Latar Belakang Analisis kerentanan populasi penyu belimbing (dermochelys coriacea, vrandelli 1761) di pantai jamursba medi dan wermon sebagai indikator keberlanjutan kawasan konservasi laut Daerah Abun Kabupaten Tambrauw Papua Barat

1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia memiliki enam dari tujuh jenis penyu yang ada di dunia. Dari enam jenis penyu, lima jenis diantaranya yaitu penyu belimbing Dermochelys coriacea , penyu hijau Chelonia mydas, penyu sisik Eremochelys imbricate, penyu tempayan Caretta caretta dan penyu lekang Lepidochelys olivacea telah diketahui berbiak di Indonesia, sementara jenis yang lain Salm Halim 1984; Kitchener 1996 in Hitipeuw et al. 2007. Jenis keenam, penyu pipih Natator epresus diketahui hanya berbiak di Australia, tetapi telah teramati mencari makan di perairan Indonesia Kitchener 1996 in Hitipeuw et al. 2007. Dari kelima jenis penyu tersebut yang mengarah pada kepunahan adalah penyu belimbing. Penyu belimbing memiliki peran penting dalam sistem ekologi rantai makanan, karena berfungsi sebagai predator utama ubur ubur dari kelas shyphozoa terutama ordo rhizostomae. Ubur ubur merupakan organisme lunak, bertentakel dan merupakan predator dari juvenil ikan. Apabila populasi ubur ubur meningkat maka semakin banyak juvenil ikan yang dimangsa, sehingga mempengaruhi produksi perikanan. Pada kondisi ini peran dari penyu belimbing dibutuhkan sebagai penyeimbang populasi ubur ubur. Fakta ini menegaskan bahwa penyu belimbing merupakan spesies kunci ataupun spesies indikator. Selain sebagai spesies indikator, penyu belimbing juga merupakan penciri kealamian habitat. Hal ini disebabkan karena penyu belimbing menyukai habitat alamiah untuk melakukan proses persarangan, perkawinan dan makan. Apabila terjadi degradasi habitat maka penyu belimbing tidak lagi dijumpai di habitat tersebut. Populasi penyu belimbing secara global mengalami penurunan mencapai 97 dalam periode 22 tahun terakhir. Laporan Conservation International CI pada simposium tahunan ke 24 di Costa Rica menyatakan penurunan populasi dari 115.000 ekor betina dewasa menjadi 2.300 ekor sejak tahun 1982. Lima spesies penyu lainnya juga beresiko punah, walaupun dengan rentang waktu relatif lama dibandingkan dengan penyu belimbing sebagaimana dalam CITES Convention on International Trade of Endangered Species dengan status Appendix 1 yang artinya melarang untuk diperdagangkan Hitipeuw et al. 2007 Penyu belimbing diperkirakan hanya terdapat 2.300 ekor penyu betina dewasa yang tersisa di kawasan Pasifik Utara dan kawasan Pasifik Barat. Kawasan Pasifik Utara meliputi pantai Meksiko, Nikaragua, Costa Rica dan Kawasan Pasifik Barat meliputi pantai di Kepulauan Solomon,Vanuatu, Malaysia, Papua NNG dan Papua Hitipeuw et al 2007. Di Indonesia tepatnya di pesisir utara Kepala Burung Papua diketahui menjadi tempat peneluran dengan stok populasi terbesar yang memberikan kontribusi terhadap populasi di Pasifik Barat Dutton et al. 2007. Mengacu pada fakta ini, maka pantai peneluran Jamursba Medi dan Wermon Papua perlu dipertahankan sehingga keberlangsungan populasi tetap ada Hitipeuw et al. 2007. Pantai Jamursba Medi dan Wermon adalah lokasi peneluran yang terletak di Kepala Burung Papua dan menjadi lokasi peneluran yang selalu dikunjungi oleh penyu belimbing. Saat ini kedua pantai ini merupakan penyumbang stok populasi terbanyak untuk populasi penyu belimbing di Pasifik Barat selain PNG dan Kepulauan Salomon. Uniknya kedua pantai ini memiliki musim peneluran yang berbeda, Tapilatu et al. 2002 menyatakan bahwa pantai Jamursba Medi memiliki musim peneluran pada bulan April sampai Agustus ditandai dengan musim monsun timur atau musim teduh, sementara Pantai Wermon biasanya musim dari bulan Desember sampai Februari ditandai dengan musim ombak atau monsun barat. Perbedaan musim peneluran ini tidak menyebabkan perbedaan spesies penyu yang bertelur tetapi spesies penyu belimbing yang sama berpeluang bertelur di kedua pantai tersebut. Kondisi kedua pantai dengan ciri karakterik habitat bertelur yang cenderung sama menjadi alasan adanya spesies yang sama bertelur dipantai berbeda dengan musim berbeda. Kondisi lingkungan laut dan pantai adalah faktor penentu keberlanjutan hidup dan populasi penyu. Ackerman 1997; Wallace et al. 2004 menyatakan faktor biologi dan fisik lingkungan pantai, pesisir dan laut memberikan pengaruh terhadap keberlanjutan dan proses ekologi penyu belimbing yaitu proses peneluran dan proses penetasan. Selain faktor lingkungan, indikasi lainnya adalah faktor sosial antropogenik yaitu pemanfaatan langsung dan pemanfaatan tak langsung. Pemanfaatan langsung seperti perburuan penyu dan pengambilan telur, sedangkan pemanfaatan tak langsung seperti tangkapan sampingan dari perikanan skala besar Hitipeuw et al. 2007.Semua indikasi faktor lingkungan dan sosial antropogenik secara langsung dan tidak langsung memberi tekanan kematian individu dewasa dan penurunan populasi penyu belimbing. Solusi dalam meminimalkan dampak faktor lingkungan dan sosial antropogenik adalah pengelolaan secara efektif dan terpadu. Pengelolaan secara terpadu meliputi tiga pilar utama yaitu ekologi, ekonomi dan sosial kelembagaan. Pengelolaan dari aspek ekologi mengacu pada pendekatan spesies dan habitat. Pendekatan habitat meliputi perlindungan habitat peneluran, habitat makan dan habitat migrasi. Sementara pendekatan spesies adalah perlindungan penyu agar tidak dimanfaatkan baik telur maupun induk dewasa. Pengelolaan dari aspek ekonomi merujuk pada penyadaran masyarakat dari kebiasaan memanfaatkan sumberdaya penyu secara berlebihan dengan memberikan alternatif pemanfaatan sumberdaya lain. Pendekatan sosial kelembagaan diarahkan untuk mengefektifkan peranan semua stakehoder untuk berpatisipasi dalam pengelolaan. Pendekatan pengelolaan yang telah dilakukan adalah penetapan Kawasan Konservasi Laut Daerah KKLD Abun untuk mengefektifkan perlindungan terhadap penyu belimbing tidak hanya di pantai peneluran tetapi juga di pesisir laut. Kawasan Konservasi Laut Daerah Abun ditetapkan berdasarkan SK Bupati Kabupaten Sorong No.142 tahun 2005 dengan luasan 26.795,53 Ha. Penetapan KKLD Abun bertujuan untuk melindungi keanekaragaman hayati di kawasan Bentang Laut Kepala Burung Papua dengan melindungi penyu belimbing yang melakukan peneluran dipantai Jamursba Medi dan Warmon.

1.2 Perumusan Masalah