Metode Penilaian Non Detrimental Finding

dikeluarkan oleh Internalgoverment Panel of Climate Change IPCC 2000, Turner et al. 2003; Mettzger et al. 2005; Schroter et al. 2005 in Fuentes et al. 2010 yang dimodifikasi sesuai dengan kebutuhan penelitian. Berikut ini adalah penjelasan tiap tahapan dari kerentanan populasi Penyu Belimbing. Tahap 1 : Tahap pertama dititikberatkan untuk mengidentifikasi isu, masalah lingkungan dan sosial antropogenik yang berdampak terhadap populasi berdasarkan penelitian di Jamursba medi dan Warmon. Tahap 2 : Pada tahapan kedua, mengidentifikasi penyebab kerentanan berdasarkan faktor lingkungan, faktor sosial antropogenik. Faktor lingkungan mengkaji perubahan suhu pasir, kenaikan muka laut dan perubahan morfologi pantai, dan laju predasi terhadap telur Fuentes et al. 2010. Faktor sosial antropogenik adalah konsumsi telur dan daging, kegiatan perikanan bycatch, persepsi stakeholder tentang konservasi penyu. Tahap 3 : Tahapan ketiga adalah menghitungi nilai kerentanan indeks vurnerability=VI. Konsep dan pendekatan kerentanan populasi Penyu Belimbing berdasarkan tiga fungsi kerentanan adalah a. Keterpaparan menjelaskan suatu kondisi dimana populasi penyu belimbing terhadap faktor lingkungan dan faktor antropogenik. Faktor lingkungan yang berpeluang terbuka terhadap populasi penyu belimbing adalah predasi, perubahan morfologi pantai, kenaikan muka air laut yang berimplikasi pada kerusakan sarang penyu menyebabkan kegagalan penetasan dan musim monsun yang bersamaan antara kegiatan perikanan dan musim peneluran. Faktor sosial antropogenik meliputi pengambilan telur, tangkapan masyarakat dan kegiatan perikanan yang tidak selektif. b. Kepekaan menjelaskan tentang populasi penyu belimbing yang sensitif terhadap faktor lingkungan dan faktor antropogenik. Faktor lingkungan diantaranya perubahan suhu pasir yang memberi dampak terhadap gagal tetas telur penyu belimbing dan ketidakstabilan seksualitas dari tukik yang dihasilkan. Populasi penyu peka terhadap perubahan pantai akibat kenaikan