Ciri-ciri Profesi Konselor Uraian Materi

tidaknya ada cara tersendiri yang dapat dilakukan. Obyek spesifik pelayanan konselig bukanlah kondisi-kondisi sebagaimana dicontohkan melainkan perilaku efektif yang bersangkutan berkenaan dengan kondisi tertentu dengan berbagai keterkaitannya yang secara signifikan diungkapkan didalam proses konseling. Prilaku efektif individu sebagaimana dimaksud diats pertama- tama tertuju kepada kondisi yang secara langsung dibahas dan lebih jauh terarah kepada perilaku efektif dalam kehidupan sehari-hari. Perilaku efektif terhadap penyakit yang diderita klien yang menjalani proses konseling misalnya mempercepat penyembuhan penyakit tsb. Disamping itu perilaku efektif terhadap penyakit diharapkan dapat mgimbas ke aspek-aspek kehidupan sehari-hari lainnya dalam hal inilah KES terangkatkan lihat Bagan Pengembangan perilaku efektif untuk terbangunnya kes memerlukan wawasan, pengetahuan, kemampuan bertindak, nilai dan sikap WPKNS berkenaan dengan kondisi-kondisi yang dibahas. WPKNS yang terarah kepada KES menjadi substansi pokok obyek spesifik yang menjadi fokus penanganan klien melalui pelayanan konseling.

d. Komunikasi

Segenap aspek pelayanan konseling meliputi aspek-aspek keitmuan dan teknologi, kompetensi dan substansi pelayanannya, serta aspekaspek sosial dan hukumnya, dapat dikomunikasikan kepada siapapun yang berkepentingan. Untuk ini disusun aturan kode etik, kredensial dan perundangan yang memungkinkan: 1 Dapat dikomunikasikan dan dipraktikkannya profesi konseling secara tepat 2 Dilaksanakannya pengawas atas mutu praktik serta perlidungan terhadap praktisi konseling dalam menyelenggarakan pelayanan konseling.

e. Organisasi Profesi

Konselor membentuk organisasi profesi untuk mengawasi tugas-tugas keprofesionalannya, melaui trilogi: 1 Ikut serta mengembangkan keilmuan dan teknologi konseling 2 Meningkatkan mutu praktik pelayanan konseling 3 Menjaga kode etik profesi konseling Organisasi profesi ini secara langsung peduli ats realisasi sisi- sisi keintelektualan, kompetensi obyek spesifik dan komunikasi profesi, serta membina anggotanya untukl memiliki kualitas yang tinggi berkenaan dengan keempat hal tersebut. Dalam organisasi profesi konseling bukan sekedar untuk kepentingan profesi itu sendiri, melainkan terutama sekali untuk kepentingan masyarakat sesuai dengan paradigma, visi, misi dan pelayanan konseling.

f. Motivasi Altruistik

Motivasi profesioal konselor untuk kepentingan ataupun keuntungan diri sendiri, melainkan untuk kebahagiaan klien dan masyarakat pada umumnya. Motivasi altruistik ini diwujudkan melalui peningkatan keintelaktualan, kompetensi dalam menangani objek praktis spesifik konseling sebagaimana diuraikan di atas, baik melalui pengembangan diri sendiri maupun kegiatannya dalam organisasi profesi dan anggota masyarakat pada umumnya. Motivasi profesional konseling akan menjauhkan konselor dari pengutamaan pamrih pribadi dan lebih mengedepankan klien. Dalam hal ini jika diperlukan konselor mengorbankan kepentingan diri sendiri demi terpenuhinya kebutuhan klien yang benar-benar mendesak.

C. Latihan

D. Rangkuman

E. Tes Formatif

SUMBER BACAAN Brammer, L., Shostrom, E. 1977. Therapeutic Psychology, Fundamentals of Counseling and Psychotherapy. Englewood Diffs: Prentice- Hall. Bruce., Sheetzer and Shelly C. Stone. 1976. Fundamental of Guidance. Boston: Houghton Mifflin Compani. Corey, G. 1981. Theory and Practice of Group Counseling. Monterey: BrooksCole. Prayitno dan Erman Amti. 1999. Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Rineka Cipta. Prayitno. 2004. Pengembangan Kompetensi dan Kebiasaan Siswa Melalui Pelayanan Konseling. Padang: Jurusan BK, FIP, UNP. -------------, 2006. Konseling spektrum dan Keprofesian Profesi Konseling. Padang: Jurusan Bimbingan dan Konseling, FIP, Universitas Padang. PENYUSUNAN PROGRAM BIMBINGAN KONSELING