192
|
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019 keagamaan 62,97 persen, membantu korban musibah 71,34 persen,
dan kepentingan umum 52,39 persen. Selain itu, peningkatan kualitas pemahaman dan pengamalan ajaran agama dihadapkan pada
permasalahan masih rendahnya partisipasi masyarakat dan peran lembaga keagamaan dalam upaya internalisasi nilai-nilai ajaran agama
kepada masyarakat. Dengan demikian tantangan ke depan adalah meningkatkan kualitas pemahaman dan pengamalan ajaran agama
sebagai landasan moral, etika, dan spiritual dapat tercermin dalam mental, sikap, dan perilaku sosial sehari-hari.
2.1.33 Peningkatan Kerukunan Umat Beragama.
Berdasarkan Undang-Undang No. 1PNPS1965 tentang Pencegahan Penyalahgunaan danatau Penodaan Agama, negara
berfungsi sebagai fasilitator sekaligus mediator dalam mewujudkan kerukunan
intern dan
antarumat beragama.
Negara dapat
memperingatkan, membubarkan organisasi dan memidanakan setiap orang yang dengan sengaja di muka umum menceritakan,
menganjurkan atau mengusahakan dukungan untuk melakukan penafsiran tentang sesuatu agama yang dianut di Indonesia.
Secara umum, kondisi kerukunan umat beragama di Indonesia cukup baik. Hal tersebut ditunjukkan yaitu meningkatnya kohesi sosial
masyarakat dalam pelaksanaan aktivitas keagamaan yang melibatkan komponen masyarakat lintas agama. Berbagai upaya dilakukan guna
mendukung peningkatan kerukunan umat beragama, antara lain: operasionalisasi Forum Kerukunan Umat Beragama FKUB di tingkat
provinsi dan kabupatenkota, pembangunan sekretariat bersama kerukunan umat beragama, pembinaan dan pengembangan kerukunan
umat beragama, fasilitasi untuk kegiatan dialog antar dan intern umat beragama, kerjasama lintas agama, penanganan korban paska konflik,
dan pengembangan wawasan multikultur kepada guru agama.
Upaya peningkatan kerukunan umat beragama belum dapat sepenuhnya terwujud di seluruh wilayah Tanah Air. Permasalahan
yang dihadapi, antara lain: 1 Peraturan perundangan yang ada belum secara komprehensif mengakomodasi dinamika perubahan
dan perkembangan di masyarakat; 2 Sosialisasi dan penerapan peraturan perundangan belum optimal; 3 Koordinasi pencegahan
dan penyelesaian konflik baik ditingkat pusat dan daerah belum optimal; 4 Pengelolaan partisipasi dan pemberdayaan masyarakat
untuk menjaga harmoni sosial belum optimal. Upaya peningkatan kerukunan umat beragama baru menyentuh sebagian masyarakat dan
lapisan elit agama, baik tokoh agama maupun majelis agama. Untuk itu pada masa mendatang upaya peningkatan pemahaman dan persepsi
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
| 193
masyarakat mengenai kerukunan perlu terus dilanjutkan dengan melibatkan peran aktif masyarakat. Dengan demikian tantangan yang
dihadapi di bidang peningkatan kerukunan hidup umat beragama adalah meningkatkan
rasa saling percaya
dan harmonisasi
antarkelompok masyarakat, pengembangan budaya damai dan gerakan hidup rukun sehingga tercipta pemahaman dan persepsi masyarakat
yang toleran, tenggang rasa, dan penghormatan terhadap perbedaan agama.
2.1.34 Peningkatan Kualitas Pelayanan Kehidupan Beragama
Pelaksanaan pelayanan keagamaan merupakan amanat konstitusional
untuk menjamin
terpenuhinya hak
beragama masyarakat secara adil, setara dan terbuka bagi seluruh umat
beragama yang dilaksanakan berdasarkan prinsip akuntabilitas, efisiensi dan efektifitas. Fasilitasi dan pelayanan kehidupan beragama
yang diberikan oleh pemerintah kepada masyarakat berupa regulasi, kebijakan, dan program pembangunan bidang agama, yang meliputi
antara lain: meningkatkan akses masyarakat terhadap rumah ibadah; mendorong dan memfasilitasi masyarakat untuk meningkatkan
kemampuan dalam membangun dan mengelola serta memberdayakan rumah ibadah; meningkatkan akses masyarakat terhadap kitab suci,
buku keagamaan, dan sumber informasi keagamaan lainnya; meningkatkan kualitas layanan pencatatan nikah, penyediaan dana
operasional untuk 5.382 Kantor Urusan Agama KUA, serta peningkatan kompetensi aparatur KUA; membangun KUA terutama di
daerah pemekaran dan rehabilitasi bagi gedung KUA; serta pembinaan dan pengembangan lembaga sosial keagamaan yang masih bervariasi
dari segi kemandirian, fokus, pola dan ritme kerja.
Di samping bantuan untuk rumah ibadah pemerintah juga mendorong agar kepedulian dan kesadaran masyarakat dalam
mengelola dan melaksanakan kewajiban agama untuk menunaikan zakat, wakaf, infak, shadaqah, kolekte, dana punia, dan dana paramita
untuk meningkatkan kesejahteraan umat. Sesuai dengan amanat UU No. 41 Tahun 2004 tentang Wakaf dan UU No. 41 Tahun 2011 tentang
Pengelolaan Zakat pemerintah berkewajiban melakukan pembentukan kelembagaan, pembinaan dan pengawasan. Sampai saat ini pemerintah
telah membentuk Badan Wakaf Indonesia dan Badan Amil Zakat Nasional yang bertugas untuk melakukan pengelolaan dana sosial
keagamaan yang dalam pelaksanaannya masih memerlukan penguatan di berbagai aspek.
Upaya peningkatan kualitas pelayanan kehidupan beragama masih dihadapkan pada permasalahan belum terpenuhinya standar
194
|
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019 pelayanan keagamaan dan kesenjangan pelayanan keagamaan
antarwilayah. Tantangan ke depan adalah meningkatkan fasilitasi pelayanan kehidupan beragama yang berkualitas dan penguatan
lembaga sosial keagamaan dengan dukungan tata kelola yang efektif, efisien, transparan dan akuntabel.
2.1.35 Peningkatan Kualitas Penyelenggaraan Ibadah Haji dan Umrah
Sesuai amanat UU No. 132008 tentang Penyelenggaraan Ibadah haji, dan PP No. 792012 tentang Pelaksanaan UU No. 132008,
pemerintah berkewajiban melakukan pembinaan, pelayanan, dan perlindungan dengan menyediakan berbagai layanan administrasi
pendaftaran, bimbingan manasik dan perjalanan haji, dokumen perjalanan, transportasi udara dan darat baik di dalam negeri maupun
di Arab Saudi, pelayanan akomodasi dan konsumsi baik di Tanah Air maupun di Arab Saudi, pelayanan kesehatan baik sebelum
keberangkatan, selama di perjalanan, selama di Arab Saudi maupun saat kembali ke Tanah Air, dan keamanan serta perlindungan bagi
jemaah haji. Selanjutnya untuk penyelenggaraan ibadah haji khusus dan penyelenggaraan perjalanan ibadah umrah dilakukan oleh
masyarakat,
sedangkan pemerintah
melakukan pengaturan,
pengawasan, dan pengendalian. Upaya yang telah dilaksanakan selama ini antara lain adalah:
a pemanfaatan
setoran awal
untuk mengurangi
Biaya Penyelenggaraan Ibadah Haji BPIH; b peningkatan kualitas
akomodasi di dalam negeri seperti perbaikan asrama haji, ketepatan waktu keberangkatan, katering, transportasi terutama untuk jemaah
yang menggunakan embarkasi transit; c peningkatan akomodasi di Arab Saudi seperti perbaikan kualitas pemondokan dan dengan radius
yang semakin dekat dengan Masjidil Haram, katering, transportasi darat;
d pengembangan
sistem pendaftaran
pada Sistem
Komputerisasi Haji Terpadu Siskohat. Berbagai upaya tersebut menunjukkan bahwa penyelenggaraan ibadah haji dan umrah sudah
semakin membaik yang antara lain ditandai oleh Indeks Kepuasan Jemaah Haji 1434 Hijriyah2013 Masehi yaitu 82,69 persen, meningkat
dibandingkan tahun sebelumnya yaitu 81,32 persen BPS. Selain itu menurut versi World Hajj and Umrah Convention WHUC pada tahun
2013 Indonesia juga meraih predikat sebagai penyelenggara haji terbaik dunia.
Beberapa permasalahan yang dihadapi dalam upaya peningkatan kualitas penyelenggaraan ibadah haji dan umrah, antara
lain: 1 transparansi informasi daftar tunggu bagi calon jemaah haji