TENAGA AHLI PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
204
| Modul Pelatihan Pratugas Tenaga Ahli Pemberdayaan Masyarakat
dapat menghadirkan pendamping dari pihak ketiga guna membantu penyelenggaraan Pembangunan Kawasan Perdesaan Pasal 19, ayat 1 Permen Desa PDTT No.52016.
Kerja pendampingan tidak hanya bersifat fungsional, bukan pula sekadar perpanjangan asistensi kerja birokratis dan teknokratis. Dalam UU Desa pendampingan
ditempatkan sebagai salah satu kegiatan yang bertujuan untuk mengembangkan kemandirian dan kesejahteraan masyarakat Pasal 1, ayat 12 UU Desa. Pasal tersebut
menegaskan pentingnya pendampingan sebagai salah satu kegiatan yang ikut menentukan tingkat perkembangan Pembangunan Kawasan Perdesaan.
Tujuan pendampingan tak lepas dari tujuan pelaksanaan Pembangunan Kawasan Perdesaan
yaitu memfasilitasi
percepatan peningkatan
kualitas pelayanan,
pembangunan, dan pemberdayaan masyarakat desa di Kawasan Perdesaan melalui pendekatan pembangunan partisipatif Pasal 83, ayat 2 UU Desa. Ketentuan tersebut
menunjuk pada peran substansial kerja pendampingan, setidaknya memastikan keterlibatan aktif para aktor, utamanya pemerintah desa dan masyarakat desa dalam
Pembangunan Kawasan Perdesaan. Terkait dengan tujuan pendampingan, secara normatif tugas pendamping Kawasan Perdesaan ditetapkan untuk a membantu
memfasilitasi TKPKP kabupatenkota dalam perencanaan dan penetapan Pembangunan Kawasan Perdesaan, dan b memfasilitasi dan membimbing desa dalam Pembangunan
Kawasan Perdesaan.
Namun pada pelaksanaannya tugas dan fungsi pendamping Kawasan Perdesaan akan jauh lebih kompleks karena ketentuan normatif tersebut berangkat dari asumsi
pendamping hadir di sebuah kawasan perdesaan yang secara ideal sudah memiliki dasar perundangan tetap baik Surat Keputusan, Peraturan BupatiWalikota danatau
Peraturan Daerah. Kerja advokasi untuk penguatan status keberadaan Kawasan Perdesaan merupakan bagian dari tugas utama pendamping yang hadir di Kawasan
Perdesaan yang belum memiliki ketetapan atau dasar perundangan. Demikian halnya dengan keberadaan TKPKP, tidak setiap kabupatenkota setelah menetapkan Kawasan
Perdesaan tidak dengan sendirinya menyiapkan tim kerja untuk pembangunan Kawasan Perdesaan.
Ketentuan normatif mengenai tugas pendamping sebagaimana ditetapkan dalam Permendes merupakan ketentuan tugas minimum yang harus menjadi acuan kerja
pendampingan. Sedangkan acuan ideal tugas seoang pendamping adalah ketentuan mengenai tujuan dari Pembangunan Kawasan Perdesaan. Untuk itu pendamping
dituntut mampu menginisiasi tugas-tugas yang dibutuhkan untuk mendorong dan memfasilitasi upaya setiap aktor terkait dalam mewujudkan tujuan Pembangunan
Kawasan Perdesaan.
C. Bidang Tugas Pendamping
Sekalipun medan tugas pendamping termasuk cukup luas dan kompleks, namun batas administratif tugas pendamping Kawasan Perdesaan masih cukup jelas yaitu meliputi
desa-desa di suatu wilayah administratif kabupatenkota. Hanya saja dalam kerangka tujuan memfasilitasi percepatan Pembangunan Kawasan Perdesaan, batas tugas
TENAGA AHLI PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 205
fungsional pendamping sangat terbuka seluas kompleksitas persoalan yang terkait dengan beragam aspek dalam prosedur dan proses Pembangunan Kawasan Perdesaan.
Untuk mengindari tumpang tindih overlap perlu ditentukan batas wilayah tugas pendamping terkait dengan peran kehadirannya sebagai fasilitator Pembangunan
Kawasan Perdesaan yng menyakup proses perencanaan, pelaksanaan, pengawasan dan evaluasi.
Secara umum klasifikasi tugas pendamping Kawasan Perdesaan terdiri dari dua bidang yaitu bidang manajemen dan bidang teknis. Bidang manajemen berkaitan
dengan tugas-tugas penguatan kemampuan aktor atau pelaku Pembangunan di wilayah desa-desa. Sedangkan bidang teknis lebih banyak berurusan dengan tugas-
tugas yang terkait dengan penguatan administratif dan urusan di tingkat kabupatenkota. Bagian berikut merupakan penjelasan tentang beberapa tugas khusus
yang menjadi bagian dari masing-masing bidang.
Di samping tugas-tugas yang menjadi tanggungjawab khusus masing-masing pendamping, ada juga tugas lain yang sama-sama menjadi bagian dari tanggungjawab
setiap pendamping baik manajemen maupun teknis yaitu tugas penguatan kelembagaan dan tugas evaluasi.
Penguatan kelembagaan. Baik pendamping manajemen maupun teknis, keduanya akan berurusan dengan kepentingan penguatan kelembagaan kelembagaan.
Hanya saja pemahaman keduanya berbeda sesuai dengan perspektif tugas masing- masing. Dalam perspektif tugas manajemen, kelembagaan lebih berarti konsepsi
tentang nilai atau norma sosial yang lahir dari kearifan masyarakat setempat yang kemudian dikenal sebagai kearifan lokal local wisdom. Sedangkan dalam perspektif
tugas teknis, kelembagaan lebih merupakan struktur normatif atau aturan yang ditentukan kemudian atau disepakati bersama antara masyarakat setempat dengan
pihak lain di luar wilayah desa atau perdesaan. Penguatan kelembagaan dalam pengertian pendampingan teknis lebih berkaitan dengan penegasan norma yang
terkait dengan fungsi struktur kelembagaan atau pengorganisasian kerja.
Monitoring dan Evaluasi. Evaluasi merupakan fase penilaian atas capaian dari proses Pembangunan Kawasan Perdesaan. Ketentuan normatif menetapkan siapa pihak
yang melakukan evaluasi dan apa indikasi yang dipakai untuk menentukan tingkat capaian. Terkait dengan ketentuan itu setiap pendamping, baik manajemen maupun
teknis, memiliki kewajiban untuk memfasilitasi pihak yang bertanggungjawab melakukan evauasi kegiatan Permbangunan Kawasan Perdesaan. Di luar fungsi tersebut
setiap pendamping, baik manajemen dan teknis, berkewajiban untuk melakukan monitoring dan evaluasi perkembangan capaian kinerja. Keluaran dari monitoring dan
evaluasi adalah catatan perkembangan proggres report berkala. Isi catatan perkembangan adalah hasil kajian atas temuan data kuantitatif tangible maupun
catatan atas temuan kualitatif intangible atau pengalaman pembelajaran terbaik best practices
. Meskipun kedua bidang tugas degan berbagai aspeknya bisa dibedakan, namun
dalam kerangka Pembangunan Kawasan Perdesaan kedua bidang tersebut merupakan
TENAGA AHLI PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
206
| Modul Pelatihan Pratugas Tenaga Ahli Pemberdayaan Masyarakat
kesatuan sinergis yang saling melengkapi. Oleh karena itu di antara pendamping, manajemen maupun teknis, diharapkan mampu membangun mekanisme komunikasi
dan koordinasi yang effektif menunjang pelaksanaan tugas masing-masing maupun penyelesaian tugas bersama.
1. Bidang Manajemen
Undang-undang Desa menghadirkan paradigma dan norma-norma baru yang mendorong sekaligus menguatkan desa sebagai habitus baru, ruang hidup komuniter
yang digerakan oleh nilai kultural organisasi. Salah satu nilai kultural atau kebiasaan organisasi yang sudah seharusnya diperkenalkan oleh pendamping Kawasan Perdesaan
adalah kemampuan untuk menyelesaikan
persoalan lintas batas desa secara bersama. Praktek impelemtasi amanat UU Desa diantaranya mensyaratkan ada kemampuan mengorganisasi diri, melakukan
kajian potensi, membuat perencanaan, strategi pelaksanaan pembangunan dan monitoring serta evaluasi. Hal tersebut merupakan unsur-unsur manajerial yang belum
tentu dipahami posisi pentingnya oleh masyarakat desa secara kolektif.
Pendamping memang bukan manajer yang memiliki kewenangan untuk menentukan, tetapi seorang pendamping adalah fasilitator yang dituntut memiliki
perspektif dan kemampuan kerja manajerial. Tugas manajemen merupakan tugas pendamping untuk mengorganisir atau menggerakkan pelaku, terutama masyarakat di
desa-desa, untuk memahami pentingnya proses Pembangunan Kawasan Perdesaan sebagai suatu kerja organisasi. Dalam kerangka itu manajemen merupakan suatu
keterampilan memfasilitasi peningkatan kemampuan, utamanya masyarakat di desa- desa dalam satu kawasan untuk bisa melakukan kerja sinergis sesuai dengan
mekanisme yang telah ditentukan. Sejalan dengan itu maka wilayah tugas manajemen seorang pendamping Kawasan Perdesaan manyakup diantaranya adalah aspek
pemberdayaan, aspek sturktural dan aspek kelembagaan utamanya di wilayah desa.
a. Pemberdayaan Desa
Tugas pemberdayaan merupakan tugas yang tak terpisah dalam fasilitasi proses Pembangunan Kawasan Perdesaan. Untuk itu pemberdayaan sudah semestinya
ditempatkan dalam pengertian yang lebih luas. Di berbagai dokumen Kementerian dan Kelembagaan, termasuk Kementerian Desa, Pembangunan Desa Tertinggal dan
Transmigrasi, istilah pemberdayaan ditempatkan seiring dengan istilah pembangunan. Artinya pemberdayaan merupakan aspek Pembangunan Kawasan Perdesaan yang sama
pentingnya dengan pembangunan.
Pengertian normatif Undang-undang Desa, pasal 1, ayat 12 UU No.62014 menyebutkan bahwa pemberdayaan Masyarakat Desa adalah upaya mengembangkan
kemandirian dan kesejahteraan masyarakat dengan meningkatkan pengetahuan, sikap, keterampilan, perilaku, kemampuan, kesadaran, serta memanfaatkan sumber
daya melalui penetapan kebijakan, program, kegiatan, dan pendampingan yang sesuai