vwxy w xz w x
w{w | }~
x
| 427
KementerianLembaga. 4.
berwenang dan bertanggung jawab untuk melindungi tenaga kerja di Luar Negeri, melalui kantor perwakilan
diplomatik Indonesia, melakukan verifikasi menyeluruh perusahaan jasa asing di Negara tempat TK bernaung, dan bersama Lembaga-
lembaga pemerintah mengkoordinasikan kebijakan migrasi tenaga kerja terkait
5.
: a Memfasilitasi dan memberikan pelayanan dalam proses pemrolehan dokumen,
menangani kedatangan tenaga kerja yang bermasalah atau yang dideportasi, b Pemerintah daerah berkoordinasi dengan kantor
Kementerian
Tenaga Kerja
dalam proses
rekrutmen dan
pemberangkatan pekerja migran secara operasional, c Bekerjasama dengan Kementerianlembaga memastikan bahwa calon pekerja
memperoleh pelatihan yang dapat memberikan bekal kompetensi kepada calon pekerja, d Bekerjasama dengan lembaga-lembaga non
pemerintah termasuk LSM seperti serikat buruh migran untuk meningkatkan perlindungan tenaga kerja agar terhindar dari peran
calo.
3.5.11 Jaminan Sosial
Terdapat empat agenda utama dalam penguatan kerangka regulasi pelaksanaan Sistem Jaminan Sosial Nasional SJSN. Pertama, diperlukan
penguatanpeninjauan kembali peraturan-peraturan yang telah disusun, seperti halnya pada peraturan dan perundangan menyangkut: 1 status,
peranan, dan aturan tata kelola Dewan Jaminan Sosial Nasional DJSN; 2 sistem pembayaran dan pentarifan kapitasi dan INA-CBGs Jaminan
Kesehatan Nasional; serta 3 penetapan kepesertaan penerima bantuan iuran.
Kedua, diperlukan
penyusunan peraturan tambahan
untuk memperkuat pelaksanaan SJSN secara umum. Peraturan ini mencakup
ketentuan mengenai: 1 rambu-rambu pengelolaan keuangan pada BPJS Kesehatan dan Ketenagakerjaan; 2 skema monitoring dan evaluasi
jaminan sosial yang terpadu; 3mekanisme penegakkan peraturan peningkatan kepatuhan seluruh aspek masyarakat dalam peningkatan
kepesertaan; serta 4 peraturan pendukung implementasi lainnya yang
428
|
¡¢
¡ £ ¡
¤ ¥
¦ §¨ ©ª
« ¬® ¯
«¬ °
diperlukan.Terkait penegakkan peraturan untuk memperluas kepesertaan SJSN, pada tingkat pelaksanaan BPJS bekerjasama dengan pemerintah
daerah untuk membangun mekanisme peningkatankepatuhan yang efektif berdasarkan peraturan yang ada.
Ketiga, diperlukan harmonisasi dari peraturan perundangan yang telah dan akan disusun pada konteks perlindungan sosial secara umum.
Harmonisasi peraturan terkait SJSN diperlukan misalnya dengan UU Pensiun dan UU Jamsostek yang telah terlebih dahulu ada, serta dengan
peraturan lain yang mengatur bantuan sosial seperti UU Kesejahteraan Sosial.
Keempat, harus dilaksanakan sosialisasi, pelaksanaan, dan penegakan dari berbagai peraturan dan perundangan yang telah disusun. Aspek ini
menentukan kelancaran pelaksanaan SJSN, baik dari sisi perluasan kepesertaan, kesinambungan keuangan, maupun efektifitas program.
Untuk mendukung terlaksananya arah kebijakan dan strategi kebijakan jaminan sosial, selain melalui kerangka pendanaan dan regulasi
perlu disusun pula sebuah kerangka kelembagaan di bidang jaminan sosial. Tiga lembaga utama yang berperan dalam pelaksanaan SJSN adalah DJSN,
pemerintah secara umum, dan BPJS. Terhadap ketiga lembaga tersebut, diperlukan penguatan, pembagian peran yang jelas, peningkatan
kepercayaan, dan transformasi budaya kerja.
Penguatan Dewan Jaminan Sosial Nasional DJSN sangat diperlukan sebagai langkah awal penguatan lembaga pendukung SJSN. DJSN
memerlukan penguatan struktur untuk mendukung pelaksanaan tugas dan fungsinya secara maksimal. Anggota dewan seharusnya menjalankan tugas
penuh waktu serta didukung oleh kapasitas sekretariat yang kuat dan memiliki posisi yang lebih strategis setingkat eselon 1. Posisi DJSN juga
harus
semakin diperjelas,
terutama hubungan
koordinasi dan
kelembagaannya dengan Presiden, serta dengan kementerian dan institusi lain dalam proses implementasi SJSN.
Peranan pemerintah, baik pemerintah pusat maupun daerah juga harus
diperjelas dalam
pelaksanaan SJSN.
Peran pemerintah
terutamadibutuhkan pada area penguatan
±²³ ³
¦
y
± ´ µ ¶
pelayanan kesehatan, pendidikan masyarakat, monitoring dan evaluasi, komplementaritas dengan
bantuan sosial, serta penentuan kebijakan lainnya. Peranan pemerintah juga diperlukan dalam konteks yang lebih luas dan jangka waktu yang lebih
panjang,
terutama dalam
kebijakan transformasi
ekonomi dan
·¸¹º ¸ ¹» ¸ ¹
¸¼¸ ½ ¾¿À
Á ¹
Â Ã Ä Å Æ
Â Ã Ä Ç
| 429
ketenagakerjaan kearah sektor formal, serta peningkatan pendataan dan administrasi kependudukan.
BPJS selaku badan pelaksana adalah juga salah satu aspek penting dalam kerangka kelembagaan SJSN. Secara umum penataan kelembagaan
BPJS diarahkan pada proses transformasinya dari lembaga
ÈÉÊ Ë
ÊÉÈÌ Í
menjadi
Î ÉÎ
Æ Ë ÊÉÈÌ Í
, dan dari programlembaga yang terfragmentasi menjadi programlembaga tunggal. Proses transformasi ini juga harus diikuti
dengan perbaikan layanan dan akuntabilitas untuk meningkatkan kepercayaan publik terhadap lembaga BPJS. Terkait BPJS Ketenagakerjaan,
isu penting dalam 5 tahun mendatang juga mencakup transformasi PT Taspen dan PT Asabri kedalamBPJS Ketenagakerjaan. Untuk mendukung hal
ini petajalan transformasi PT Taspen dan PT Asabri harus segera disusun sesuai dengan peta jalan BPJS Ketenagakerjaan yang telah lebih dahulu
diterbitkan.