterpaparan Smit and Pilifosova 2000. Dalam hal ini, kapasitas adaptif direfleksikan dari resiliensi, misalnya sebuah sistem yang resilien dan memiliki kapasitas untuk mempersiapkan, menghindari, mentolerir dan memulihkan diri dari resiko atau dampak. Resiliensi adalah kemampuan dari suatu entitas untuk resisten atau pulih dari suatu kerusakan Sopac 2005. Resiliensi alami intrinsic resilience adalah kemampuan alami suatu entitas untuk tahan terhadap kerusakan. Sebagai contoh, seseorang memiliki sistem kekebalan yang kuat secara alami akan lebih tahan terhadap kondisi dingin dibandingkan dengan seseorang yang lemah. Resiliensi adalah kemampuan suatu sistem, komunitas atau sosial, beradaptasi terhadap bahaya dengan cara meningkatkan resistensinya atau melakukan perubahan untuk mencapai atau memelihara suatu batas yang dapat diterima atau ditolerir dari suatu fungsi atau struktur. Misalnya sistem sosial, hal ini ditentukan oleh tingkat kapasitas suatu organisasi meningkatkan kemampuannya untuk belajar dari gangguan alam masa lalu untuk membuat proteksi yang lebih baik pada masa yang akan datang. Brooks 2003 mengklasifikasi faktor yang menentukan kapasitas adaptif menjadi faktor spesifik dan faktor umum dan juga berdasarkan faktor dari dalam endogenous dan dari luar exogenous. Faktor dari dalam berhubungan dengan faktor lingkungan. Faktor endogenous merujuk pada karakteristik dari perilaku penduduk atau masyarakat. Faktor penentu yang bersifat umum dalam sistem sosial adalah sumberdaya ekonomi, teknologi, informasi dan keahlian serta infrastruktur. Downing et al. 2001 untuk menjelaskan bahwa kuantifikasi kerentanan akan sangat sulit dilakukan apabila tidak mengidentifikasi sistem yang paling rentan. Dalam kasus tertentu, sangat tergantung pada jenis tekanan dan keluaran variabel yang menjadi perhatian dan berpengaruh signifikan. Dampak tekanan relatif pada suatu wilayah dapat digunakan sebagai objek untuk mengukur kerentanan Luers et al. 2003. Pengukuran kerentanan hanya dapat dilakukan secara akurat jika berhubungan dengan spesifik variabel dibandingkan dengan menganalisis suatu tempat atau lokasi. Suatu sistem dapat menurunkan atau mengurangi kerentanan dengan memodifikasi hal-hal berikut 1 bergerak kepada fungsi yang lebih baik yang dapat mengurangi sensitivitasnya terhadap tekanan yang kritis, 2 merubah posisi relatif terhadap ambang batas dari suatu dampak, dan 3 memodifikasi keterbukaan sistem terhadap tekanan.

2.7.5 Indeks Kerentanan Populasi

Indeks adalah tanda signal yang mengukur, menyederhanakan, dan mengkomunikasikan realita yang kompleks dari suatu kondisi Farell and Hart 1998 in Tahir 2010. Indeks ini sangat berguna karena dapat membantu dalam menentukan target dan standar untuk memantau perubahan dan membandingkan entitas yang berbeda dalam hal tempat dan waktu Easter 1999. Indeks ini juga dapat digunakan sebagai basis modal alokasi sumberdaya. GEF juga mengembangkan indeks kerentanan untuk menentukan alokasi pembiayaan di beberapa n egara berkembang. Indeks dapat digunakan sebagai alat „adaptive managemen t‟ menilai keberhasilan pemantauan dalam mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan Sopac 2005. Indeks umumnya melibatkan sejumlah indikator untuk menghasilkan sebuah indeks tunggal. Untuk menghasilkan sebuah indeks tunggal, keragaan data dan indikator perlu distandarisasi dalam suatu unit yang sama. Hal ini banyak dilakukan dengan mereduksi seluruh komponen ke suatu nilai skoring pada beberapa skala. Kemampuan sebuah kerangka teori menghasilkan indikator kerentanan secara umum mencakup dua komponen. Pertama model kerentanan, yaitu mengidentifikasi komponen model yang keterkaitannya dengan komponen lainnya atau yang berasosiasi dengan komponen kerentanan. Kedua, model sistem yaitu menentukan cara untuk mendekomposisi target sistem yang membuatnya lebih praktis sehingga kerentanan dapat diinterpretasi dengan model yang dapat dibandingkan. Fuentes et al. 2010 memiliki 7 tahapan dalam menganalisis kajian kerentanan populasi penyu belimbing yaitu a. Merumuskan issue dan masalah lingkungan terhadap populasi penyu belimbing di kawasan Pasifik dan khususnya di wilayah studi. b. Mengidentifikasi penyebab kerentanan populasi penyu belimbing dengan berbagai variabel kerentanan yang berasal dari faktor lingkungan dan sosial antropogenik, c. Mengembangkan atribut kerentanan dengan menentukan variabel untuk kategori dari kerentanan populasi penyu belimbing yaitu kategori keterpaparan, kategori kepekaan, kategori kapasitas adaptif, d. Analisa indeks kerentanan dengan menetapkan nilai bobot dan ranking dari masing-masing kategori atau variabel kerentanan yang relatif penting, e. Menentukan nilai standarisasi berdasarkan fungsi keterpaparan, kepekaan dan kapasitas adaptif untuk populasi penyu belimbing, f. Menetapkan nilai skoring kerentanan populasi penyu belimbing,