Berorietasi pada Kualitas Layanan

TENAGA AHLI PEMBERDAYAAN MASYARAKAT Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 263 kinerja individu dan organisasi secara keseluruhan. Pada hakekatnya, pengembangan kompetensi Pendamping Desa dapat dikelompokkan dalam dua katagori, yaitu:: 1. Kompetensi Umum General Competency, artinya, meskipun pendamping memiliki posisi atau jabatan dan tugas pokoknya berbeda dalam tingkatan organisasi, namun jenis kemampuan pengetahuan, keterampilan dan sikap yang bersifat dasar yang dibutuhkan akan disamakan. Misalnya, Tenaga Ahli Pemberdayaan Masyarakat, Pendamping Desa, Pendamping Lokal Desa, dan KPMD tentunya memiliki kebutuhan yang sama sebagai pendamping dalam hal teknik fasilitasi. 2. Kompetensi Khusus Spesific Competency, artinya setiap unit atau satuan kerja dalam organisasi tidak sama kebutuhan jenis keahliannya, karena latar belakang teknis substantif Technical Competence. Misalnya pendamping bidang Pemberdayaan Masayarakat Desa akan berbeda tuntutan kompetensinya dengan Pendamping Desa Teknis Infrastruktur Desa

E. Berorietasi pada Kualitas Layanan

Peningkatan Kapasitas Pendamping Desa perlu dilakukan melalui tindakan terkoordinasi, artinya seluruh elemen yang terlibat dalam pembangunan dan pemberdayaan menjadi bagian dari proses pembelajaran bagi Pendamping Desa. Hal ini juga terkait dengan peran kelembagaan atau instansi pemerintah sebagai pemangku utama dalam pengembangan masyarakat, khususnya yang terkait dengan dampak dari UndangUndang Desa terhadap eksistensi Pendamping Desa. Oleh karena itu, peningkatan kapasitas dilakukan dengan melakukan inventarisasi dan mengkaji hal- hal sebagai berikut: 1. Keberadaan program pelatihan atau Diklat pendamping; 2. Keberadaan dan program pendamping dari kalangan aparat atau dinas terkait; 3. Keberadaan dan status dari Pendamping Desa beserta programmnya 4. Sarana dan dana yang tersedia bagi program pemberdayaan masyarakat. Mengupayakan penggunaan Dana Desa atau Dana Alokasi Desa dibangun dalam kerangka perubahan dan keberlanjutan bukan “proyek”. Termasuk dana pendampingan yang bersumber dari Pendapatan Asli Daerah PAD, Dana Alokasi Umum DAU dan Dana Alokasi Khusus DAK; 5. Keberadaan dukungan dan kebijakan dari Pemerintah Daerah, khususnya terkait dengan Peraturan Daerah Perda KabupatenKota bersangkutan. Pada tahap selanjutnya disusun perencanaan umum untuk melakukan kegiatan pembinaan dan pembimbingan bagi semua pendamping di tingkat KabupatenKota. Di sini keterlibatan unit teknisSKPD terkait, lembaga penelitian, dan perguruan tinggi mutlak diperlukan, khususnya untuk mengukur kesenjangan kompetensi pendamping, antara yang dimiliki sekarang dengan apa yang menjadi harapan masyarakat, serta merancang materi pembelajaran subject matters untuk peningkatan kompetensi TENAGA AHLI PEMBERDAYAAN MASYARAKAT 264 | Modul Pelatihan Pratugas Tenaga Ahli Pemberdayaan Masyarakat Pendamping Desa. Dari proses ini dihasilkan rumusan tentang kompetensi baru yang perlu internalisasikan kepada Pendamping Desa. Pada tahap ini diidentifikasi dan dipilah-pilah materimateri pembelajaran yang diperlukan, diantaranya mencakup kompetensi umum dan kompetensi khusus termasuk dalam keterampilan sosial. Secara lebih rinci rencana peningkatan kapasitas dijabarkan secara rinci dalam bentuk kurikulum, berupa GBPP Garis-garis Besar Program Pembelajaran, TIU Tujuan Instruksional Umum dan TIK Tujuan Instruksional Khusus, serta Kerangka Acuan dari program yang akan diselenggarakan. Semua kegiatan ini dilandaskan kepada materi pembelajaran sesuai dengan upaya peningkatan kompetensi khusus. Efektivitas dan efisiensi proses belajar hendaklah dijadikan pedoman di dalam upaya meningkatkan kapasitas dan kualitas Pendamping Desa. Oleh karena itu, semua pihak terkait, yakni SKPD, Pemerintah KabupatenKota, pakar perguruan tinggi, LSM dan sukarelawan terkait serta lembaga penyandang dana donor, perlu sepakat dan mendukung gagasan pengembangan kapasitas yang lebih bersifat bottom-up program planning.

F. Pemberdayaan Pendamping