Pemberdayaan UMKM dan Koperasi

üýþÿ ý þ ý þ ýý þ | 301 penurunan. Koperasi juga masih menghadapi tantangan untuk mengoptimalkan partisipasi dan keswadayaan anggotanya, yang seharusnya menjadi kekuatan inti koperasi, dalam menciptakan manfaat sosial ekonomi bagi perbaikan kesejahteraan rakyat. Kondisi ini berdampak pada timbulnya i kesenjangan produktivitas antar pelaku usaha dan antarsektor yang semakin lebar; ii lambatnya industrialisasi karena kurangnya populasi usaha kecil dan menengah yang diharapkan berperan sebagai usahaindustri pendukung; dan iii lambatnya peningkatan kesejahteraan rakyat, terutama pada kelompok pelaku usaha informal skala mikro. Secara umum, berbagai pemasalahan yang melatarbelakangi kondisi tersebut adalah sebagai berikut: 4. Rendahnya kapasitas UMKM dan koperasi dalam wirausaha, manajemen dan teknis, yang membatasi kemampuan pengelolaan usaha dan pemasaran; 5. Rendahnya akses pembiayaan bagi UMKM dan koperasi yang dipengaruhi oleh keterbatasan i skema pembiayaan yang sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan UMKM dan koperasi, termasuk wirausaha baru; ii pengetahuan tentang sumber pembiayaan dan layanan keuangan; dan iii jangkauan lembaga pembiayaan; 6. Rendahnya inovasi, penerapan teknologi, serta penerapan standardisasi mutu dan sertifikasi produk yang mempengaruhi nilai tambah dan jangkauan pemasaran produk UMKM dan koperasi; 7. Aturan dan kebijakan yang ada saat ini belum efektif dalam memberikan kemudahan, kepastian dan perlindungan usaha bagi UMKM dan koperasi; dan 8. Rendahnya kapasitas pengurus dan anggota koperasi dalam membangun, mengelola dan mengembangkan koperasi sesuai jatidiri dan kebutuhan untuk menciptakan kesejahteraan bersama. Kelima permasalahan tersebut menunjukkan semakin mendesaknya kebutuhan untuk meningkatkan kapasitas dan daya saing UMKM dan koperasi. Penanganan isu strategis tersebut perlu difokuskan pada peningkatan produktivitas UMKM khususnya di sektor pertanian dan perikanan, yang dilaksanakan dalam keterkaitan usaha dengan UMKM di sektor industri pengolahan dan perdagangan. Upaya tersebut perlu didukung dengan pengurangan hambatan-hambatan yang berkaitan dengan akses pembiayaan, pelatihan dan pendampingan usaha, serta pemanfaatan peluang kerja sama usaha dalam skema rantai nilai tambah. 302 | Pada saat yang sama, penguatan kapasitas pengurus, pengelola dan anggota koperasi, serta modernisasi tata kelola koperasi perlu menjadi fokus dari upaya peningkatan daya saing koperasi. Modernisasi koperasi dilakukan tanpa meninggalkan jatidiri koperasi sebagai wadah usaha bersama yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraaan anggotanya. Hasilnya diharapkan dapat mendorong usaha mikro dan kecil untuk tumbuh menjadi usaha dengan skala usaha yang lebih besar, serta berkontribusi lebih besar dalam penciptaan nilai tambah. Koperasi juga diharapkan mampu berperan lebih besar dalam perbaikan sistem bisnis usaha mikro dan kecil yang menjadi anggotanya, penguatan pasar domestik, dan pengembangan kemitraan dan jaringan usaha yang berbasis rantai nilai dan rantai pasok. Peningkatan daya saing UMKM dan koperasi juga diharapkan dapat meningkatkan kapasitas mereka untuk merespon perubahan pasar dan perekonomian yang semakin dinamis.

3.1.8 Peningkatan Pariwisata

Dalam indeks daya saing pariwisata ada tiga ukuran yang dijadikan sebagai titik tolak perumusan permasalahan yang dihadapi sektor ini, yaitu: Kunjungan Wisatwan Manca Negara Wisman, ; Pengeluaran Wisman, ; Pilar ke-12 dari indikator daya saing yakni: y + , khusunya untuk indikator + + - Visitors . Kunjungan dan Pengeluaran Wisman menunjukkan peningkatan dari tahun 2007 hingga tahun 2013. Sebaliknya indikator affinity for travel and tourism memburuk. Bila pada tahun 2007 Indonesia berada pada rangking ke-57 dari 124 negara pada tahun 2013 menjadi ranking ke-114 dari 141 negara. Bila penurunan ini berlanjut, maka akan timbul persepsi yang tidak baik di kalangan calon wisman, dan pada akhirnya memberikan citra yang negatif dan akan menghindari Indonesia sebagai tujuan wisatanya. Rangkaian permasalahan ini dengan berbagai aspek pembangunan ditunjukkan dalam Gambar III.10. Variabel dalam huruf besar menjukkan variabel yang terukur dalam indeks daya saing pariwisata global. Sikap penduduk terhadap turis asing attitude toward foreign visitors dipengaruhi oleh dua hal, yakni: 1 persepsi penduduk terhadap manfaat atas kehadiran turis perceived benefit; dan 2 tingkat kesadaran penduduk terhadap pariwisata. Sikap penduduk terhadap .01 02 0 3 4 567 8 9 : ; = 9 : ; | 303 turis membentuk persepsi keramahan ? AB C D E FGH ? C I J K C I y bagi wisman yang selanjutnya akan menentukan apakah yang bersangkutan akan kembali lagi atau tidak. Dari gambar di atas dapat disimpulkan bahwa mata rantai yang menghubungkan besarnya pengeluaran wisman dengan sikap penduduk terhadap wisman terputus. Rantai yang putus ini cukup panjang. Simpul yang paling kritis dari rantai yang terputus ini adalah kesejahteraan masyarakat lokal. Sehingga permasalahan utama dalam pembangunan pariwiata adalah bagaimana meningkatkan kesejahteran masyarakat lokal di destinasi wisata melalui pariwisata. GAMBAR 3.14 UNTAIAN PERMASALAHAN BURUKNYA SIKAP TERHADAP TURIS ASING Dengan demikian isu strategis pembangunan pariwisata adalah: Meningkatkan kontribusi pariwisata dalam peningkatan kesejahteraan masyarakat, khususnya masyarakat di daerah tujuan wisata.

3.1.9 Peningkatan Ekonomi Kreatif

Salah satu tantangan pembangunan nasional tahun 2025-2019 bersumber pada struktur kependudukan Indonesia. Menurut perkiraan jumlah penduduk Indonesia, sejak tahun 2012 rasio ketergantungnan penduduk Indonesia mulai menurun dan mencapai titik terendahnya 304 | LM NO M N P M N Q R M S LTU VW X YZ[ \ XYZ ] pada kurun waktu 2028 2031, dan diperkirakan Indonesia akan mengalami bonus demografi mulai tahun 2012 hingga tahun 2035. Untuk itu, perlu penciptaan lapangan kerja baru dalam jumlah yang sangat besar, khususnya bagi penduduk yang berusia muda. Orang Kreatif OK, UNCTAD menyebutnya dengan _ ` M a b c ` S M dde adalah lapisan masyarakat yang memiliki talenta kreatif dan mampu menggerakkan dinamika ekonomi, sosial dan budaya khususnya di daerah perkotaan. OK meliputi saintis, insinyiur, arsitek, disainer, pendidik, artis, musisi yang didalam perekonomian berfungsi melahirkan ide baru, teknologi baru, dan konten kreatif. OK umumnya memiliki etos kerja kreatif yang menjunjung tinggi kreativitas, individualitas, perbedaan, dan meritokrasi. Usaha di bidang ekonomi kreatif umumya berskala kecil dan memiliki sifat risiko bisnis yang berbeda dengan usaha di sektor lain dan didominasi oleh orang muda. Oleh karena itu, pengembangan ekonomi kreatif membuka kesempatan untuk menciptakan manfaat ekonomi dari bounus demografi di atas. Dengan demikian isu strategis pembangunan ekonomi kreatif adalah: Mencapai pertumbuhan yang tinggi dan mengutamakan penumbuhan usaha pemula di ekonomi kreatif.

3.1.10 Peningkatan Investasi

Investasi, sebagai komponen penting dalam mendorong pertumbuhan ekonomi secara lebih berkesinambungan, sangat dipengaruhi oleh terciptanya iklim usaha yang kondusif. Kegiatan investasi pada gilirannya akan mendorong kegiatan di sektor-sektor lainnya, antara lain penciptaan lapangan kerja baru dan ekspor. Investasi dalam bentuk Pembentukan Modal Tetap Bruto PMTB sebagai salah satu sumber pertumbuhan ekonomi, selama periode 2010- 2013 meningkat rata-rata sebesar 7,6 persen per tahun. Pada periode Januari-September 2014 PMTB hanya tumbuh sebesar 5,05 persen jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2013. Realisasi investasi PMDN meningkat dari Rp 60,6 triliun pada tahun 2010 menjadi Rp 128,2 triliun pada tahun 2013 atau rata-rata tumbuh sebesar 28,3 persen, dan pada periode Januari-September 2014 mencapai Rp 114,4 triliun. Sementara itu, realisasi investasi PMA telah meningkat dari USD 16,2 miliar pada tahun 2010 menjadi USD 28,6 miliar pada tahun 2013 atau rata-rata tumbuh sebesar 20,8 persen. Pada periode Januari-September 2014 realisasi investasi PMA mencapai USD 21,7 miliar.