Tahapan Analisis Kebutuhan Pengembangan Kapasitas

TENAGA AHLI PEMBERDAYAAN MASYARAKAT Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 251

D. Manfaat

Manfaat yang diharapkan dalam penilaian kebutuhan peningkatan kapasitas Pendamping Desa, sebagai berikut: 1. Program pelatihan dan bimbingan non-pelatihan yang disusun sesuai dengan kebutuhan organisasi, jabatan maupun individu setiap Pendamping Desa; 2. Menjaga dan meningkatkan motivasi Pendamping Desa dalam mengikuti pelatihan dan bimbingan kinerja, karena program yang diikutinya sesuai dengan kebutuhan dalam menjalankan tugas di lapangan; 3. Mencapai efektifitas pencapaian target kinerja Pendamping Desa dalam rangka pencapaian tujuan dan standar kompetensi yang ditetapkan; 4. Efisiensi biaya pembinaan dan pengembangan Pendamping Desa karena program yang dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan. Dengan demikian biaya yang dikeluarkan untuk pelatihan dan bimbingan kinerja tidak sia-sia; 5. Menemukenali penyebab timbulnya masalah dalam pelaksanaan tugas sebagai Pendamping Desa, karena pelaksanaan penilaian kebutuhan yang tepat dan efektif, tidak saja akan menemukan masalah yang ditimbulkan oleh diskrepansi kompetensi pendamping dengan standar kompetensi dan tuntutan masyarakat sebagai pengguna.

E. Tahapan Analisis Kebutuhan Pengembangan Kapasitas

Tahapan Analisis Kebutuhan Pendamping AKP atau Training Needs Analysis TNA menurut Tees, David W., You, Nicholas., dan Fisher, Fred., 1987 membagi dalam 5 lima proses penting yaitu : 1 Tahap 1: Persetujuan dan kesiapan manajemen dalam melakukan analisis kebutuhan. Proses TNA dimulai ketika manajemen terutama pimpinan organisasi mengizinkan penggunaan penilaian kebutuhan yang sistematis dalam menemukan target yang tepat untuk pelatihan. Inisiasi TNA harus didahului dengan perencanaan yang rinci dan penjadwalan. 2 Tahap 2: Membaca lingkungan kerja organisasi. Tahapan ini melihat permasalahan yang terjadi pada pelaksanaan pekerjaan, tim kerja, departemen, atau organisasi. Tiga bentuk umum dalam pembacaan lingkungan organisasi dengan mempelajari catatan tertulistelaah dokumen organisasi, mengajukan pertanyaankuesioner kepada pegawai tentang kinerja atau kesenjangan lain yang dicari, dan mengamati kinerja yang terjadi. 3 Tahap 3: Memfokuskan pada kesenjangan dan kebutuhan pelatihan. Tahapan selanjutnya adalah memfokuskan permasalahan yang didapatkan sebelumnya dengan menghimpun semua permasalahan, menganalisa dan menspesifikasikan jenis kesenjangan yang dapat diselesaikan melalui kebutuhan diklat atau kebutuhan non diklat; TENAGA AHLI PEMBERDAYAAN MASYARAKAT 252 | Modul Pelatihan Pratugas Tenaga Ahli Pemberdayaan Masyarakat 4 Tahap 4: Merencanakan untuk pelaksanaan pelatihan. Setelah menetapkan kebutuhan diklat, selanjutnya merancang pelaksanaan diklat. Proses ini bisa saja menggunakan tenaga konsultantenaga ahli dalam memudahkan penentuan model dan jenis pelatihan yang akan digunakan. 5 Tahap 5: Pelaporan Manajemen. Langkah terakhir dalam penilaian kebutuhan pelatihan adalah untuk mempersiapkan laporan kepada manajemen. Isi laporan harus mencakup latar belakang pada setiap kebutuhan pelatihan, tingkat kinerja yang diinginkan dalam setiap permasalahan, strategi pelatihan yang digunakan untuk mencapai atau mengembalikan kinerja ketingkat yang diinginkan, peringkat prioritas pelatihan dan berbagai fakta tentang setiap detail dan strategi yang dilakukan dalam pelaksanaan TNA. Sumber: Diagram of the Training needs Assessment Process, Tees, You, dan Fisher 1987:10. TENAGA AHLI PEMBERDAYAAN MASYARAKAT Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 253

F. Instrumen Pengumpul Informasi dan Data