Perlindungan Pekerja Migran Perlindungan Pekerja .1 Jaminan Sosial Bagi Pekerja

324 | yang menunjukkan kurangnya kompetensi yang dimiliki pekerja.

3.1.14 Peningkatan Pelaksanaan Sistem Jaminan Sosial Nasional SJSN

Dengan perekonomian yang diharapkan terus tumbuh, penduduk kelas menengah akan semakin bertambah dan meningkat kesejahteraannya. Sejalan dengan itu, perlindungan sosial harus mengarah pada perluasan jaminan sosial, yang dilaksanakan berbasis asuransi sosial. Masyarakat secara gotong royong berkontribusi iuran untuk berbagai skema yang melindunginya dari resiko seperti kesehatan, kecelakaan kerja, usia tua, dan kematian. Melalui Sistem Jaminan Sosial Nasional SJSN, berbagai resiko tersebut dikelola dan ditanggung secara bersama-sama oleh peserta dan Pemerintah, sehingga beban negara menjadi tidak terlalu besar. Selain menyediakan perlindungan sosial dari berbagai resiko sepanjang siklus hidup, dari sisi makro ekonomi, dana masyarakat yang dikumpulkan dalam bentuk dana amanah melalui SJSN dan dikelola dengan baik dapat memperkuat cadangan dan ketahanan keuangan Pemerintah, serta membantu mengurangi ketergantungan terhadap pinjaman luar negeri. Dana jaminan sosial juga dapat diinvestasikan dalam berbagai proyek pembangunan, sehingga aktivitas ekonomi dapat ditingkatkan, stabilitas perekonomian domestik dapat dijaga dan pada akhirnya berimplikasi pada peningkatan kesejahteraan, serta penurunan dan pencegahan kemiskinan. UU No. 40 tahun 2004 mengenai SJSN mengamanatkan Pemerintah untuk memfasilitasi dilaksanakannya lima program jaminan sosial: Jaminan Kesehatan, Jaminan Pensiun, Jaminan Hari Tua, Jaminan Kecelakaan Kerja, dan Jaminan Kematian. Sebagai tindak lanjut, sejak 1 Januari 2014 dilaksanakan Jaminan Kesehatan Nasional JKN, yang menggabungkan Askes, Jaminan Kesehatan KemenhanTNIPOLRI, Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Jamsostek, dan Jaminan Kesehatan Masyarakat Jamkesmas. JKN dikelola oleh BPJS Kesehatan. Bersamaan dengan itu, PT Jamsostek juga berubah statusnya menjadi BPJS Ketenagakerjaan dan mempersiapkan penyelenggaraan jaminan sosial ketenagakerjaan jaminan pensiun, jaminan hari tua, jaminan kecelakaan kerja, dan jaminan kematian agar daapt dilaksanakan secara penuh pada 1 Juli 2015. PT Taspen dan PT Asabri akan bergabung dengan BPJS Ketenagakerjaan selambatnya pada tahun 2029. | 325 Tantangan yang dihadapi dalam pelaksanaan jaminan sosial saat ini diantaranya adalah perluasan kepesertaan. Mandat amandemen UUD 1945 dan UU SJSN adalah agar seluruh penduduk terlindungi oleh jaminan sosial. Namun cakupan JKN baru 48,8 atau sekitar 124,5 juta penduduk. Sejumlah 51,2 penduduk lainnya kemungkinan dicakup oleh skema lainnya, seperti asuransi swasta, dana kesehatan perusahaan, dan Jamkesda; atau sama sekali tidak memiliki jaminan kesehatan. Untuk cakupan jaminan sosial ketenagakerjaan, saat ini cakupannya jauh lebih kecil dan hanya terfokus pada pekerja sektor formal saja. Skema pensiun dan jaminan kematian hanya tersedia untuk PNSTNIPOLRI dan sebagian kecil BUMNSwasta. Sedangkan jaminan kecelakaan kerja dan hari tua hanya mencakup pekerja sektor swasta formal. Undang-undang tidak memandatkan pemerintah untuk menyediakan bantuan iuran jaminan sosial ketenagakerjaan bagi penduduk miskin dan tidak mampu. Walaupun demikian kapasitas pemerintah juga masih terbatas, baik dalam penegakan kepesertaan pekerja formal maupun informal. Masyarakat pada umumnya mengalami + , - . 0+ dimana penduduk sehat dan usia produktif belum memikirkan resiko sakit, usia tua, dan kematian sehingga merasa perlu memiliki jaminan sosial apapun. Untuk itu, tantangan perluasan kepesertaan jaminan sosial terutama bersumber pada kurangnya pengetahuan dan pemahaman masyarakat mengenai pentingnya jaminan sosial. Tantangan berikutnya adalah peningkatan manfaat dan kualitas pelayanan. Manfaat JKN saat ini adalah manfaat dasar komprehensif, namun belum mencakup manfaat bagi kelompok penduduk tertentu yang berkebutuhan khusus, yag sebelumnya dapat disediakan melalui Jamkesmas. Dari sisi pelayanan kesehatan, permasalahan disparitas ketersediaan, kualitas, dan kapasitas masih menjadi isu utama. Permasalahan kualitas pelayanan ini terkait erat dengan sistem pembayaran dan pentarifan layanan kesehatan sistem kapitasi dan INA- CBGs yang masih belum sempurna. 326 | 12 34 2 3 5 2 3 6 7 2 8 19: ; = ? A =? B TABEL 3.17 Kepesertaan JKN Danjaminanketenagakerjaan Saat Ini Jaminan Kesehatan Nasional Jaminan Ketenagakerjaan PBI Pemerintah Pusat 33,80 86.400.000 Peserta Aktif Jaminan Kecelakaan Kerja, Jaminan Hari Tua, dan aminan Kematian 11,00 12.314.093 PBI Pemerintah Daerah 2,30 5.904.052 Pekerja Penerima Upah 9,30 23.761.627 Pekerja Bukan Penerima Upah 1,40 3.565.240 Peserta Aktif Jaminan Pensiun PT Taspen 4,10 4.555.636 Bukan Pekerja 1,90 4.922.121 Peserta Aktif Jaminan Pensiun PT Asabri 1,00 1.159.715 Total Cakupan 48,80 124.553.040 Total Cakupan 16,10 18.029.444 Penduduk belum tercakup 51,20 130.908.660 Pekerja belum tercakup 83,90 93.687.508 Total Jumlah Penduduk 255.461.700 Total Jumlah Pekerja 111.716.952 C DE F G H I JK L C MG NG O PQ P RS JK L C M G Q G R PT P U G H VPP R S K W XN P F H Y S K W W P N Z G RS [ \ ] Untuk jaminan sosial ketenagakerjaan, manfaat yang ditawarkan saat ini masih terbatas sehingga menimbulkan ketidakadilan sosial. Skema pensiun yang dimandatkan dalam UU SJSN masih belum terbangun, khususnya pada kelompok pekerja bukan penerima upah. Sistem pensiun saat ini hanya dapat diterapkan pada pekerja formal saja. Hal ini dikarenakan skema pensiun membutuhkan pembayaran iuran oleh peserta yang lebih berkelanjutan dalam jangka panjang. Selain itu manfaat pensiun bulanan ditentukan di awal sebagai persentase dari upah, sehingga sulit diterapkan pada pekerja bukan penerima upah. Untuk itu, agar manfaat pensiun dapat dirasakan oleh seluruh pekerja, diperlukan pula transformasi ekonomi yang mengarah pada perluasan sektor formal. Tantangan SJSN juga terkait dengan kesinambungan finansial BPJS Kesehatan dan Ketenagakerjaan. Pada awal pelaksanaannya, JKN menghadapi resiko finansial karena adanya 2 _ ` a bc a c a8 a4 de f3 dan gf b 2 8 h 2 z 2 b _ dalam kepesertaannya. Pendaftar JKN mandiri, terutama pekerja bukan penerima upah cenderung mengumpul pada penduduk yang sakit