Siklus Penilaian Kinerja Sistem Penilaian Kinerja

TENAGA AHLI PEMBERDAYAAN MASYARAKAT 98 | Modul Pelatihan Pratugas Tenaga Ahli Pemberdayaan Masyarakat  Kepatuhan pendamping profesional pada standar pelayanan maupun prosedur kerja;  Ketaatan dan kedisiplinan dari pendamping profesional dalam menyusun dan menyampaikan laporan, dokumen dan bukti-bukti administrasi kepada Satker Provinsi melalui supervisor secara reguler;  Kemampuan pendamping profesional untuk menyusun laporan, dokumen dan bukti-bukti administrasi secara benar sesuai dengan format yang berlaku;  Akurasi pendamping profesional dalam pembuatan laporan, dokumen administrasi secara lengkap sesuai ketentuan yang ditetapkan;  Kemampuan pendamping profesional untuk menyampaikan dokumen administrasi secara cepat dan tepat waktu sesuai jadwal yang ditetapkan.

D. Siklus Penilaian Kinerja

Semua tenaga pendamping profesional, baik tingkat desa maupun tingkat pusat akan dievaluasi kinerjanya dalam periode setiap 6 enam bulan sekali oleh supervisor yang membawahinya. Supervisor berkewajiban mengirimkan hasil evaluasi kinerja dalam bentuk soft copy dengan format PDF yang sudah ditandatangani kepada supervisor di atasnya, dengan ketentuan sebagai berikut: 1. Camat dengan dibantu koordinator PD mengirimkan rekapitulasi hasil evaluasi kinerja PLD kepada SKPD KabupatenKota yang menangani pendampingan Desa melalui Koordinator TA KabupatenKota maksimal tanggal 5 bulan berikutnya dari setiap periode evaluasi kinerja; 2. SKPD KabupatenKota yang menangani pendampingan Desa dengan dibantu Koordinator TA KabupatenKota mengirimkan rekapitulasi hasil evaluasi kinerja PLD dan PD kepada Satker Provinsi melalui TL Provinsi maksimal tanggal 10 bulan berikutnya dari setiap periode evaluasi kinerja; 3. Satker P3MD Provinsi dengan dibantu Team Leader TL Provinsi mengirimkan rekapitulasi hasil evaluasi kinerja PLD, PD, TA KabupatenKota yang sudah disahkan oleh Satker propinsi kepada Satker P3MD Pusat melalui KPW Pusat, maksimal tanggal 15 bulan berikutnya dari setiap periode evaluasi kinerja.

E. Sistem Penilaian Kinerja

Cara penilaian kinerja pendamping professional dilakukan dengan menggunakan angketformat yang harus diisi oleh supervisor dan pejabat yang membidangi pendampingan Desa sesuai jenjang penugasan para pendamping professional. Format penilaian kinerja tersebut mengacu pada indikator penilaian kinerja yang dirumuskan dengan menggunakan pertanyaan-pertanyaan yang hasilnya untuk mengukur capaian kinerja sesuai dengan indikator kinerja yang ditetapkan. Penilai diminta memberikan TENAGA AHLI PEMBERDAYAAN MASYARAKAT Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 99 angka kuantitatif untuk selanjutnya dikonversi dalam nilai kualitatif, sejauhmana seorang pendamping professional telah melaksanakan tugasnya. Untuk memastikan apakah kompetensi tersebut tercapai atau tidak, maka setiap kompetensi dasar yang terdiri dari berbagai macam indikator kinerja disusun untuk mengetahui apakah seorang pendamping profesional memiliki pengetahuan, keterampilan dan sikap yang dibutuhkan. Setiap pendamping profesional akan dinilai oleh supervisor atasannya dan oleh SKPD KabupatenKota yang membidangi pendampingan, serta Satker P3MD Provinsi. Untuk menentukan sejauhmana tugas dilaksanakan, maka pihak penilai memberikan skor dari angka 1 satu sampai angka 5 lima untuk setiap indikator yang dinilai. Definisi skor dijelaskan sebagai berikut:  Skor 5 = kinerja sangat baik;  Skor 4 = kinerja baik;  Skor 3 = kinerja cukup baik;  Skor 2 = kinerja kurang baik dapat diterima walaupun ada kelemahan;  Skor 1 = kinerja buruk harus diperbaiki secepatnya;  X = tidak relevan atau belum saatnya untuk dinilai, atau tidak tahu. Dalam memberikan penilaian, supervisor PD, TA KabupatenKota, TA Provinsi dan TL Provinsi kemudian menggabungkan nilai-nilai dari semua penilai baik dari unsur pendamping maupun pihak SKPD KabupatenKota yang membidangi pendampingan dan Satker P3MD Provinsi dalam satu tabel Rekapitulasi Evaluasi Kinerja Kecamatan, KabupatenKota maupun Provinsi. Hasil penilaian akhir rata-rata akan digunakan untuk menentukan kelayakan pendamping; misalnya layak untuk dilanjutkan, layak untuk dipromosikan, atau kurang layak untuk dilanjutkan. Hasil „penilaian akhir rata-rata akan berupa nilai “A” sampai “D”. Tingkat kehadiran kurang dari 25 akumulatif selama 1 periode kinerja akan mendapatkan nilai D. Nilai A, B, C, atau D ditentukan dengan skala skor sebagai berikut:  Nilai A = 3,50 s.d. 5,00  Nilai B = 2,50 s.d. 3,49  Nilai C = 1,50 s.d. 2,49  Nilai D = 0,00 s.d. 1,49 Penilaian tingkat pencapaian kinerja dilakukan dengan sistem scoring yang diuraikan dalam format peniaian terlampir. Untuk menghitung nilai rata-rata, nilai yang diisi dalam angket dijumlahkan dan kemudian dibagi oleh jumlah indikator yang dinilai kecuali yang diberitanda X. Mengingat kondisi lapangan yang bervariasi antar Provinsi, KabupatenKota dan lokasi-lokasi kegiatan, maka pelaksanaan sistem penilaian kinerja ini harus disesuaikan dengan keadaan daerah masing-masing. Oleh karena itu, panduan ini hanya menguraikan dan menjelaskan kewajiban dan prosedur dasar yang dibutuhkan untuk menjalankan sistem ini. Namun, dalam pelaksanaannya TL Provinsi, TA Provinsi dan TENAGA AHLI PEMBERDAYAAN MASYARAKAT 100 | Modul Pelatihan Pratugas Tenaga Ahli Pemberdayaan Masyarakat para TA KabupatenKota serta PD dapat mengatur metode dan jadwal sesuai situasi dan kondisi di lokasi masing-masing. Masukanpenilaian dari masyarakat dituangkan dalam “Berita Acara Forum Konsultasi Masyarakat”. Jika ada masukan dari masyarakat yang perlu perhatian khusus maka supervisor segera menindaklanjuti atas masukan tersebut dengan mengacu pada SOP pendampingan.

F. Manajemen dan Administrasi Penilaian Kinerja