KETERAMPILAN MERINGKAS a. Pengertian

4 Pertimbangkan kalau sekiranya dapat embantu kalau menyatakan ringkasan atau mengajak klien untuk membuat ringkasan Untuk membuat ringkasan yang baik disarankan memperhatikan hal-hal sebagai berikut : 1 Membuat situasi hangat terhadap klien pada permulaan wawancara 2 Memfokuskan pemikiran dan perasaan klien yang bertebaran 3 Mendiskusikan hal-hal yang tidak keluar dari tema 4 Memeriksa pemahaman konselor akan kemajuan wawancara 5 Mendorong kien mengepelayanan konselinglorasi tema secara lebih mendalam 6 Menghentikan hubungan pada suatu pertemuan yang dilengkapi dengan ringkasan kemajuan 7 Membangkitkan keyakinan pada kllien bahwa wawancara itu berlangsung baik

C. Latihan

Untuk mendukung pemahaman peserta pelatihan, maka dalam pelatihan ini peseerta diminta untuk berlatih tentang materi kegiatan 3 ini dengan baik. Adapun bentuk latihannya, adalah : 1. Diskusikan apa perbedaan antara ketrampilan memparaprase dengan meringkas dalam proses konseling. 2. Bagaimanakah cara melakukan konfrontasi yang tepat sehingga bisa mengarahkan proses pengentasan masalah klien dengan efektif.

D. Lembar Kegiatan Mahasiswa

1. Peserta diminta untuk memahami materi secara individual, kemudian mendiskusikan dalam kelompok kecil. 2. Peserta diminta untuk membuat rencana simulasi tentang ketrampilan yang sudah diajarkan seperti di atas. 3. Peserta menstimulasikan dan disertai dengan pemberian feedback dari anggota kelompok.

E. Rangkuman

Dalam proses konseling juga dibutuhkan ketrampilan dasar, di samping model-model pendekatan yang akan digunakan untuk mengentaskan masalah klien. Kedudukan ketrampilan dasar ini akan sangat mendukung keberhasilan konselor tatkala melakukan proses konseling. Sebagai contoh, tatkala konselor menyambut klien untuk melakukan proses konseling, tata cara duduk, memandang klien hendaknya dilakukan secara standar. Tatkala harus melakukan wawancara, bentuk pertanyaan seperti apa juga harus diperhatikan, seperti pertanyaan tersebut dapat memberi kesempatan pada klien untuk bisa menjawab lebih mendalam dan tidak justru membuat klien semakin tertutup. Pada saat klien menjawab semua pertanyaan yang diajukan konselor, konselor sangat diharapkan untuk memberikan penguatan miknimal. Perilaku ini akan memberikan ‘reward’ pada klien untuk melanjutkan konseling dengan senang hati. Tatkala proses konseling kurang begitu mendukung keberhasilan dalam pengentasan masalah, maka ketrampilan paraprase perlu digunakan. Ketrampilan ini mempunyai tujuan untuk memperbaiki hubungan antar pribadi dengan memggunakan sudut pandang klien. Lebih jauh, yang menjadi tujuan digunakan ketrampilan ini adalah : 1 menyampaikan kepada klien bahwa konselor bersama klien, dan konselor berupaya memahami apa yang dinyatakan klien, 2 mengkritalisasi komentar klien dengan lebih memendekannya sehingga membantu mengarahkan wawancara, dan 3 memberi peluang untuk memeriksa kecermatan persepsi konselor. Selanjutnya konseling yang sudah panjang lebar dan untuk membantu klien memahami apa yang telah dikemukakan, maka konselor perlu melakukan ketrampilan meringkas. Tujuan ketrampilan ini adalah untuk mengklarifikasi dan memfokuskan sejumlah ide yang bertebaran dan menjelaskan cara berpindah kepada ide yang baru. Namun yang perlu diperhatikan dalam melakukan ketrampilan ini sehingga tidak menimbulkan distorsi. Proses konseling itu merupakan suatu proses yang sangat menyertakan emosi dan rasa. Oleh karena itu konselor juga harus memiliki ketrampilan dalam merefleksi perasaan klien. Artinya konselor dapat merespons keadaan perasaan klien terhadap situasi yang sedang dihadapi secara tepat. Dengan demikian klien akan terangsang untuk melibatkan diri dalam konseling secara optimal Konselingpun perlu menggunakan ketrampilan konfrontasi, artinya konselor perlu memberikan tanggapan terhadap pengungkapan kontradiksi dari klien. Hal ini bertujuan untuk membantu klien agar mengubah pertahanan yang telah dibangun guna menghindari pertimbangan tertentu dan untuk meningkatkan keterbukaan komunikasi.