Membangun Kepemimpinan di Desa

TENAGA AHLI PEMBERDAYAAN MASYARAKAT Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 29 alat legitimasi keputusan kebijakan desa. Implikasinya kebijakan keputusan desa tidak berpihak warga atau merugikan warga, karena ada pos-pos anggarankeputusan yang tidak disetujui warga masyarakat. Musyawarah desa tidak berjalan secara demokratis dan dianggap seperti sosialisasi dengan hanya menginformasikan program pembangunan fisik. Warga masyarakat kurang dilibatkan dan bilamana ada keberatan dari masyarakat tidak mendapat tanggapan dari BPD maupun pemerintah desa. Implikasinya warga masyarakat bersikap pasif dan membiarkan kebijakan desa tidak berpihak pada warga desa. 3. Konfliktual: antara BPD dengan Kepala Desa sering terjadi ketidakcocokan terhadap keputusan desa, terutama bilamana keberadaan BPD bukan berasal dari kelompok pendukung Kepala Desa. BPD dianggap musuh Kepala Desa, karena kurang memahami peran dan fungsi BPD. Musyawarah desa diselenggarakan oleh Pemerintah Desa dan BPD tidak dilibatkan dalam musyawarah internal pemerintahan desa. Dalam musyawarah desa tidak membuka ruang dialog untuk menghasilkan keputusan yang demokratis, sehingga menimbulkan konflik. 4. Kemitraan: antara BPD dengan Kepala Desa membangun hubungan kemitraan. “kalau benar didukung, kalau salah diingatkan”, ini prinsip kemitraan dan sekaligus check and balances. Ada saling pengertian dan menghormati aspirasi masyarakat untuk melakukan check and balances. Kondisi seperti ini akan menciptakan kebijakan desa yang demokratis dan berpihak warga.

G. Membangun Kepemimpinan di Desa

Legitimasi persetujuan, keabsahan, kepercayaan dan hak berkuasa merupakan dimensi paling dasar dalam kepemimpinan Kepala Desa. Sebaliknya seorang Kepala Desa yang tidak legitimate – entah cacat moral, cacat hukum atau cacat politik -- maka dia akan sulit mengambil inisiatif dan keputusan fundamental. Namun legitimasi Kepala Desa tidak turun dari langit. Masyarakat Desa sudah terbiasa menilai legitimasi berdasarkan dimensi moralitas maupun kinerja. Tanpa mengabaikan moralitas, kami menekankan bahwa prosedur yang demokratis merupakan sumber legitimasi paling dasar Cohen, 1997. Prosedur demokratis dan legitimasi ini bisa disaksikan dalam arena pemilihan Kepala Desa. Legitimasi Kepala Desa pemenang pemilihan Kepala Desa yang kuat bila ia ditopang dengan modal politik, yang berbasis pada modal sosial, bukan karena modal ekonomi alias politik uang. Jika seorang calon Kepala Desa memiliki modal sosial yang kaya dan kuat, maka ongkos transaksi ekonomi dalam proses politik menjadi rendah. Sebaliknya jika seorang calon Kepala Desa miskin modal sosial maka untuk meraih kemenangan ia harus membayar transaksi ekonomi yang lebih tinggi, yakni dengan politik uang. Kepala Desa yang menang karena politik uang akan melemahkan legitimasinya, sebaliknya Kepala Desa yang kaya modal sosial tanpa politik maka akan memperkuat legitimasinya. Legitimasi awal itu menjadi fondasi bagi karakter dan inisiatif kepemimpinan Kepala Desa. TENAGA AHLI PEMBERDAYAAN MASYARAKAT 30 | Modul Pelatihan Pratugas Tenaga Ahli Pemberdayaan Masyarakat Kepala Desa hendaknya menjadi contoh pemimpin yang ditauladani dimana perilakunya patut ditiru atau dicontoh. Dalam bahasa Arab keteladanan diungkapkan dengan kata uswah dan qudwah, artinya teladan adalah suatu keadaan seseorang dihormati oleh orang lain yang meneladaninya. Kata uswah terdapat dalam Al-Quran dengan sifat dibelakangnya dengan sifat hazanah yang berarti baik. Sehingga terdapat ungkapan uswatun hazanah yang berarti teladan yang baik. Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa keteladanan adalah hal-hal yang dapat ditiru, diikuti, atau dicontoh dari seseorang Ahmad Riyadi, 2007. Keberhasilan atau kegagalan seorong pemimpin sangat tergantung unjuk kemampuan atau kinerja ketika memberikan pelayanan kepada masyarakatnya. Peningkatan Pembangunan di desa sangat ditentukan oleh kinerja kepemimpinan di Desa. Dalam hal ini, sejauh mana Kepala Desa secara efektif mampu merencanakan, menggerakan, memotivasi, mengarahkan, mengkomunikasikan, pengorganisasian, pelaksanaan, dalam kaitannya dalam manajemen berarti menjalankan kepemimpinan fungsi manajemen atau sebagai manajer dalam menjalankan fungsi manajemen pemerintahan dan pembangunan. Legitimasi merupakan penerimaan dan pengakuan masyarakat terhadap hak moral pemimpin untuk memerintah, membuat, dan melaksanakan keputusan politik. Legitimasi erat kaitannya dengan keabsahan, kepercayaan dan hak berkuasa dan merupakan dimensi paling dasar dalam kepemimpinan Kepala Desa. Seorang Kepala Desa yang tidak legitimate akan sulit mengambil inisiatif. Legitimasi secara prosedural didapatkan melalui proses demokrasi, dan praktek demokrasi secara formal dilakukan dengan Pemilihan Kepala Desa Pilkades. Legitimasi Kepala Desa pemenang pemilihan Kepala Desa kuat bila ditopang dengan modal politik, yang berbasis pada modal sosial, bukan karena modal ekonomi alias politik uang. Jika seorang calon Kepala Desa memiliki modal sosial yang kaya dan kuat, maka ongkos transaksi ekonomi dalam proses politik menjadi rendah. Sebaliknya jika seorang calon Kepala Desa miskin modal sosial maka untuk meraih kemenangan ia harus membayar transaksi ekonomi yang lebih tinggi, yakni dengan politik uang. Kepala Desa yang menang karena politik uang akan melemahkan legitimasinya, sebaliknya Kepala Desa yang kaya modal sosial tanpa politik uang maka akan memperkuat legitimasinya. Pasal 26 ayat 4 Undang-Undang nomor 6 tahun 2014 menyatakan Kepala Desa berkewajiban antara lain; memegang teguh dan mengamalkan Pancasila, melaksanakan UUD 1945, serta mempertahankan dan memelihara keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan Bhinneka Tunggal Ika; meningkatkan kesejahteraan masyarakat Desa; memelihara ketenteraman dan ketertiban masyarakat Desa; menaati dan menegakkan peraturan perundang-undangan; melaksanakan kehidupan demokrasi dan berkeadilan gender; melaksanakan prinsip tata Pemerintahan Desa yang akuntabel, transparan, profesional, efektif dan efisien, bersih, serta bebas dari kolusi, korupsi, dan nepotisme; menjalin kerja sama dan koordinasi dengan seluruh pemangku kepentingan di Desa; menyelenggarakan administrasi Pemerintahan Desa yang baik Kepala Desa atau pemimpin di Desa lainnya juga harus tunduk dan patuh pada hukum yang berlaku di Indonesia termasuk tunduk pada Undang-Undang Desa sebagai aturan yang TENAGA AHLI PEMBERDAYAAN MASYARAKAT Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 31 mengikat dalam menjalankan pemerintahan dan pembangunan Desa. Kewajiban- kewajiban sebagaimana yang diamanahkan Undang –Undang Desa harus senantiasa diperhatikan serta dilaksanakan Sanksi juga akan diberlakukan bagi Kepala Desa yang tidak melaksanakan kewajiban-kewajiban sebagai Kepala Desa sebagaimana yang telah diatur dalam konstitusi. Pasal 28 Undang –Undang Desa menyatakan Kepala Desa yang tidak melaksanakan kewajiban dikenai sanksi administratif berupa teguran lisan danatau teguran tertulis serta tindakan pemberhentian sementara dan dapat dilanjutkan dengan pemberhentian tetap. Daftar Pustaka Ahmad Riyadi 2007. Pengaruh Keteladanan Ahlak Orang Tua Terhadap Ahlak Remaja Usia 12-15 Tahun di Desa Purwosari Sayung Demak . http:library.walisongo.ac.id digilibdownload.php?id Mochammad Zaini Mustakim 2015 Buku 2: Kepemimpinan Desa. Jakarta: Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Republik Indonesia. Inu Kencana 2003 Kepemimpinan Pemerintahan Indonesia. Jakarta: PT. Refika. Susandi, Wirjana R. Bernadine, dan Supardo Susilo, 2005. Kepemimpinan Dasa-dasar dan pengembangannya . Yogyakarta: Andi Offset. http:spikir.blogspot.co.id201405peran-kepemimpinan-kepala-desa-dalam.html http:ejournal.unsrat.ac.idindex.phpgovernancearticleviewFile15661259 http:regulasidesa.blogspot.co.id201603normal-0-false-false-false-in-x-none-x.html TENAGA AHLI PEMBERDAYAAN MASYARAKAT 32 | Modul Pelatihan Pratugas Tenaga Ahli Pemberdayaan Masyarakat TENAGA AHLI PEMBERDAYAAN MASYARAKAT Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 33 SPB 1.4 Lembar Informasi Kewenangan Desa dalam Tata Kelola Pembangunan dan Pemberdayaan

A. Pengertian Kewenangan Desa