Ketimpangan akses dan penjangkauan pelayanan dasar
52
|
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019 terkaya dibandingkan daerah perdesaan dengan kondisi penduduk
40 termiskin. Lemahnya akses terhadap identitas hukum berakibat pada ketimpangan kesempatan penduduk kurang mampu dan marjinal
dalam memperoleh akses penghidupan yang layak.
Kedua, ketimpangan dalam pelayanan dasar yang mencakup kesehatan, pendidikan, dan sanitasi. Ketimpangan terbesar antar
kelompok pendapatan masih terjadi pada cakupan persalinan di fasilitas kesehatan, angka partisipasi sekolah pada anak usia 16-18
tahun dan cakupan rumah tangga yang memiliki akses terhadap sanitasi layak. Keterbatasan masyarakat kurang mampu dalam
mengakses pelayanan dasar tentunya berdampak pada tingkat kesejahteraannya,
terutama status
kesehatan dan
tingkat pendidikannya.
TABEL 1.3 KETIMPANGAN DALAM PEMENUHAN PELAYANAN DASAR
Indikator Cakupan
Cakupan pada 40
penduduk
berpendap atan
terbawah Ketimpangan akses
antara kelompok penduduk berpendapatan
terbawah dan tertinggi rasio cakupan kuintil 1:
kuintil 5
Kepemilikan akte lahir 72.2
61.3 0.64
Persalinan nakes 83,1
68,8 0.60
Persalinan di fasilitas kesehatan 63,2
42,5 0.34
Imunisasi dasar lengkap 66,7
59,7 0.67
Penggunaan alat
keluarga berencana KB
44.6 46.4
1.20 Angka partisipasi sekolah 7-
12th 98.02
na na
Angka partisipasi sekolah 13-15th
89.76 na
na Angka partisipasi sekolah
16-18th 61.49
na na
Akses penerangan 64.9
52.3 0.57
Akses air bersih 68.3
55.7 0.59
Akses sanitasi layak 35.8
20.24 0.27
Kepemilikan rumah layak huni 72.2
61.3 0.64
Sumber: Susenas 2012 kecuali yang ditandai dengan sumber: Survei Demografi Kesehatan Indonesia 2012
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
| 53
Persoalan dalam pemenuhan hak dan kebutuhan dasar masyarakat ini dapat dipandang dari tiga sisi yakni ketersediaan
layanan dasar supply side, penjangkauan oleh masyarakat miskin demand side, serta kelembagaan dan efisiensi sektor publik.
Ketersediaan layanan dasar supply side, baik kuantitas maupun kualitas belum memadai dan menjangkau seluruh masyarakat miskin.
Ketersediaan fasilitas layanan dan infrastruktur dasar, serta minimnya jumlah SDM penyedia layanan termasuk tenaga kesehatan, pendidikan
dan pekerja sosial menjadi kendala utama di wilayah-wilayah terpencil, tertinggal dan termiskin. Sementara itu, dari sisi demand side,
kemampuan ekonomi, kesadaran dan perilaku masyarakat, serta faktor sosial dan budaya perlu diperhatikan karena berpengaruh dalam hal
pemanfaatan pelayanan dasar oleh masyarakat. Selain sosialisasi program yang belum optimal, sistem rujukan terpadu untuk
mengakses pelayanan dasar yang ada di tingkat masyarakat belum tersedia. Dukungan kebijakan dan anggaran untuk pelayanan dasar
selama ini telah tersedia, namun implementasinya masih perlu dioptimalkan.