TENAGA AHLI PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 33
SPB
1.4
Lembar Informasi
Kewenangan Desa dalam Tata Kelola Pembangunan
dan Pemberdayaan
A. Pengertian Kewenangan Desa
Dalam prespektif hukum publik, Stroink 2006:4 menguraikan makna kewenangan authority
dalam 3 tiga dimensi pokok, yakni:
1 kewenangan adalah kemampuan yuridis dari orang atau badan hukum publik.
Batasan ini memerlukan penjelasan. Kewenangan badan hukum publik harus dibedakan kewenangan dari wakil untuk mewakili badan. Hak dan kewajiban
yang diberikan kepada wakil harus dibedakan dari hak dan kewajiban yang diberikan kepada badan hukum publik.
2 kewenangan dari badan hukum publik tidak hanya hak dari badan berdasarkan
hukum publik, tapi juga kewajiban berdasarkan hukum publik. Jika berbicara hak dan kewajiban, hal itu mengandung arti bahwa orang melihat kewenangan
semata-mata sebagai hak, sebagai kuasa. Dalam pada itu, hal menjalankan hak berdasarkan hukum publik sedikit banyak selalu terikat kepada kewajiban
berdasarkan hukum publik sesuai asas umum pemerintahan yang baik. Memperhatikan hubungan yang tidak terputus ini antara hak dan kewajiban yang
berdasarkan hukum publik, saya mengartikan kewenangan dari badan itu sebagai keseluruhan hak dan kewajiban yang terletak pada badan hukum publik itu,
sehingga harus dibedakan:
pemberian kewenangan: pemberian hak kepada dan pembebanan
kewajiban terhadap badan badan hukum publik attribusidelegasi;
pelaksanaan kewenangan: menjalankan hak dan kewajiban publik yang berarti mempersiapkan dan mengambil keputusan; dan
akibat hukum dari pelaksanaan kewenangan keseluruhan hak danatau
kewajiban yang terletak pada rakyatburger, kelompok rakyat dan badan. 3
Kewenangan berdasarkan hukum publik sebagai dasar tindakan badan yang memang terletak dalam hukum publik. Saya gunakan “kewenangan berdasarkan
TENAGA AHLI PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
34
| Modul Pelatihan Pratugas Tenaga Ahli Pemberdayaan Masyarakat
hukum publik” jadi tidak dalam arti terbatas dari “berwenang untuk melakukan tindakan hukum menurut hukum publik, tapi dalam arti kewenangan untuk
tindakan hukum berdasarkan hukum publik.
Dalam prespektif Administrasi Negara, kewenangan authority adalah hak seorang pejabat untuk mengambil tindakan yang diperlukan agar tugas serta tanggung
jawabnya dapat dilaksanakan dengan baik Sutarto, 1985: 141. Dalam dimensi organisasi pemerintahan, senantiasa terjadi pelimpahan atau penyerahan wewenang
dari organisasi pemerintahan tingkat atas kepada organisasi pemerintahan tingkat bawahnya danatau pelimpahan atau penyerahan wewenang dari pimpinan tingkat atas
kepada bawahannya. Oleh karena itu, Sutarto 1985:142 menjelaskan bahwa pelimpahan wewenang berarti penyerahan sebagian hak untuk mengambil tindakan
yang diperlukan agar tugas dan tanggungjawabnya dapat dilaksanakan dengan baik dari pejabat yang satu kepada pejabat yang lain. Jadi tegas bahwa pelimpahan
wewenang itu bukan penyerahan hak dari atasan kepada bawahan, melainkan penyerahan hak dari pejabat kepada pejabat.
Selanjutnya Sutarto 1985: 142 menegaskan bahwa setiap pejabat yang diserahi tugas mempunyai tangung jawab agar tugasnya dapat dilaksanakan dengan baik.
Tangung jawab adalah keharusan pada seorang pejabat untuk melaksanakan secara selayaknya segala sesuatu yang telah dibebankan kepadanya. Tanggung jawab
demikian itu hanya dapat dipenuhi apabila pejabat yang bersangkutan mempunyai wewenang tertentu dalam bidang tugasnya. Dengan tiada kekuasaan kewenangan itu,
tanggung jawab tidak dapat dilaksanakan dengan sepantasnya.
Taliziduhu Ndraha 1996: 85 dengan mengutip pendapat beberapa para pakar menyatakan bahwa kewenangan authority adalah kekuasaan atau hak yang diperoleh
berdasarkan pelimpahan atau pemberian; atau kewenangan adalah kekuasaan untuk mempertimbangkanmenilai, melakukan tindakan, atau memerintah kekuasaan yang
sah
“the power or right delegated or given; the power to judge, act or command. Namun, pembahasan tentang kewenangan, harus memperhatikan apakah kewenangan
itu diterima oleh yang menjalankan. Oleh karena itu, penyerahan atau pelmpahan wewenang senantiasa memerlukan pencermatan terhadap kemampuan pihak yang
akan menerima penyerahan atau pelimpahan wewenang teersebut. Uraian singkat ini menunjukkan bahwa kewenangan adalah kekuasaan yang sah yang dapat diperoleh
dari pelimpahan atau penyerahan, untuk melakukan tindakan atau memerintah.
Namun, kewenangan Desa tidak hanya diperoleh melalui pelimpahan atau pemberian, karena Desa memiliki kewenangan asli indigenous authority atau genuine
authority berdasarkan hak asal usul Desa sesuai sistem nilai adat istiadat masyarakat
setempat. Sistem nilai adat istiadat masyarakat setempat merupakan salah satu faktor pengikat yang diakui dan ditaati bersama oleh masyarakat setempat selain faktor-
faktor lainnya. Dengan menyitir pendapat Prof. Dr. R. Van Dijk dalam bukunya Pengantar Hukum Adat Indonesia terjemahan Mr. A. Soehardi, Taliziduhu Ndraha
1996: 4 menyatakan bahwa ”Adat istiadat merupakan semua kesusilaan dan kebiasaan Indonesia di semua lapangan hidup, jadi juga semua peraturan tentang tingkah macam
apapun juga, menurut mana orang Indonesia biasa bertingkah laku”.
TENAGA AHLI PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 35
Sistem nilai adat istiadat sebagai faktor pengikat yang mengatur sikap dan perilaku masyarakat setempat inilah yang merupakan hak asal usul Desa dalam
menyelenggarakan pemerintahan Desa. Mengingat adanya perbedaan sistem nilai adat istiadat di dalam masyarakat Indonesia, maka kewenangan asli Desa senantiasa
berbeda-beda antara Desa-Desa di Indonesia, meskipun pada hal-hal tertentu adanya kesamaan nilai adat istiadat antar suku-suku bangsa di Indonesia, seperti nilai-nilai
perdamaian dalam menyelesaikan masalah perdata dalam kehidupan masyarakat Desa.
Kewenangan asli Desa inilah yang merupakan kewenangan utama Desa dalam menyelenggarakan rumah tangga Desa, sehingga kewenangan Desa yang bersifat
pelimpahan atau pemberian dari pemerintah atasan, pada dasarnya merupakan kewenangan tambahan, karena Pemerintahan Desa merupakan unit pemerintahan
terendah dalam sistem pemerintahan secara nasional. Namun, mengingat adanya kecenderungan bahwa kewenangan asli Desa semakin berkurang bahkan di beberapa
Desa di Indonesia cenderung memudar dalam mengatur dan mengurus kehidupan masyarakat Desa, maka seakan-akan terlihat bahwa kewenangan Desa yang diperoleh
dari pelimpahan atau penyerahan kewenangan dari pemerintah atasan menjadi kewenangan utama Pemerintahan Desa. Pemahaman seperti ini dapat dipahami,
mengingat tugas-tugas yang dilaksanakan oleh Pemerintahan Desa lebih bersifat penyelenggaraan
tugas-tugas pemerintahan
secara nasional,
ketimbang penyelenggaraan urusan rumah tangga Desa berdasarkan sistem nilai adat istiadat
masyarakat setempat atau berdasarkan hak asal usul Desa.
B. Hubungan Pemerintah, Pemerintah Provinsi dan Kewenangan Desa