Peningkatan Daya Saing Kawasan Perdesaan

TENAGA AHLI PEMBERDAYAAN MASYARAKAT 200 | Modul Pelatihan Pratugas Tenaga Ahli Pemberdayaan Masyarakat KabupatenKota yang mempunyai lembaga kerja sama antarwilayah KabupatenKota, pengendaliannya dapat dilaksanakan oleh lembaga dimaksud. Penataan ruang kawasan perdesaan diselenggarakan secara terintegrasi dengan kawasan perkotaan sebagai satu kesatuan pemanfaatan ruang wilayah kabupatenkota. Penataan ruang kawasan perdesaan diselenggarakan dalam keterpaduan sistem perkotaan wilayah dan nasional. Keterpaduan mencakup keterpaduan sistem permukiman, prasarana, sistem ruang terbuka, baik ruang terbuka hijau maupun ruang terbuka nonhijau.

K. Peningkatan Daya Saing Kawasan Perdesaan

Peningkatan daya saing pada intinya adalah pengembangan klaster secara terencana. Berdasarkan pengalaman di berbagai negara, pendekatan klaster secara signifikan mampu meningkatkan ekonomi daerah khususnya kawasan perdesaan. Klaster dapat berfungsi sebagai inkubator inovasi, karena klaster mengandung unsur-unsur yang dapat mewujudkan suatu ide dan gagasan menjadi sebuah produk baru. Pengembangan klaster menawarkan cara yang lebih efektif dan efisien dalam membangun ekonomi daerah secara lebih mantap, dan mempercepat pembangunan tiga pilar ekonomi nasional secara keseluruhan. Klaster industri meningkatkan hubungan antar berbagai industri dan lembaga yang terlibat di dalam klaster tersebut. Menurut Rosenfeld 1997, keberhasilan suatu klaster ditentukan oleh beberapa faktor, yaitu 1 spesialisasi, 2 kapasitas penelitian dan pengembangan, 3 pengetahuan dan keterampilan, 4 pengembangan sumber daya manusia, 5 jaringan kerjasama dan modal sosial, 6 kedekatan dengan pemasok, 7 ketersediaan modal, 8 jiwa kewirausahaan, serta 9 kepemimpinan dan visi bersama. Mengutip dari penelitian yang dilakukan oleh Michael Porter, terdapat faktor-faktor yang memicu inovasi dan perkembangan klaster yang kemudian dikenal dengan ”Diamond Porter”, yaitu : i Faktor kondisi yang terdiri dari tenaga kerja yang terspesialisasi, infrastruktur, bahan baku, dan modal; ii Permintaan yang meliputi karakteristik, segmen, ukuran, dan jumlah permintaan; iii Industri pendukung dan terkait yang meliputi industri pemasok dan komplementer; serta iv Struktur, strategi, dan persaingan perusahaan. Selain itu, Porter juga menambahkan pemerintah yang juga berperan penting dalam pengambangan klaster. Terdapat beberapa alternatif strategis yang dapat dilakukan dalam pembangunan kawasan perdesaan, yaitu: 1. Mendorong pengembangan industri pedesaan berbasis sumber daya lokal . Pengembangan berbasis keunggulan komparatif harus diutamakan karena sudah akan lebih mudah diterapkan, dibandingkan pengembangan dari sisi manusia dan teknolog. Terjemahan secara operasional adalah berdasarkan daya dukung. Hambatan sejauh ini datang dari manusia dan infrastruktur dan kepemilikan lahan kecil tidak ekonomis. Upaya menekan hambatan perlu dilakukan. 2. Menginternalisasikan jasa-jasa lingkungan . Konsep ini sesuai dengan kebutuhan daya dukung lingkungan seperti yang disarankan dalam perundangan, tetapi mempunyai hambatan karena sebagai kawasan lindung dan sejenisnya dikuasai TENAGA AHLI PEMBERDAYAAN MASYARAKAT Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 201 oleh negara dan masyarakat masih terisolasi dalam pengelolaannya. Sampai saat ini masalah ketimpangan juga terjadi sehingga sebagian masyarakat menjarah kawasan lindung ini. Berarti isu perlunya lahan menjadi penting khususnya dari sisi penguasaan dan bukan dari pemilikan. Sistem penguasaan ke masyarakat di sekitar kawasan lindung perlu dikembangkan. 3. Pengembangan berbasis komoditas. Pengembangan agropolitan dalam UU penataan ruang sebagai salah satu solusi pengembangan kawasan perdesaan, yang sudah dilakukan di beberapa wilayah, dengan tingkat keberhasilan bervariasi. Sejauh ini diperlukan perencanaan induk yang benar, dan pengembangan SDM dan lembaga yang kuat. Selain itu pengembangan infrastruktur sesuai kebutuhan industri dan jasa di level pedesaan mutlak dilakukan. Kenyataan yang ada bahwa saat ini - infrastruktur pedesaan ini tidak dibangun; malah yang ada semakin rusak dan perlunya pengembangan SDMi. Daftar Pustaka Undang-Undang Nomor 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang, Departemen Pekerjaan Umum. Undang-Undang Nomor 41, tahun 2009 tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan. Departemen Pertanian. Keputusan Direktur Jenderal Pembangunan Kawasan Perdesaan Nomor: 14DPKP SK072016 Tentang Penyelenggaraan Pembangunan Kawasan Perdesaan Baba Barus, Didiet O. Pribadi, Andi S. Putra, O. Rusdiana, dan Setia Hadi tt Pengembangan Kawasan Perdesaan dalam RTRW berbasis Karakter lokal dan Lingkungannya . Bogor: Pusat Pengkajian Perencanaan dan Pengembangan Wilayah LPPM IPB. Eko Sri Haryanto 2016. Panduan Pendamping Kawasan Perdesaan. Jakarta: Direkorat Jenderal Pembangunan Kawasan Perdesaan Kementerian Desa Pembangunan Daerah Twertinggal dan Transmigrasi Bekerjasama dengan KOMPAK. Mohammad Maulana, Mulia Manik, Ahmad Marwan dan Epi Sepdiatmoko 2015 Pokok Pikiran Pembangunan Kawasan Perdesaan . Kertas Kerja TNP2K. Jakarta http:tabloidsinartani.comcontentreadstrategi-pengembangan-kawasan-komoditas- unggulan-hortikultura http:www.bappenas.go.idfiles3713650823765strategipengembangankawasanditk ating__20090303005257__4.pdf TENAGA AHLI PEMBERDAYAAN MASYARAKAT 202 | Modul Pelatihan Pratugas Tenaga Ahli Pemberdayaan Masyarakat TENAGA AHLI PEMBERDAYAAN MASYARAKAT Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 203 SPB 6.4 Lembar Informasi Strategi Pendampingan Kawasan Perdesaan

A. Pendahuluan