3. Tujuan dan manfaat program Bimbingan dan Konseling a. Tujuan Program
Secara umum tujuan penyusunan sebuah program adalah agar seluruh kegiatan dapat terencana, terorganisasi, terarah,
terkoordinasi, dan terkontrol secara sistematis, sehingga dapat berjalan dengan lancar, efisien, dan efektif kearah pencapaian suatu
tujuan.
b. Manfaat Program
1 Tujuan setiap kegiatan bimbingan akan lebih jelas. 2 Memungkinkan para petugas bimbingan untuk menghemat
waktu, tenaga, dan biaya, dengan menghindarkan kesalahan- kesalahan yang mungkin terjadi, dan usaha coba-coba yang
tidak menguntungkan. 3 Pemberian pelayanan bimbingan lebih teratur dan memadai.
Siswa-siswa akan menerima pelayanan bimbingan secara seimbang dan menyeluruh, baik dalam hal kesempatan,
ataupun dalam jenis pelayanan bimbingan yang diperlukan. 4 Setiap petugas bimbingan akan menyadari peranan dan
tugasnya masing-masing dan mengetahui pula bilamana dan di mana mereka harus bertindak, dalam pada itu para petugas
bimbingan akan menghayati pengalaman yang sangat berguna untuk kemajuannya sendiri dan untuk kepentingan siswa-siswa
yang dibimbingnya. 5 Penyediaan fasilitas akan lebih sempurna dan dapat dikontrol.
6 Memungkinkan lebih eratnya komunikasi dengan berbagai pihak yang berkepentingan dengan kegiatan bimbingan.
7 Adanya kejelasan kegiatan bimbingan dari antara keseluruhan kegiatan program sekolah.
4. Prinsip-prinsip pokok penyusunan program Bimbingan dan Konseling
Dalam penyusunan program bimbingan dan konseling di sekolah perlu diperhatikan prinsip-prinsip pokok yang akan mendasari
program yang akan disusun. Ada beberapa pendapat yang membahas tentang prinsip pokok ini, yang pada dasarnya tidak jauh berbeda dan
bahkan saling melengkapi. Berikut ini akan diuraikan dua pendapat tentang prinsip pokok penyusunan program bimbingan. Yang pertama,
disarikan oleh Romlah dari pendapat Roeber dkk. 1955, Gysbers dan Hendersen 1988, yaitu:
a. Program bimbingan dan konseling merupakan bagian yang integral dari program pendidikan dan pengajaran dari sekolah yang
bersangkutan secara keseluruhan. Program bimbingan dan konseling harus disusun selaras dengan program pendidikan dan
pengajaran dan dengan memanfaatkan prasarana dan sarana yang ada seoptimal mungkin.
b. Program bimbingan dan konseling membantu semua siswa agar dapat menjadi sadar terhadap kebutuhan, minat, kemampuannya,
dan dapat mengembangkan dan memacu tercapainya tujuan-tujuan siswa, baik tujuan jangka pendek maupun panjang.
c. Program bimbingan dan konseling membantu siswa agar dapat berfungsi secara efektif dalam kelompok. Program bimbingan dan
konseling membantu semua siswa belajar berpartisipascara produktif dalam kelompok di sekolah, di rumah, dan di masyarakat.
d. Program bimbingan dan konseling membantu perkembangan siswa dalam aspek pribadi, sosial, pendidikan, dan pekerjaan. Program
bimbingan dan konseling yang komprehensif harus dapat membantu mengembangkan keempat aspek teraebut secara
keseluruhan. e. Program bimbingan dan konseling menyediakan layanan konsultasi
dan koordinasi kepada guru, orang tua siswa, administrator, dan
lembaga masyarakat yang memberi layanan kepada siswa. Konselor sekolah sesuai dengan latihan yang diperolehnya dan
peranannya berperan sebagai orang sumber dan perantara bagi siswa dengan orang-orang atau lembaga-lembaga yang
mempunyai peranan penting dalam kehidupan siswa. f. Program bimbingan dan konseling menyediakan layanan bantuan
kepada siswa, baik yang bersifat pencegahan, pengembangan, maupun perbaikan.
g. Program bimbingan dan konseling disusun dengan
mempertimbangkan kemampuan dan keterampilan staf sekolah dalam bidang bimbingan dan konseling. Kemampuan dan
keterampilan yang perlu diidentifikasi meliputi latar belakang pendidikan, latihan bimbingan konseling yang pernah diperoleh,
kepribadian dan minat terhadap kegiatan bimbingan. h. Program bimbingan dan konseling secara berkelanjutan perlu
disempurnakan melalui perencanaan, penyusunan, pelaksanaan, dan penilaian yang sistematis. Untuk menjamin bahwa program
bimbingan dan konseling dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan siswa dan masyarakat, maka selama program dilaksanakan
peninjauan, pemantauan, dan penilaian. Pendapat kedua tentang prinsip-prinsip pokok penyusunan
program bimbingan disampaikan oleh Miller 1961 yang mengemukakan sebagai berikut:
a. Program bimbingan itu hendaknya dikembangkan secara
berangsur-angsur atau tahap demi tahap dengan melibatkan semua unsur atau staf sekolah dalam perencanaannya.
b. Program bimbingan harus memiliki tujuan yang ideal dan realistis dalam perencanaannya.
c. Program bimbingan hendaknya mendorong komunikasi yang terus menerus antara unsur atau anggota staf sekolah yang
bersangkutan.
d. Program bimbingan hendaknya menyediakan atau memiliki fasilitas yang diperlukan.
e. Program bimbingan hendaknya saling berhubungan dengan program pendidikan dan pengajaran.
f. Program bimbingan hendaknya memberikan pelayanan kepada semua siswa.
g. Program bimbingan hendaknya menunjukkan peranan yang penting dalam menghubungkan dan mengintegrasikan sekolah
dengan masyarakat. h. Program bimbingan hendaknya memberikan kesempatan untuk
melaksanakan penilaian terhadap diri sendiri. i. Program bimbingan hendaknya menjamin keseimbangan
pelayanan bimbingan dalam hal: 1 Pelayanan kelompok dan pelayanan individual.
2 Pelayanan yang diberikan oleh berbagai jenis petugas bimbingan.
3 Studi individual dan konseling individual. 4 Penggunaan alat pengukur atau teknik pengumpul data yang
obyektif maupun subyektif. 5 Pemberian jenis-jenis bimbingan
6 Pemberian bimbingan tentang berbagai program sekolah. 7 Penggunaan sumber-sumber di dalam maupun di luar sekolah.
8 Kebutuhan individual dan kebutuhan masyarakat luas. 9 Kesempatan untuk berpikir, merasa, dan berbuat.
5. Tahap-tahap Penyusunan Program Pelayanan Bimbingan dan Konseling
Program bimbingan dan konseling di suatu sekolah sebaiknya disusun setiap tahun pada awal tahun ajaran.Penyusun program
bimbingan dan konseling dapat dibedakan menjadi dua, yaitu membuat
program yang sama sekali baru, dan mengembangkan program yang sudah ada.
Untuk membahas tahap-tahap penyusunan program ini akan disampaikan dua macam pendapat tentang tahap-tahap kegiatan yang
disarankan oleh Miller yaitu:
a. Tahap Persiapan
Dalam tahap persiapan ini kegiatan yang dilakukan ialah survai untuk menginventarisasikan tujuan, kebutuhan, kemampuan
sekolah serta kesiapan sekolah yang bersangkutan untuk melaksanakan program bimbingan. Tahap ini mempunyai arti yang
penting untuk menarik perhatian, minat dalam kegiatan bimbingan, menentukan titik tolak program, dan memelihara suasana
psikologis yang menguntungkan. Karena semua pihak yang terlibat di dalamnya dan iktu berpartisipasi sejak awal kegiatan.
b. Pertemuan-pertemuan Permulaan
Tujuan utama dari tahap pertemuan permulaan ini adalah untuk menanamkan pengertian bagi para peserta pertemuan tentang
tujuan dari program bimbingan dan konseling di sekolah. Pertemuan-pertemuan ini melibatkan petugas-petugas bimbingan
dan konseling.
c. Pembentukan Panitia Sementara
Pembentukan panitia sementara bertujuan untuk merumuskan program bimbingan di sekolah. Tugas-tugas dari panitia sementara
adalah: 1 Menentukan tujuan program bimbingan di sekolah
2 Mempersiapkan bagan organisasi dari program bimbingan 3 Membuat kerangka dasar dari program bimbingan
d. Pembentukan Panitia Penyelenggara program
Panitia ini bertugas untuk : 1 Mempersiapkan program dan sistem pencatatan
2 Mempersiapkan dan melaksanakan latihan bagi para pelaksanan program.
Pendapat lain tentang tahap-tahap penyusunan program dikemukakan oleh Gysbers dan Henderson 1988 bahwa tahap
penyusunan program meliputi 4 tahap yaitu: Perencanaan Planning, Penyusunan designing, pelaksanaan impolemnting dan penilaian
evaluating. Secara rinci tahap-tahap tersebut sebagai berikut:
a. Perencanaan planning
Pada tahap perencanaan hal-hal yang harus dikerjakan oleh pengembang program adalah :
1 Meneliti kebutuhan siswa 2 Mengklasifikasi tujuan-tujuan yang ingin dicapai.
3 Membuat batasan jenis program yang akan dibuat 4 Meneliti jenis-jenis program yang sudah ada
5 Mengupayakan dukungan dan kerjasama dari staf sekolah, orang tua dan masyarakat.
6 Menentukan prioritas program
b. Tahap Penyusunan Program Designing
Pada tahap ini kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh pengembang program adalah :
1 Merumuskan tujuan-tujuan program secara operasional dalam bentuk kegiatan-kegiatan yang dapat diukur hasilnya.
2 Memilih strategi pelaksanaan program yang sesuai dengan kondisi dan situasi sekolah yang bersangkutan.
3 Menjabarkan komponen-komponen program 4 Menganalisis kemampuan staf sekolah
5 Mengadakan peningkatan kemampuan atau pengembangan staf pelaksanaan program.
c. Tahap Pelaksanaan Program Implementing
Pada tahap ini kegiatan-kegiatan yang dilakukan adalah sebagai berikut :
1 Mengindentifikasi sumber-sumber yang diperlukan yang meliputi manusia, sarana, prasarana dan waktu.
2 Membuat instrumen pengukuran keberhasilan pelaksanaan program
3 Melaksanakan program dan menyesuaikan program dengan pelaksanaan program-program sekolah yang lain
4 Mengadakan perubahan atau perbaikan program berdasarkan hasil penilaian yang dilakukan.
d. Tahap Penilaian Program Evaluating
Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan adalah : 1 Menentukan komponen-komponen program yang akan dinilai.
2 Memilih model penilaian program yang akan digunakan. 3 Memilih instrumen penilaian.
4 Menentukan prosedure pengumpulan data. 5 Menciptakan sistemn monitoring pelaksanaan program.
6 Menyajikan data, analisis, dan laporan hasil penilaian
BAB IV KEGIATAN BELAJAR 3
A. Kompetensi dan indicator Standar Kompetensi:
1. Memahami konsep penyusunan program pelayanan Bimbingan dan Konseling BK di sekolah.
Kompetensi Dasar:
1.1 Memahami teori-teori perencanaan program BK
Indikator Pencapaian Kompetensi:
1.1.1 Menjelaskan teori perencanaan program konvensional 1.1.2 Menjelaskan teori perencanaan program berdasarkan PPBS
B. Uraian Materi
Dalam perencanaan program pelayanan bimbingan dan konseling dikenal dengan 2 macam teori perencanan program yaitu 1
teori konvensional dan 2 PPBS. Berikut ini uraian singkat teori yang dimaksud.
1. Teori Perencanaan Program Pelayanan Bimbingan Dan Konseling Konvensional.
Secara garis besar perncanaan program bimbingasn konseling menurut teori ini adalah sebagai berikut:
a. Mengidentifikasi kebutuhan-kebutuhan atau masalah-masalah siswa. Untuk dapat mengetahui kebutuhan dan masalah siswa
dapat dilakukan dengan berbagai instrumen seperti menggunakan Alat Ungkap Masalah baik menggunakan kuesioner, cek list atau
yang lain yang sudah dibakukan. Berdasarkan data hasil ungkap masalah kemudian ditabulasi dan dianalisis kebutuhan apa saja
yang diharapkan atau masalah apa yang dirasakan oleh siswa
disekolah serta berdasarkan hasil analisis ini selanjutnya disusunlah perencanaan program bimbingan konseling di sekolah
yang mencakup empat bidang, tujuh atau sembilan layanan dan lima kegiatan pendukung.
b. Menentukan karakteristik sekolah, maksudnya program yang akan disusun disesuaikan dengan bagaimana situasi dan kondisi
sekolah, seperti apakah sekolah tersebut bersifat umum atau kejuruan, berada di kota atau di desa. Hal ini diperhatikan agar
layanan bimbingan konseling dapat sesuai dengan karakteristik sekolah.
c. Menentukan skala prioritas, maksudnya berdasarkan analisis kebutuhan diatas masalah apa yang segera mendapatkan layanan
agar perlu mendapat perhatian utama untuk dicantumkan dalam program bimbingan konseling disekolah.
d. Menentukan program tahunan yaitu keseluruhan layanan
bimbingan konseling yang akan diberikan selama satu tahun. Program ini merupakan jabaran secara makro dari serangkaian
kegiatan layanan bimbingan konseling yang menjadi wilayah tanggungjawabnya.
e. Menentukan program semesteran yang didasarkan pada program tahunan, sehinga dapat direncanakan kegiatan apa saja yang akan
diberikan selama satu semester untuk kelas tertentu f. Menetukan program bulanan, mingguan dan harian. Program ini
mengacu pada program yang sudah dijabarkan dalam tahunan dan semesteran, sehingga akan tampak kegiatan yang saling
mendukung tercapainya tujuan layanan bimbingan konseling di sekolah.
2. Teori Penyusunan Program Pelayanan Bimbingan Dan Konseling Berdasarkan Planning, Programming, Bugdeting System PPBS
Penyusunan program berdasarkan PPBS merupakan upaya untuk memperbaiki cara penyusunan program berdasarkan pada cara
konvensional yang mendasarkan kebutuhan atau masalah siswa karena cara yang pertama lebih menekankan pada selera peserta didik
dan kurang memperhatikan tujuan layanan bimbingan konseling, kurikulum yang telah disusun secara nasional dan bagaimana
mengevaluasi kegiatan sangat sukar dilakukan. Untuk itu cara yang kedua ini dipertimbangkan untuk digunakan dalam penyusunan
program bimbingan konseling di sekolah. Penyusunan program bimbingan konseling berdasarkan PPBS
maksudnya dalam menyusun program didasarkan pada sistem yang memperhatikan perencanaan, program dan penganggaran. Secara
singkat penyusunan program berdasarkan PPBS sebagai berikut:
a. Perencanaan
Dalam sistem pendidikan nasional dinyatakan bahwa Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk
watak dan peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya
potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warganegara yang demokratis serta bertanggungjawab.
Untuk mencapai tujuan tersebut maka kegiatan di sekolah selayaknya memberikan layanan dalam pembelajaran yang
kondusif, administrasi dan kepemimpinan yang memadai dan pemberian bantuan layanan bimbingan konseling untuk
mengembangkan potensi peserta didik secara optimal. Agar program sekolah dapat terealisir maka perlu perencanaan yang