2 observasi eksperimental experimental observation jika observasi itu dilakukan terhadap subyek dalam suasana
eksperimen atau kondisi yang diciptakan sebelumnya. c.
Khususnya bentuk observasi sistematis, Blocher 1987 mengelompokan ke dalam tiga bentuk dasar observasi, yaitu ;
1 observasi
naturalistic, yatu ketika seseorang ingin mengobservasi subyek observee dalam kondisi alami atau
natural, 2 metode survey, yaitu ketika seseorang mensurvey
mengobservasi contoh-contoh tertentu dari perilaku individu yang ingin kita nilai.
3 experimentasi, yaitu ketika seseorang tidak hanya
mengobservasi tetapi memaksakan kondisi-kondisi spesifik terhadap subyek yang diobservasi.
d. Mendasarkan pada tujuan dan lapangannya, Hanna Djumhana 1983 : 205 mengelompokkan observasi menjadi berikut :
1 Finding observation yaitu kegiatan observasi untuk tujuan penjajagan. Dalam melakukan observasi ini observer belum
mengetahui dengan jelas apa yang harus diobservasi, ia hanya mengetahui bahwa dia akan menghadapi suatu situasi saja.
Selama berhadapan dengan situasi itu ia bersikap menjajagi saja, kemudian ia mengamati berbagai variabel yang mungkin
dapat dijadikan bahan untuk menyusun observasi yang lebih terarah.
2 Direct observation yaitu observasi yang menggunakan “daftar isian” sebagai pedomannya. Daftar ini bisa berupa checklist
kategori tingkah laku yang diobservasi. Pada umumnya pembuatan daftar isian ini didasarkan pada data yang diperoleh
dari finding observation dan atau penjabaran dari konsep dalam teori yang dipandang sudah mapan.
Dalam situasi konseling, kedua bentuk observasi ini dapat diterapkan. finding observation diterapkan bila konselor merasa
tidak perlu menggunakan berbagai daftar isian serta inginmendapatkan kesan mengenai tingkah laku konseli yang
spontan atau apa adanya. Oleh sebab itu konselor seyogianya benar-benar kompeten dalam masalh ini.
Dalam direct observation, konselor menyediakan sebuah daftar berupa penggolongan tingkah laku atau rating. Selama
konseling berlangsung atau segera setelah konseling berakhir, konselor mengisi daftar tersebut dengan cara memberi tanda pada
penggolongan tingkah laku yang sesuai dengan tingkah laku konseli selama proses konseling berlangsung. Cara ini lebih mudah
dibanding cara finding observation, tetapi kelemahannya adalah sering terjadi tingkah laku yang lain dari pada yang digolongkan
pada daftarnya, sehingga ada kecenderungan untuk menggolongkannya secara paksa atau mengabaikannya sama
sekali.
3. Menyusun panduan observasi
Agar observasi bisa dilakukan dengan baik, maka perlu dilakukan perencanaan secara cermat dalam bentuk panduan
observasi. Langkah-langkah yang perlu diperhatikan dalam menyusun panduan observasi bisa ditempuh langkah-langkah
berikut : a. Tetapkan tujuan observasi, dengan selalu memperhatikan
tujuan observasi diharapkan observer akan lebih terfokus pada tujuan observasi dan sekaligus tidak mudah tertarik kepada
gejala-gejala yang sebenarnya tidak ada kaitannya dengan tujuan observasi.
b. Pastikan dan fahami materi observasi, apa sebenarnya yang hendak diobservasi seyogianya sudah dikuasi dengan baik oleh
observer. Ibarat seorang yang hendak membeli seekor kambing seyogianya ia sudah tahu persis gambaran kambing yang
hendak dibeli, jangan sampai terjadi ingin membeli ”kambing” ternyata yang dibeli adalah ”anjing” meskipun sama-sama
berbulu dan berkaki empat. c. Gali variabel-variabel observasi; jika obyek atau materi
observasi itu adalah ”kambing”, variabel-variabel itu adalah bagian-bagian penting yang pasti ada atau menjadi bagian
penting dari binatang yang namanya ”kambing”; misalnya kepala, badan, kaki, ekor, dan lain sebagainya. Jika benda
yang hendak diobservasi itu adalah ”baju”, maka variabel yang perlu diperhatikan dalam observasi adalah potongan badan,
lengan, krah, saku, model pakaian, corak pakian dan lain-lain. d. Gali pula sub variabel; terkadang suatu obyek bukan hanya
terdiri dari satu variabel saja, tetapi ia terdiri dari sub-sub variabel; ibarat salah satu variabel dalam obyek observasi
adalah ”kepala kambing”, maka pada kepala kambing itupun ada mata, telinga, hidung, tanduk, dan bulu. Oleh sebab itu
seorang observer yang baik tentu tidak cukup bila hanya mengobservasi salah satu sub-varabel kemudian hasilnya
disimplukan seolah-oleh sudah seluruh variabel. Untuk menetapkan variabel dan sub variabel observasi bisa ditempuh
melalui dua cara, yaitu 1 melakukan observasi penjajagan finding observation kemudian ia mengamati berbagai variabel
yang mungkin dapat dijadikan bahan untuk menyusun panduan observasi yang lebih terarah, 2 penjabaran dari konsep dalam
teori yang dipandang sudah mapan. e. Tetapkan Indikator; indikator dimaknai sebagai ciri-ciri atau
katrekteristik yang ada pada variabel atau sub-varibel. Dengan
indikator yang jelas memungkinkan seorang peneliti mampu menjabarkan variabel dan atau sub-variabel itu ke dalam
panduan observasi, panduan wawancara, atau kuesioner dengan baik. Untuk itu seorang peneliti seharusnya menguasai
konsep tentang variabel yang diteliti itu secara baik. Langkah-langkah dalam menyusun panduan observasi observasi
guide selanjutnya disajikan pada diagram berikut :
4. Alat-alat Bantu Observasi
Ada beberapa alat bantu yang bisa dimanfaatkan oleh observer dalam menggunakan metode observasi, yaitu a daftar
riwayat kelakuan, b catatan berkala, c daftar cek, d skala penilaian, dan e alat-alat mekanik elektrik seperti : tape
recorder, handphone, handycam, camera CCTV. Beberapa alat bantu tersebut dijelaskan secara singkat di bawah ini.
Daftar riwayat kelakuan adalah suatu catatan tentang kelakuan-kelakuan individu yang dipandang istimewa dan luar
biasa. Catatan semacam ini sebenarnya bukan hanya dilakukan
LANGKAH-LANGKAH PENYUSUNAN PANDUAN OBSERVASI
TETAPKAN TUJUAN
OBSER
VASI PASTIKAN
FAHAMI MATERI
TETAPKAN INDIKATOR
GALI VARIABEL
SUB-VARIBEL
OBSERVASI PENJAJAGA
N JABARKAN
KONSEP
PANDUAN O B S E R V A S I