F. PENUTUP Peningkatan kompetensi dan profesionalisme guru, oleh
Depdiknas sekarang dikelola oleh Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan. Berbagai program
peningkatan kompetensi dan profesionalisme tersebut dilaksanakan dengan melibatkan P4TK PPPG, LPMP, Dinas Pendidikan, dan LPTK
sebagai mitra kerja.
DAFTAR PUSTAKA
Chamidi, Safrudin Ismi. 2004. “Peningkatan Mutu Pendidikan melalui Manajemen Berbasis Sekolah”, dalam
Isu-isu Pendidikan di Indonesia: Lima Isu Pendidikan Triwulan Kedua. Pusat Data
dan Informasi Pendidikan, Balitbang Depdiknas. Direktorat Ketenagaan. 2006.
Rambu-rambu Penyelenggaraan Pendidikan Profesional Guru Sekolah Dasar. Jakarta: Direktorat
Ketenagaan Dirjen Dikti Dirjen Dikti Dir PPTK Depdiknas. 2002. Standar Kompetensi Guru Kelas
SD-MI Program D-II PGSD. Jakarta: Depdiknas. Gunawan, Ary H,1995.
Kebijakan-Kebijakan Pendidikan, Jakarta:
Rineka Cipta. Hamijoyo, Santoso S. 2002. “Status dan Peran Guru, Akibatnya pada
Mutu Pendidikan”, dalam Syarif Ikhwanudin dan Dodo Murtadhlo. 2002.
Pendidikan untuk Masyarakat Indonesia Baru. Jakarta: Grasindo.
Indra Djati Sidi. 2002. Menuju Masyarakat Pembelajar: Menggagas
Paradigma Baru Pendidikan. Jakarta:Paramadina dan Logos Wacana Ilmu.
Rich, John Martin. 1992. Inovation in Education: Reformers and Their
Critics. New York: Cross Cultural Approach.
Rogers, Everett M. 1995. Diffusion of Innovation. New York: The Free
Press. Rokhman, Fathur dkk. 2005. Studi Kebijakan Pengelolaan Guru Di Era
Otonomi Daerah dalam Rangka Peningkatan mutu pendidikan. Penelitian Balitbang dan Lemlit UNNES.
Suparno, Paul. 2004. Guru Demokratis di Era Reformasi Pendidikan.
Jakarta: Grasindo. Suryadi, Ace dan Dasim Budimansyah. 2004.
Pendidikan Nasional Menuju Masyarakat Masa Depan. Jakarta: Genesindo.
Undang-Undang No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. Undang-undan No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Zamroni. 2000. Paradigma Pendidikan Masa Depan. Yogyakarta: Bigraf
Publishing.
PEMAHAMAN INDIVIDU
BAB I PENDAHULUAN A. Deskripsi
Materi pemahaman individu mencakup teknik tes dan non-tes. Meski mencakup teknik tes dan non-tes, tetapi dalam buku ini hanya
disajikan teknik non tes, yang dalam perkuliahn 1 lazim dikenal dengan mata kuliah “Pemahaman individu 1”, sedang teknik tes lazimnya
diberikan secara terpisah dalam kemasan materi “Pemahaman individu 2”
Lingkup isi buku ajar ini adalah materi perkuliahan pemahaman individu 1, yang di dalamnya di bahas tentang a pengertian dan
kegunaan pemahaman individu, b teknik observasi, b daftar cek, c sosiometri, d wawancara, dan e angket. Semua teknik diwali
dengan penyajian secara teoretik, selanjutnya pembaca dipandu untuk berlatih mempersiapkan dan mempraktekkkan masing-masing teknik
tersebut, untuk selanjutnyua penerapannya dalam bimbingan dan konseling,
B. Prasyarat
Mengingat aspek yang hendak dipahami utamanya berkaitan
dengan gejala-gejala psikis seseorang dalam kerangka bimbingan dan konseling, maka prasyarat yang diperlukan sebelum mempelajari
pemahaman individu – baik pemahaman individu 1 maupun 2 – adalah
Psikologi dan Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling. Kebutuhan
pengetahuan dasar psikologi ini mutlak, mengingat gejala yang difahami adalah gejala-gejala yang bersifat psikologis yang muncul
dalam bentuk ucapan dan tingkah laku dalam kehidupan sehari-hari. Sedang kebutuhan akan pengetahuan dasar bimbingan dan konseling
mengingat, bahwa hasil pemahaman terhadap individu konseli adalah untuk kepentingan layanan bimbingan, bukan untuk
kepentingan selainnya.
C. Petunjuk Belajar
Dalam mempelajari buku ajar ini, mahasiswa atau peserta pelatihan diseyogiakan menempuh langkah-langkah berikut :
1. Sebelum pelatihan dilaksankan seyoganya peserta pelatihan telah membaca terlebih dahulu materi latih, dan akan lebih bagus lagi jika
ada partner yang bisa diajak berdiskusi dalam memahami isi buku ini. Hal-hal yang tidak bisa difahami melalui diskusi dengan teman
sejawat seyogianya dicara penjelasannya melalui buku-buku yang relevan, dan jika masih belum terjawab bisa ditanyakan kepada
dosen atau instruktur ketika acara pelatihan berlangsung. 2. Ikuti ceramah yang diberikan oleh dosen atau instruktur dengan
cermat, dan lakukan pencatatan seperlunya terhadap hal-hal yang saudara pandang penting. Jika diberi kesempatan bertanya oleh
dosen, manfaatkanlah untuk minta penjelasan hal-hal yang belum bisa saudara fahami dengan baik, dan jika saudara menemukan
sumber yang berbeda tanyakan pula kepada dosen saudara dengan cara yang baik.
3. Pada akhir setiap bab yang membahas suatu teknik, disedikan pula tugas-tugas yang harus saudara lakukan untuk melakukan
persiapan hingga melakukan tindakan praktek teknik tertentu. Meski sifatnya latihan, seyogianya saudara lakukan dengan
sungguh-sungguh dan lakukan pencatatan dengan sebaik-baiknya sebagai laporan praktek.
4. Untuk mempraktekkan teknik-teknik yang disajikan dalam buku ini tidak terlalu sulit, sebab subyek yang bisa saudara gunakan praktek
ada di sekitar saudara; subyek tu bisa jadi bahkan tetangga sebelah, teman duduk, teman kost, teman guru, atau murid di
sekolah di mana saudara bertugas. Untuk itu praktekkanlah dan manfaatkan setiap kesempatan untuk berlatih memahami sifat-sifat
atau karakteristik orang lain.
5. Untuk lebih mempertajam kaca pandang saudara, ada baiknya saudara suka membaca buku-buku yang berhubungan dengan
kehidupan manusia.
D. Kompetensi dan Indikator
Salah satu kompetensi yang harus dimiliki konselor -- di samping menguasai konsep dan praksis pendidikan, kesadaran dan
komitmen etika professional, menguasai konsep perilaku dan perkembangan individu, menguasai konsep dan praksis bimbingan dan
konseling, mampu mengelola program bimbingan dan konseling, menguasai konsep dan perilaku riset dalam bimbingan dan konseling -
- menguasai konsep dan praksis asesmen. Oleh sebab itu,
indikator tercapainya tujuan pelatihan mata latih pemahman individu adalah jika peserta latih telah menunjukkan penguasaan minimal 80
dari konsep-konsep asesmmen, mampu merancang asesmen, dan melakukan asesmen dengan memanfaatkan teknik-teknik yang
dilatihkan secara benar