2. Ciri-ciri Profesi Konselor
Ciri-ciri profesi menurut Abraham Flexner dalam Full 1967, bahwa ciri-ciri yang mewarnai profesi meliputi sisi-sisi keintelektualan,
kompetensi profesional yang dipelajari, objek praktis yang spesifik, komunikasi organisasi dan motivasi. Keenam ciri-ciri tersebut
sampai sekarang masih tetap relevan dan dipakai untuk menimbang apakah sesuatu pekerjaan sosial merupakan sebuah
pofesi.
a. Keintelektualan
Pekerjaan konselor dalam pelayanan profesi konseling didasasrkan pada dan sarat kaidah-kaidah serta pertimbangan
intelaktual. Kegiatan konseling lebih bersifat mental dari pada manual; lebih memerlukan proses berfikir daripada sekedar
rutin. Dalam pelayanan konseling, konselor dituntut untuk berfikir
dalam menangani permasalahan klien; demikian pula klien melalui bantuan konselor diharapkan mampu memikirkan
pemecahan masalah yang dihadapinya. Melalui proses berfikir ini hasil pelayanan konselig merupakan hasil belajar yang bukan
sekedar resp yang sudah jadi untuk diikuti klien.
b. Kompetensi Profesional yang Dipelajari
Pekerjaan konselor di dasarkan pada berbagai kompetensi yang tidak diperoleh begitu saja. Melainkan melalui proses
pembelajaran secara intensif. Kemampuan dalam penyelenggaraan pelayanan konseling tidak diperoleh sekejap
mellaui mimpi atau semedi atau bertapa sekian lama. Konselor harus dengan sungguh-sungguh, serta mencurahkan segenap
pikiran, dan usaha untuk mempelajari mated keilmuan, pendekatan, metode dan teknik serta nilai sikap berkenaan
dengan pelayanan konseling. Berbagai jenis layanan dan kegiatan pendukung konseling memerlukan pemahaman dan
ketrampilan tersendiri yang harus dipelajari dengan seksama. Kompetensi seperti ini dibarengi dengan tuntutan untuk berfikir,
secara terus-menerus mengikuti dan mengakomodasi perkembangan ilmu dan teknologi. Pemberlakuan
kredensialisasi meliputi: program program sertifikasi, akreditasi dan Ilisensi merupakan upaya untuk menguji dan memberikan
bukti penguasaan dan kewenangan atas kompetensi konselor dalam pelayanan profesionalnya.
c. Objek Praktis Yang Spesifik
Pekerjaan konselor berupa praktik pelayanan konseling terarah kepada obyek spesifik yang tidak ditangani poleh profesi lain.
Konselor menangani individu normal yang tidak mampu menjalani kehidupannya sehari-hari secara efektif. Gangguan
terhadap kehidupan efektif seharihari KES inilah yang menjadi obyek spesifik pelayanan konseling. Dalam kehidupannya
individu menghadapi dan dihadapkan kepada sejumlah kondisi yang ada pada diri sendiri dan lingkungannya, yang secara
langsung ataupun tidak langsung mempengaruhi keefektifan kehidupannya sehari-hari. Kondiri-kondidi itu misalnya warna
kulit, kondisi kesehatan, tinggi badan, berat badan, hasil belajar di sekolah., warna rambut, status perkawinan, kondisi ekonomi,
keadaan orang tua, tuntutan nilai-nilai budaya, hubungan kakak adik aspirasi pekerjaan, hobi, dan sebaginya. Pelayanan
konseling pada dasarnya tidak menangani secara spesifik kondisi-kondisi yang dimaksud. Untuk menangani secara
spesifik kondisikondis yang dimaksud. Untuk menangani masing-masing kondisi itu, apabila memang memerlukan
penanganan secara intensif, ada ahli tersendiri atau setidak-
tidaknya ada cara tersendiri yang dapat dilakukan. Obyek spesifik pelayanan konselig bukanlah kondisi-kondisi
sebagaimana dicontohkan melainkan perilaku efektif yang bersangkutan berkenaan dengan kondisi tertentu dengan
berbagai keterkaitannya yang secara signifikan diungkapkan didalam proses konseling.
Prilaku efektif individu sebagaimana dimaksud diats pertama- tama tertuju kepada kondisi yang secara langsung dibahas dan
lebih jauh terarah kepada perilaku efektif dalam kehidupan sehari-hari. Perilaku efektif terhadap penyakit yang diderita klien
yang menjalani proses konseling misalnya mempercepat penyembuhan penyakit tsb. Disamping itu perilaku efektif
terhadap penyakit diharapkan dapat mgimbas ke aspek-aspek kehidupan sehari-hari lainnya dalam hal inilah KES
terangkatkan lihat Bagan Pengembangan perilaku efektif untuk terbangunnya kes
memerlukan wawasan, pengetahuan, kemampuan bertindak, nilai dan sikap WPKNS berkenaan dengan kondisi-kondisi
yang dibahas. WPKNS yang terarah kepada KES menjadi substansi pokok obyek spesifik yang menjadi fokus
penanganan klien melalui pelayanan konseling.
d. Komunikasi
Segenap aspek pelayanan konseling meliputi aspek-aspek keitmuan dan teknologi, kompetensi dan substansi
pelayanannya, serta aspekaspek sosial dan hukumnya, dapat dikomunikasikan kepada siapapun yang berkepentingan. Untuk
ini disusun aturan kode etik, kredensial dan perundangan yang memungkinkan:
1 Dapat dikomunikasikan dan dipraktikkannya profesi
konseling secara tepat
2 Dilaksanakannya pengawas atas mutu praktik serta
perlidungan terhadap praktisi konseling dalam menyelenggarakan pelayanan konseling.
e. Organisasi Profesi
Konselor membentuk organisasi profesi untuk mengawasi tugas-tugas keprofesionalannya, melaui trilogi:
1 Ikut serta mengembangkan keilmuan dan teknologi
konseling 2 Meningkatkan mutu praktik pelayanan konseling
3 Menjaga kode etik profesi konseling Organisasi profesi ini secara langsung peduli ats realisasi sisi-
sisi keintelektualan, kompetensi obyek spesifik dan komunikasi profesi, serta membina anggotanya untukl memiliki kualitas
yang tinggi berkenaan dengan keempat hal tersebut. Dalam organisasi profesi konseling bukan sekedar untuk kepentingan
profesi itu sendiri, melainkan terutama sekali untuk kepentingan masyarakat sesuai dengan paradigma, visi, misi dan pelayanan
konseling.
f. Motivasi Altruistik
Motivasi profesioal konselor untuk kepentingan ataupun keuntungan diri sendiri, melainkan untuk kebahagiaan klien dan
masyarakat pada umumnya. Motivasi altruistik ini diwujudkan melalui peningkatan keintelaktualan, kompetensi dalam
menangani objek praktis spesifik konseling sebagaimana diuraikan di atas, baik melalui pengembangan diri sendiri
maupun kegiatannya dalam organisasi profesi dan anggota masyarakat pada umumnya.
Motivasi profesional konseling akan menjauhkan konselor dari pengutamaan pamrih pribadi dan lebih mengedepankan klien.
Dalam hal ini jika diperlukan konselor mengorbankan kepentingan diri sendiri demi terpenuhinya kebutuhan klien yang
benar-benar mendesak.
C. Latihan
D. Rangkuman
E. Tes Formatif
SUMBER BACAAN
Brammer, L., Shostrom, E. 1977. Therapeutic Psychology, Fundamentals of Counseling and Psychotherapy. Englewood
Diffs: Prentice- Hall. Bruce., Sheetzer and Shelly C. Stone. 1976. Fundamental of Guidance. Boston: Houghton Mifflin
Compani.
Corey, G. 1981. Theory and Practice of Group Counseling. Monterey: BrooksCole.
Prayitno dan Erman Amti. 1999. Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Rineka Cipta.
Prayitno. 2004. Pengembangan Kompetensi dan Kebiasaan Siswa Melalui Pelayanan Konseling. Padang: Jurusan BK, FIP, UNP.
-------------, 2006. Konseling spektrum dan Keprofesian Profesi Konseling. Padang: Jurusan Bimbingan dan Konseling, FIP, Universitas
Padang.
PENYUSUNAN PROGRAM BIMBINGAN KONSELING
BAB I PENDAHULUAN
A. Deskripsi
Buku Ajar penyususan program bimbingan konseling merupakan salah satu kompetensi dasar yang harus dikuasai oleh
konselor. Mengapa, karena dalam kegiatannya seorang konselor hendaknya mampu merancang program dan melaksanakan serta
mengevaluasi kegiatan yang telah dilaksanakan. Melalui perencanaan yang baik akan memperoleh kejelasan arah pelaksanaaan program
bimbingan dan memudahkan untuk mengontrol kegiatan yang dilaksanakan. Oleh karena itu dalam perencanaan program bimbingan
konseling seorang konselor perlu memperhatikan berbagai hal sebagai berikut ini:a.analisis kebutuhanpermasalahan siswa b penentuan
tujuan yang akan dicapai c analisis situasi dan kondisi sekolah d penentuan jenis kegiatan yang akan dilakukan e penentuasn tehnik
dan strategi kegiatan f penentuan personel-personel yang akan melaksanakan, g perkiraaan biaya dan fasilitas yang digunakan h
mengantisipasi kemungkainan hambatan dalam pelaksanaan kegiatan bimbingan konseling i waktu dan tempat artinya kapan kegiatan
dilakukan dan dimana kegiatan itu dilakukan. Pelaksaaan kegiatan bimbingan perlu disadari bahwa berbeda
dengan guru bidang studi lain yang sudah terjadwal secara rinci dan jelas, konselor hendaknya mampu mengalokasikan kegiatan yang ada
di dalam kelas dan diluar kelas sehingga kegiatan berjalan dengan baik dan dapat mencapai tujuan yang telah ditentukan.Selanjutnya
semua kegiatan yang telah dilaksanakan dievaluasi baik dalam jangka pendek, menengah maupun jangka panjang
Penyusunan program bimbingan konseling yang baik, terarah dan sistematis merupakan manifestasi dan akumulasi kinerja konselor,
dan dengan program yang baik pada gilirannya akan memberikan
panduan pelaksanaan kegfiatan bimbingan konseling dan sekaligus menghilangkan kesan bahwa konselor bekerja sifatnya insidental dan
bersif at kuratif semata-mata. Dalam Buku Ajar penyusunan program ini akan dibahas
beberapa bab yaitu: 1. Bab. I Pendahuluan
2. Bab.II Kedudukan Bimbingan dan Konseling dal;am Kurikulum KTSP
3. Bab III Konsep dasar program Bimbingan dan Konseling 4. Bab IV Teori-teori penyusunan program Bimbingan dan Konseling
5. Bab V Penyusunan program Bimbingan dan Konseling berdasarkan KTSP.
.
B. Prasyarat
Untuk mengikuti Buku Ajar penyusunan program bimbingan konseling ini peserta pelatihan harus sudah menempuh dan lulus mata
kuliah manajemen bimbingan konseling, dan dasar-dasar bimbingan konseling,
C. Petunjuk Belajar
Agar peserta kuliah atau pelatihan dapat mengikuti kegiatan ini dengan lancar dan baik maka perlu diperhatikan beberapa petunjuka
belajar sebagai berikut: 1. Bacalah setiap kegiatan belajar dengan teliti dan buatlah
rangkuman stiap selesai mempelajari materi tersebut. 2. Kerjakan soal-soal latihan dan cocokkanlah dengan kunci jawaban
dan apabila hasil pekerjaan saudara sudah mecapai 75 maka saudara diperbolehkan melamnjutkan pada kegiatan belajar
selanjutnya.
3. Bertindak sejujur mungkin sehingga saudara dapat mengetahui secara persis dimana posisi saudara dalam penguaaan modul
tersebut.
D. Kompetensi dan indicator
Standar Kompetensi:
1. Memahami konsep penyusunan program pelayanan Bimbingan dan Konseling BK di sekolah.
2. Menyusun program pelayanan BK di sekolah berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan KTSP
Kompetensi Dasar:
1.1 Memahami kedudukan BK dalam KTSP 1.2 Memahami konsep dasar program pelayanan BK
1.3 Memahami teori-teori perencanaan program BK 11.1 Memahami rambu-rambu penyusunan program pelayanan BK
berdasarkan KTSP 12.1 Menyusun program pelayanan BK berdasarkan KTSP
Indikator Pencapaian Kompetensi:
1.1.1 Menjelaskan pengertian KTSP 1.1.2 Menjelaskan struktur isi KTSP
1.1.3 Menjelaskan pengembangan diri 1.1.4 Menjelaskan kedudukan pelayanan BK dalam KTSP
Menjelaskan rasional program BK Menjelaskan pengertian program BK
Menjelaskan tujuan dan manfaat program BK Menjelaskan prinsip-prinsip pokok penyusunan program BK
Menjelaskan tahap-tahap penyusunan program BK 1.3.1 Menjelaskan teori perencanaan program konvensional
1.3.2 Menjelaskan teori perencanaan program berdasarkan PPBS 2.1.1 Menjelaskan perencanaan kegiatan